Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murwani Wulan Nastiarini
"Murwani Wulan Nastiarini. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa: Sebuah Tinjauan Arsitektur. Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993 (i-xii + 172 hal., 2 peta, 4 denah, 47 foto, 25 gambar dan 68 acuan). Di Cirebon pernah berdiri kerajaan Islam yang mempunyai 3 buah keraton dan sebuah pengguron. Salah satu keratonnya bernama keraton Kasepuhan. Di kompleks keraton ini terdapat Mesjid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak di desa Lemah Wungkuk. Mesjid Agung Sang Cipta Rasa didirikan pada abad 15 M oleh Sunan Gunung Jati dan para Wali Sanga lainnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui arsitektur yang mempengaruhi bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa. Dikaitkan dengan 3 tujuan penelitian arkeologi, maka tujuan yang ingin dicapai adalah merekonstruksi sejarah kebudayaan. Penelitian dilaksanakan secara bertahap. Dalam tahap observasi dilakukan pengumpulan data dengan cara mencari literatur yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian mengadakan pengamatan, pencatatan, pemotretan, pengukuran dan penggambaran terhadap obyek penelitian. Lalu dalam pengolahan data, bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dideskripsikan dan bagian-bagian bangunannya dibandingkan dengan bagian-bagian bangunan lain yang mirip arsitekturnya. Selain itu juga dilakukan wawancara kepada masyarakat yang berkampeten. Dalam tahap eksplanasi, seluruh data digabungkan lalu dibuat suatu kesimpulan. Bangunan Mesjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki arsitektur lokal atau tradisional, yang terbukti antara lain: dindingnya yang tidak menyangga atap dan atapnya bertingkat. Selain itu, mesjid ini mempunyai beberapa keistimewaan: mihrabnya tepat ke arah kiblat (jarang terdapat di mesjid-mesjid kuno Indonesia), memiliki 2 buah maksurah, beratap limasan dan dijumpai pelayonan (=bangunan tempat memandikan jenazah). Kesimpulan di atas bukan merupakan kesimpulan akhir sehingga selalu terbuka untuk diperbaiki pada penelitian-penelitian selanjutnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Ariesna Elvijanny
"Mesjid Agung Palembang adalah salah satu mesjid tua di Palembang sekaligus yang terbesar. Mesjid ini memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki oleh mesjid tua lainnya di Indonesia yaitu denah bujursangkar, beratap tumpang, memiliki serambi. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah: a. Metode deskriptif; b. Metode komparatif. Teknik yang digunakan adalah teknik wawancara dan teknik pengamatan. Sebagai perbandingan dilakukan pengamatan terhadap Mesjid Agung Banten serta Rumah Limas Palembang."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S11937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ikasari
"ABSTRAK
Mesjid Agung Banyumas merupakan salah satu mesjid tua yang ada di Banyumas Jawa Tengah yang belum pernah diteliti secara khusus. Mesjid ini pernah disebutkan keberadaannya oleh Suwedi Montana dalam Laporan Penelitian Arkeologi di Jawa Tengah bagian Selatan no.35, PuslitArkenas, Jakarta.
Penelitian terhadap Mesjid Agung Banyumas bertujuan untuk melihat adanya pemakaian budaya Pra-Islam yang berkesinambungan pada Benda-benda peninggalan budaya masa Islam yang berupa mesjid sebagaimana tercermin pada bentuk arsitektur dan ragam hias Mesjid Agung Banyumas. Untuk melihat adanya masalah kesinambungan budaya tersebut, maka pada penelitian ini digunakan teori Akulturasi.
