Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sely Rosalinda
"Dalam menghadapi tantangan alam, manusia purba memiliki kemampuan terbatas berusaha untuk mencari sumber makanan demi kelangsungan hidupnya. Usaha ini kemudian menimbulkan budaya yang merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungannya, terutama dalam bentuk teknologi sesuai dengan kemampuan daya cipta mereka yang dapat dikatakan merupakan manifestasi usaha manusia purba dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dalam hal pangan dan pembuatan alat-alat. Sahan yang dipergunakan sebagai artefak diambil dari alam, seperti tulang, batu, dan juga kulit moluska. Temuan artefak moluska dalam suatu situs dianggap penting 'selain dimanfaatkan sebagai sumber daya pangan juga menunjukkan bahwa kelas-kelas tertentu bangsa moluska dapat menjadi suatu indikasi perubahan iklim atau musim. Spesies tertentu moluska juga berguna untuk menentukan umur kuarter deposit dimana spesies tersebut berasal. Selain itu, jenis moluska membantu menentukan dan habitat mama saja moluska tersebut diperoleh. Penemuan moluska, baik sebagai artefak maupun ekofak tersebar meliputi kawasan pulau Jawa (gua-gua di Jawa Timur dan sekitarnya) serta wilayah Indonesia bagian Timur_ Salah satu dari situs pedalaman (situs gua) di Nusa Tenggara, khususnya Nusa Tenggara Timur adalah situs Gua Oelnaik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis moluska apa saja yang ada dan frekuensinya dan macam-macam pemanfaatannya dengan melihat ciri-ciri khusus dari setiap kelompok moluska tersebut. Metode penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data dengan mengadakan inventarisasi data basil ekskavasi tim Pusat Arkeologi di Gua Oelnaik tahun 1981, pengumpulan data kepustakaan: mengenai keadaan iingkungan termasuk sumberdaya; mengenai penelitian-penelitian mengenai moluska, di situs Gua Oelnaik pada khususnya. Selanjutnya melakukan klsifikasi/pengelompokan dengan pemilahan taksonomi, lalu dianalisis dan dibantu dengan data etnografi untuk melihat secara langsung perilaku manusia masa lalu dalam pemanfaatan moluska dan kaitannya dengan lingkungan sekitarnya. Dan 2.258 temuan moluska, 41% Gastropoda-dan 59% Pelecypoda. Tiga puluh dua persen dalam keadaan utuh, 67% berupa fragmen, dan 1% berupa fosil. Seberapa jenis dimanfaatkan sebagai pangan, yaitu, dari Kelas Gastropoda; Turbinidae, Neritidae, Turritellidae, Cerithiidae, Thiaridae, Olividae, Volutidae, Conidae, Lymnaeidae, Helicidae; dan dari Kelas Pelecypoda: Arcidae, Pectinidae, Veneridae. Ciri_ciri pemanfaatannya antara lain pecah atau berlubang pada bagian badan bahu (pada Gastropoda) dan pecah atau rusak di sisi kanan atau kiri margin (pada Pelecypoda). t Janis lainnya digunakan sebagai alat, antara lain berupa serut, gurdi dan lancipan dari cangkang Veneridae, pemberat/bandul jala dari cangkang Arcidae. dengan jejak bekas pakai, antara lain berupa lubang pada bagian umbel (pada Pelecypoda) dan bagian apex (pada Gastropoda) yang umumnya tampak aus di sekeliling lubang.1 Selain itu, ada juga yang dimanfaatkan sebagai manik-manik berasal dari keluarga Olividae, Cerithiidae, Conidae, dan Arcidae. Umumnya cangkang yang dimanfaatkan ' sebagai perhiasan menggunakan moluska yang sudah terkena perforasi (lubang) akibat predator tetapi pinggir lubangnya mengalami pengikisan halus."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ausirio Sangga Ndolu
"Dedy SusantoSkripsi ini membahas tentang pergeseran pola asuh orangtua terhadap anak yang terjadi pada keluarga Rote yang sudah menetap di kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Dimana pola asuh menggunakan budaya kekerasan sebagai instrumen dalam menuntut anaknya dalam berperilaku sesuai dengan perkembangan zaman sudah mulai bergeser kepada pola asuh yang demokrasi dimana kekerasan sudah tidak lagi menjadi budaya dalam mengasuh anak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mewawancarai 3 generasi dalam 1 keluarga. Kriteria informannya adalah kakek nenek sebagai generasi pertama orang tua sebagai generasi kedua dan anak perempuan dan laki laki remaja dan dewasa. Hasil temuan menunjukkan bahwa pola pengasuhan yang terjadi pada keluarga modern telah bergeser dari pola asuh otoriter dengan budaya kekerasan menjadi pola asuh demokratis beserta budaya kekerasan yang mulai hilang pilihan terharadap pola asuh yang mereka gunakan dipengaruhi oleh berbagai faktor faktor internal maupun eksternal dari orangtua.

