Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128013 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Paseban adalah kota Jawa baru yang merupakan kota jadian dari Seba yang artinya menghadap. Aslinya dari kata Sansekerta Sev yang berati mengabdi, memuja, menghormati, jadi Paseban suatu pertemuan di mana raja dihadap oleh para pejabat kerajaan dan juga oleh para anggota keluarga raja serta para abdi. Tetapi Paseban juga dapat bearti tempat diadakan acara audiensi tersebut. Kata lain untuk Paseban adalahh Pasewakan. Pasewakan berasal dari kata sewaka yang artinya mengabdi, jadi pasewakan adalah pertemuan antara orang yang mengabdi raja dengan rajanya. Dalam bahasa Jawa kuna dikenal kata panangkil yang artinya menghadap raja. Karena istilah yang tepat dalam bahasa Indonesia belum ada, maka dalam penulisan ini acara audiensi itu disebut dengan istilah Paseban. Dalam penulisan ini diteliti adegan-adegan kerajaan, di mana digambarkan raja dan para pejabat yang menghadpnya. Bagaimana suatu Paseban digambarkan dalam adegan-adegan kerajaan itu dan akan kita lihat pula siapa saja yang hadir dalam suatu Paseban.Selain itu, kita harapkan juga akan mengetahui lebih banyak tentang pejabat-pejabat kerajaan baik menenai tugas, susunan maupun jumlahnya."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1976
S11818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tsanaa Khenresta
"Penelitian ini berfokus kepada penggambaran adegan berderma yang ada pada kaki Candi Borobudur, relief Karmawibhangga. Derma merupakan dasar tingkatan dalam tahapan tindakan bermanfaat, punnakiriyavatthu. Derma merupakan arti kata dana yang berasal dari bahasa Pali. Derma merupakan kegiatan mendasar positif yang bisa dilakukan oleh siapa dan dimana saja. Derma merupakan salah satu adegan yang digambarkan pada relief candi. Penggambaran adegan derma paling banyak ditemui pada relief Karmawibhangga, sebanyak 40 adegan derma dipahatkan. Sebaran relief derma pada relief Karmawibhangga paling banyak dijumpai pada sisi barat-utara.

This research focus in depiction the act of charity that appear on Candi Borobudurs feets, called as relief of one of the step of useful actions, punnakiriyavatthu. Charity originated from Palis language, dana. Charity is one of basic positive activity that can be done by everyone, everywhere. This charity acts drawn at candis relief. The depiction of this charity acts shown major at the Karmawibhanggas relief, at least 40 acts of this charity been carved. The distribution of this relief rely on relief of Karmawibhangga, most widely shown at west-north side."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metta Widjaja
"Rangkaian relief Karmawibhangga di kaki candi Borobudur yang tertutup oleh batur lambahan terdiri dari 160 panil. Rangkaian relief ini berisi ajaran tentang hukum karma dari kitab suci Mahu-Karmavibhanga. Relief Karmawibhangga ini banyak mengungkapkan tentang keadaan sosial masa lampau sekitar abad ke-9 sampai ke-10 M di Jawa, baik lingkungan alamnya maupun lingkungan masyarakatnya. Pada relief inilah tersimpan berbagai keterangan dari segi kehidupan masa lalu, antara lain perilaku keagamaan, pelapisan sosial, mata pencaharian, tata busana, peralatan hidup, flora dan fauna. Kaum agamawan yang merupakan salah satu golongan pada masyarakat saat itu terlihat pula penggambarannya pada panil-panil relief Karmawibhangga. Terdapat 48 panil yang menggambarkan kaum agamawan. Kaum agamawan yang digambarkan adalah brahmana, bhiksu, pertapa. Perilaku keagamaan yang terdapat pada masa itu sedikit-banyak dapat terlihat pula dari panil-panil relief yang menggambarkan kaum agamawan dengan beragam aktivitasnya"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11590
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaidir Ashari
"Penelitian ini membahas tentang inskripsi-inskripsi yang ada dalam kaki candi tertutup, Karmawibhangga di Candi Borobudur, dengan menghubungkan bagaimana kesesuaian gramatika bahasa dalam inskripsi serta hubungan keagamaan dengan relief Karmawibhangga dihubungkan secara keseluruhan. Pertandaan arkeologi dalam relief Karmawibhangga dilakukan dengan melibatkan banyak aspek dalam relief itu sendiri.

This study is about inscriptions in the hidden foot, Karmawibhangga in Borobudur temple, its interrelating to how langguage gramatical be suitable in inscriptions with religion in Karmawibhangga as awhole. Archaeology signs in Karmawibhangga relief by involving all the aspects of the relief.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11877
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Surio Ananto
"Alasan Penelitlan di antara mahluk--mahluk ciptaan Tuhan manusia menduduki tempat yang tertinggi, karena ia dikaruniai dengan kecerdasan dan akal yang melebihi mahluk--mahluk lainnya. Sesungguhnya tidak ada yang melebihi kebesaran-nya di antara mahluk kecuali manuaia. Dan dalam diri manusia tidak ada yang lebih besar kecuali kemampuannya dalam berfikir.