Dalam penelitian ini digunakan metode secara bertahap. Pada tahap observasi dilakukan studi kepustakaan yang dilakukan analisis terhadap data yang telah terhimpun yaitu dengan membuat pemeriaan yang terinci terhadap unsur-unsur bangunan Mesjid Agung Banyumas. La1u setelah itu dilakukan studi komparasi terhadap data-data pembanding yang berupa bentuk dasar Arsitektur Candi di Jawa dan Ragam hiasnya, Arsitektur Tradisional Jawa serta Ragam hiasnya, Mesjid-mesjid Kuno di Jawa dan mesjid Kuno di Banyumas. Penggunaan data ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang adanya Kesinambungan Budaya yang tercermin pada Mesjid Agung Banyumas.
Dari Penelitian ini dapat diketahui bahwa bentuk arsitektur dan ragam hias Mesjid Agung Banyumas sangat jelas memperlihatkan pengaruh baik dari arsitektur sandi maupun arsitektur tradisional Jawa, selain adanya unsur-unsur asing yaitu unsur arsitektur Belanda.

"
1995
S11939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardika Eko Trinisat
"Hiasan pada Masdjid Agung Banyumas didominasi bentuk floral dan geometris. Berdasarkan kemiripannya dengan hiasan-hiasan lain juga dapat disimpulkan bahwa ada banyak hiasan pada Mesdjid ini yang tidak jauh berbeda dengan motif pada kain batik yang berkembang di Jawa termasuk Banyumas. Selain itu juga terdapat kemiripan-kemiripan yang ada pada benda-benda atau bangunan lain dari kebudayaan yang berbeda. Selain itu dapat pula dikemukan bahwa Mesdjid Agung Banyumas juga menggunakan hiasa-hiasan bersifat simbolis yang berkembang pada masa Hindu Buddha seperti adanya motif Hiranyagarbba yang tampak di atas pintu Mihrab Masdjid Agung Banyumas, kemungkinan adanya terkaitan antara hiasan di Mesdjid Agung Banyumas dengan hiasa-hiasan lain dari kebudayaan yang berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Susilo
Jakarta: Ditlantas Polda Metro Jaya, 2007
363.23 DJO c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Sutrisna
"Penelitian mengenai unsur-unsur arsitektur kolonial pada Masjid Agung Manonjaya adalah penelitian arsitektur dan ornamen bangunan yang bersangkutan. Arsitektur kolo_nial yang dimaksud adalah unsur arsitektur datang dari Eropa dalam hal ini adalah unsur arsitektur kolonial Belanda. Di samping unsur-unsur arsitektur lokal tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk menjelaskan dugaan terjadinya percampuran kedua unsur budaya tersebut di atas, maka digunakan konsep akulturasi dengan tujuan yaitu : (1) Mengetahui keberadaan unsur-unsur budaya lokal (tradisional) dan unsur-unsur budaya asing (kolonial) melalui pemerian gaya arsitektur dan ragam hias bangunan Masjid Agung Manonjaya. (2) Mengetahui seberapa jauh unsur-unsur kolonial mem-pengaruhi penampilan fisik bangunan Masjid Agung Manonjaya. Penelitian ini terbatas pada obyek utamanya yaitu Masjid Agung Manonjaya yang terletak di desa Karangnung_gal, kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya Jawa Barat yang didirikan pada awal abad ke-19. Masjid ini terbagi atas tiga bagian yaitu pondasi (kaki), tubuh, dan atap. Kompo_nen bangunan lainnya adalah menara, penampil serambi timur dan koridor menara. Bangunan yang disebut terakhir ini terletak di sebelah timur bangunan induk masjid. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yaitu : (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penaf_siran data. Tahap pengumpulan data meliputi studi kepusta_kaan dan studi lapangan. Tahap pengolahan data meliputi kegiatan analisis bentuk, gaya, bahan, dan ukuran melalui hasil deskripsi dalam tahap pengumpulan data. Di samping itu juga dilakukan perbandingan dengan bangunan masjid tradisional Jawa dan bangunan kolonial. Dalam tahap penaf_siran data keseluruhan hasil dari tahap pengumpulan dan pengolahan data dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini yaitu : (1) Berdasarkan kajian perbandingan Masjid Agung Manonjaya dengan bangunan masjid tradisional Jawa dan bangunan