This study discuses changes transitions and factors of Rote Families who have settled in Kupang NTT. Where violence as a culture its the first instrument in demands to prepare child for a better future. But In accordance with the times has begun to shift to the democracy parenting styles where violence is no longer a culture of parenting. This Study used a qualitative method by interviewing three generations in one family. Criteria informants are grandparents as the first generation parents as the second generation and female male adolescents and adults as the third generation the findings of ths study indicate that the pattern of parenting styles in Rote Families have changed. Influenced by various internal and external factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Atika Walujani Moedjiono, editor
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011
361ATIE001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Yuliasari Eke
"Pasar Kasih Naikoten I di Kota Kupang mempunyai fungsi sebagai pasar induk maupun eceran kola yang lerletak di salah satu kawasan pusal perdagangan kola seharusnya dapat mengembang pasar ini. Tetapi pada kenyalaaan bangunan pasar yang terdiri dari dua lantai ini tidak digunakan secara optimal oleh para pedagang sebagai tempat usahanya, mereka menempati jalan masuk menuju pasar untuk menggelar dagangan. Akibatnya akses jalan masuk pasar menjadi terhambat, terjadi kemacetan dan banyak terdapat ruang kosong dalam pasar. Hal-hal tersebut menyebabkan Pasar Kasih Naikoten I cenderung kehilangan fungsinya.
Dengan permasalahan yang ada maka tujuan dari penelitian ini unluk menemukenali manajemen pasar, kesukubangsaan, don pengorganisasian para pedagang yang ada di Pasar Kasih Naikolen I Kota Kupang, karena para pedagang merupakan pelaku utama yang menempati serta terlibat dalam kegiatan perdagangan di pasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitalif dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan terlibat dan wawancara berpedoman. Sumber informasi terdiri dari para pedagang, pembeli dan pengelola pasar yaitu PD. Pasar Kota Kupang. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 19 Pebruari 2005 sampai dengan 19 Maret 2005.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya unsur kesukubangsaan dalam bentuk ikatan kekerabatan yang berpengaruh dalam kegiatan perdagangan di pasar baik dari segi manajemen pasar dan pengorganisasian para pedagang. Dori segi manajeman pasar ikatan hubungan kekerabatan yang berasal dari sukubangsa diaktifkan oleh para pelakunya melalui pemberian kemudahan-kemudahan ataupun prioritas bagi para kerabatnya baik yang merupakan satu keturunan ataupun satu sukubangsa untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari kegiatan perdagangan di pasar. Begitupula dengan pengorganisasian para pedagang yang mana kelompok-kelompok usaha bersama yang dibentuk, didasarkan pada ikatan hubungan kekerabatan dari satu turunan (klen) atau sukubangsa, karena dalam ikatan tersebut adanya rasa Riling percaya diantara anggota kelompok akan lebih kuat. Hal inilah yang dapat menjadi jaminan keberlangsungan usaha mereka di pasar.

Pasar Kasih Naikoten I of Kupang city has a double function. It plays as central market as well as a retail market. Having its strategic location in one of Kupang business centers, the market is supposedly growing. But as a matter of fact. the sellers do not optimally use the 2-floors building; instead they peddle in the in entranceway. And the results of the condition are traffic and people jam and empty spaces inside of the building. More over. the situation has loosened the supposed function of Pasar Kasih Naikoten. The problems above have led the study of Pasar Kasih Naikoten I.
This study aims to find and to understand how the Pasar kasih Naikoten i is managed, the ethnicity among the sellers, and how the sellers are managed. The study of the sellers is important because they are the ones who occupy the market area and who directly involve in the business activity in the market. The methods used in this study are qualitative approach and data collecting through site observation and guided interviews. The interviewees were sellers, buyers and management board of PD Pasar Kota Kupang. The site observation was held from February 19, 2005 to March 19, 2005.
The study shows that ethnicity gives a strong influence in management of Pasar Kasih Naikoten I and in organization of the sellers. The management of Pasar Kasih Naikoten I show that some specific ethnic groups receive more priority and privileges from the management board with purpose to get the maximum profit. The sellers are also organized based on their ethnic group. Working with the same ethnics is giving them assurance to the longevity of their business.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ova Candra Dewi
"Keteguhan masyarakat tradisional mempertahankan nilai dan tradisi yang diturunkan nenek moyang mereka terkadang memaksakan masyarakat tersebut untuk melakukan migrasi. Karena itu kegiatan ini pasti disebabkan oleh sesuatu hal yang mendasar sehingga mampu mengungkapkan bagaimana mereka menciptakan lingkungan binaan (built environment) di lingkungan yang baru.
Migrasi 'berkelompok’ adalah yang ditekankan dalam hal ini, dikaitkan dengan teori-teori yang ada, budaya, dampak modernisasi, serta konsep perkampungan yang menyangkut keberadaan manusia di suatu tempat atau dengan kata lain, membahas apa yang mereka tinggalkan dan terapkan pada daerah yang baru.