Lingkungan geografis yang memberikan tantangan kepada manusia dan telah ditanggapi selama berabad-abad lamanya dengan cara yang efektif, cenderung untuk menumbuhkan kebudayaan yang bercorak khusus dan bersifat regional. Manusia dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang erat sekali dan tidak mungkin dipisahkan. Untuk melangsungkan kebudayaan, pendukungnya harus lebih dari satu orang dan keturunan guna meneruskaaa kepandaian, pengalaman dan lain-lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosenani Kusumastuti
"Pada relief candi Borobudur, yaitu pada relief Karmawibhangga, Lalitavistara, wadariaJtaka, dan Gandawyuha, terlihat lukisan alat-alat musik, antara lain suling, simbal, Lute, ghanta, cangka (terompet yang terbuat dari siput), saran dan gendang. Pemilahan lukisan alat musik pada relief candi Borobudur sebagai titik tolak penelitian dan pembicaraan dalam tulisan ini, dan bukan dari naskah atau sumber lain, didasarkan atas pertimbangan belum adanya penelitian yang mendalam mengenai alat-alat musik yang khusus terlihat pa_da relief candi Borobudur. Dengan mengadakan pengamatan terhadap relief candi, benda temuan seperti area perunggu dan terakota, gong, gents, dan alat musik lainnya, isi tulisan pada prasasti perunggu dan batu, karya sastra Jawa Kuno, dan berita Cina Kuno yang ada hubungannya dengan kerajaan Jawa Tengah dan perkembangan politik dan sejarah budaya Nusantara, terlihat adanya hubungan antara alat musik Indonesia (terutama Jawa dan Bali) dan alat musik negara lain seperti India, Indo_cina, dan Cina (Kunst 1968:2)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11611
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Agung Ayu Ratnadi
"Relief Candi Borobudur, yaitu pada relief Jataka-avadhana, Lalitavastara dan karmavibhangga ada dilukiskan alat-alat upacara yang di antaranya dapat dikenali sebagai: ghanta, vajra, dhupa, dipa, pamandyangan, sangku, puspa, wanci (talam berkaki satu) lengkap dengan tutupnya dan semacam bentuk shanti. Diantara alat-alat upacara yang dilukiskan itu ada yang menyerupai alat-alat upacara perunggu hasil penemuan kepurbakalaan yang sekarang disimpa di Meseum Pusat Jakarta. Jenis alat-alat upacara perunggu itu antara lain terdiri atas: ghanta, vajra, dhupa, dipa, sivambha, berkaki tiga (tripada) yang di Bali biasanya dipergunakan oleh pedanda Siwa, svambha berkaki satu (ekapada) yang di Bali biasanya dipakai oleh pedanda Buddha dan disebut pamandyangan, tempat vija/aksata, tempat cendana/gandha, talam berkaki satu yang biasanya dipergunakan sebagai tempat alat-alat upacara atau sesajen sebagaimana masih dilakukan di Bali. Alat-alat perunggu itu diduga berasal dari abad ke-7-15 Masehi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1975
S 11859
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Ratnawati
"Pada tahun 1927, di sebuah perkebunan tabu, kira_kira 400 meter sebelah Barat Laut candi Kalasan ditemukan sebuah genta besar dari perunggu berlapis perak (O.V. 1927:105), (Boechari 1963:124). Genta yang besar ini biasanya digantung pada biara tempat kediaman pendata yang memelihara, menjaga, dan memujanya. Biara demikian ada juga pada candi Kalasan. Pada sebuah gambar kuno karya Cornelius yang berasal dari tahun 1806, ada tertera bekas-bekas sebuah bangunan di tempat itu (Bernet Kempers 1954:34). Selanjutnya pada tahun 1951, Dinas Purbakala Indonesia mengadakan penggalian di sekitar candi Borobudur yaitu di halaman sebelah Barat Laut. Tujuannya adalah mencari sisa-sisa sebuah biara yang oleh para ahli arkeologi diduga pernah ada di dekat candi ini. Dalam penggalian ini telah ditemukan fondasi sebuah bangunan, beribu-ribu paku perunggu, sisa-sisa alat rumah tangga, dan beberapa benda yang dipakai untuk upacara-upacara keagamaan seperti klintingan perunggu dan sebuah genta perunggu berukuran besar (Soekmono 1957:14-)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11959
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddi Sarwono
"Di antara ribuan kepurbakalaan zaman Indonesia kuna yang dapat disaksikan sekarang, candi I3 Borobudur mempunyai bentuk yang sangat lain dari candi-candi yang ada di Indonesia. Karena candi Borobudur tidak mempunyai ruangan di dalamnya, tempat orang melakukan ibadah (Soekmono 1978: 14). Bangunan candinya membentuk sebuah piramida tangga yang berhiaskan tiga teras bundar di atasnya, dan diakhiri dengan stupa besar sebagai kepuncaknya (Magetsari 1981: 9). Di samping itu terdapat juga banyak pahatan-pahatan relief yang mengisi seluruh permulcaan dinding dan pagan langkannya. Relief-relief tersebut ada yang menggambarkan cerita suci, dan ada pula yang berupa bidang bias belaka. Relief yang menggambarkan cerita suci itu masing-masing dibingkai menjadi 1460 pigura, sedangkan relief-relief yang berupa hiasan dipahatkan berkotak-kotak masing-masing berdiri sendiri, seluruhnya berjum_lah 1212 pigura."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Unggul Azul Sjafrie
"Banyak pemikir-pemikir besar masa lalu yang beranggapan bahwa kaum wanita adalah mahluk yang lebihbanyak menggunakan rasa emosinya dari pada logika, serta kurang rasional dalam bertindak (Deckard 1975:1).
Emmanuel Kant, seorang filsuf Jerman yang hidup pada abad ke-18 mengatakan, bahwa sulit dipercaya jika wanita mempunyai kesanggupan untuk mengerti prinsip-prinsip atau Arthur Schopenhauer, seorang filsuf Jerman yang juga hidup pada abad 18 mengatakan, wanita dalam segala hal selalu terbelakang tidak mempunyai kesanggupan untuk berpikir dan berefleksi, posisi wanita berada diantara anak-anak dan laki-laki dewasa, dan pada akhirnya wanita diciptakan hanya sebagai alat pengembang keturunan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S11996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>