kolonial diketahui bahwa Masjid Agung Manon jaya mendapat pengaruh yang sangat dominan dari gaya arsitektur kolonial. (2) Pengaruh arsitektur lokalnya hanya terlihat pada bentuk atap yang berbentuk tumpang. Jadi masih meneruskan tradisi atap masjid tradisional Jawa. (3) Ragam hias Masjid Agung Manonjaya tidak semuanya mendapat pengaruh unsur ragam hias kolonial, tetapi masih tetap mempertahankan bentuk-bentuk ragam hias tradisi lama. Ragam hias asing walaupun ada tidaklah menghilangkan ragam hias yang sebelumnya telah ada melainkan turut menambah khasanah ragam hias masjid yang menyebabkan keragaman coraknya. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat terbuka dan tidak menutup kemungkinan mendapat tanggapan dan saran lebih lanjut"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Isman Pratama
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LAPEN 02 Nas t
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Noverita
"Skripsi ini mengkaji tema utama puisi ?Geoul? karya Yi Sang yang mencerminkan keterpurukan individu Korea di bawah modernisasi yang dilakukan oleh Jepang pada masa 1930-an melalui simbol-simbol dan diksi yang terdapat di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan tema utama puisi, latar belakang pembuatan, dan unsur surealisme yang ditampilkan Yi Sang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif-induktif. Hasil temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa harapan yang tidak terwujud dan keterpurukan individu menjadi tema utama puisi ini.

This thesis focused on the main theme of Korean poetry "Geoul" by Yi Sang that reflects a deterioration of Korea individual under modernization conducted by Japan in 1930's through its symbols and dictions. This study is aimed to explain the main theme of poetry, its background, and surrealism that Yi Sang showed in "Geoul". This study is a qualitative based research using a descriptive-inductive method. The results of this study show a hope that could not be reached and individual deterioration as the main theme of this poetry."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goldstein, Paul
Jakarta Yayasan Obor Indonesia 1997
346.048 2 GOL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Herrystiadi
"Mesjid Agung Banten adalah salah satu komponen penting di dalam situs arkeologi kota Banten Lama yang belum pernah diteliti secara khusus dari begitu banyak penelitian di situs tersebut.
Penelitian terhadap Mesjid Agung Banten ini bertujuan memaparkan gaya bangunan (arsitektural) dan seni hias (orna_mental) yang terdapat di komplek mesjid tersebut. Di samping itu mencoba memberi gambaran mengenai arti serta fungsi bangunan-bangunan kuno di sana, memperkirakan kronologi pembangunannya serta berusaha mengetahui peran dan fungsi mesjid tersebut di masa lampau.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini selain meng_gunakan sumber kepustakaan, juga diadakan pengamatan lang_sung terhadap objek yang diteliti serta mengadakan pemerian terhadapnya. Kemudian dilakukan pula kaji banding dengan data-data yang diperoleh dari kajian kepustakaan serta bangunan-bangunan lain sebelum menarik kesimpulan.
Dari penelitian di atas diketahui bahwa Mesjid Agung Banten memiliki dua unsur arsitektural, yakni arsitektur lokal yang meneruskan tradisi dari masa sebelum Islam dan arsitektur asing, dalam hal ini arsitektur Belanda. Seni hiasnya (ornamental) hampir keseluruhannya juga memakai motif-motif yang telah dikenal pada masa sebelum Islam.
Mesjid Agung Banten ternyata dibangun secara bertahap dan setiap bangunan yang terdapat di sana memiliki fungsi khusus. Menara misalnya, selain berguna sebagai tempat azan, juga berfungsi sebagai sarana pengawas pantai. Mesjid Agung Banten sebagai mesjid kerajaan mempunyai peran penting pada zamannya. Peran dalam pemerintahan dan kemasyarakatan turut pula dimilikinya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>