Alasan pengambilan daerah ini sebagai studi kasus juga yang membedakan migrasi yang dilakukan masyarakatnya dengan yang lain. Migrasi biasa disebabkan antara lain oleh perang, habisnya sumber pangan di daerah asal, ditemukannya pertambangan di daerah lain dll, sedang didaerah ini disebabkan oleh kuatnya nilai tradisi dan kebudayaan’ yanq masih masyarakatnya pegang. Sedang untuk kehidupan selanjutnyapun tidak ada sesuatu yang menjamin bahwa ditempat baru akan lebih baik dari berbagai faktor.
Kesimpulan tulisan ini berkaitan dengan masalah sejauh mana masyarakat tradisional tersebut mempertahankan nilai tradisi dan kebudayaan yang telah ada dan seberapa besar 'pintu’ pembaruan yang mereka buka untuk menerina pengaruh baru milik lokasi sekitar perkampungan hunian mereka."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48480
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011
361.1 EKS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Klinken, Gerry van
"What holds Indonesia together? 'A strong leader' is the answer most often given. This book looks instead at a middle level of society. Middle classes in provincial towns around the vast archipelago mediate between the state and society and help to constitute state power. 'Middle Indonesia' is a social zone connecting extremes. This book examines the rise of an indigenous middle class in one provincial town far removed from the capital city. Spanning the late colonial to early New Order periods, it develops an unusual, associational notion of political power. 'Soft' modalities of power included non-elite provincial people in the emerging Indonesian state. At the same time, growing inequalities produced class tensions that exploded in violence in 1965-1966."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015
305.550 KLI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Diantina
Surabaya: Pustakasarana Media, 1993
959.82 RIA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Raymond Bona Tua
"Paradigma pembangunan sekadar berbasis materialistis dan hanya berfokus pada capaian pertumbuhan ekonomi telah meminggirkan manusia sebagai subjek khususnya perempuan. Pembangunan infrastruktur energi dan kelistrikan yang buta gender bukan memberikan manfaat kepada perempuan melainkan menghasilkan tekanan tambahan. Penelitian ini bertujuan mengungkap implikasi pembangunan fasilitas listrik berbasis komunitas terhadap kapabilitas perempuan di kampung adat, utamanya persoalan akses dan partisipasi dalam pembangunan, pemaknaan perubahan dari listrik dan pembentukan kapabilitas perempuan. Penelitian ini menggunakan teori kapabilitas yang disandingkan dengan teori interseksionalitas dan pemikiran feminisme postkolonial untuk menganalisis temuan-temuan empirik. Metodologi penelitian kualitatif dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi, dan wawancara mendalam terhadap lima perempuan subjek utama serta dua orang subjek pendukung. Lokasi penelitian dilakukan di kampung adat Ubu Oleta, desa Weetana, kecamatan Laboya Barat, Sumba, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menemukan bahwa akses dan prasarana masih buruk dan minim partisipasi perempuan dalam proses pembangunan. Perempuan di kampung adat masih belum dapat memanfaatkan kehadiran listrik secara optimal. Aturan adat berupa belis merupakan hambatan dalam pertisipasi, akses, dan pemanfaatan listrik bagi perempuan. Perempuan di kampung adat selain mengalami diskriminasi akibat aturan adat, sebagai individu dengan beragam identitas, juga mengalami tekanan secara interseksionalitas struktural, politik, dan representasional. Temuan yang juga penting adalah perempuan tetap mampu mengaktifkan faktor-faktor konversi lingkungan, sosial, dan personal dalam mencapai fungsi kapabilitas mereka sebagai perwujudan penggunaan listrik. Kendala struktural aturan adat dan belis menjadi hambatan utama dalam mencapai fungsi kapabilitas mereka, karena berbagai diskriminasi yang muncul dari praktik adat tersebut, menyebabkan beban ekonomi yang menjurus ke pemiskinan terstruktur. Rekomendasi utama adalah mengupayakan revitalisasi aturan adat terkait belis dan meningkatkan peran partisipasi perempuan yang hakiki dalam proses pembangunan energi.

The development paradigm that based on materialism is only focuses on achieving economic growth, which has tendency to marginalize people especially women. Gender- blind development of energy and electricity infrastructure does not provide benefits to women but creates additional pressure. This study aims to reveal the implications of the development of community-based electricity facilities on women's capabilities in traditional villages, especially the issues of access and participation in development, the significant of changes from electricity and the development of women's capabilities. This study utilize capability theory alongside intersectionality theory and postcolonial feminist thinking to analyze empirical findings. The qualitative research methodology was carried out through secondary data analysis, observation, and in-depth interviews with five women as the main subjects and two informants as supporting subjects. The research location was carried out in the Kampung Adat Ubu Oleta, Desa Weetana, kecamatan Laboya Barat, kabupaten Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. This research found that access and infrastructure were poor and women's participation in the development process was insignificant. Women in kampung adat are still unable to optimized utilization of electricity. The customary rule in the form of belis is an obstacle in the participation, access and utilization of electricity for women. In addition women are experiencing discrimination due to customary rules, women in kampung adat, as individuals with various identities, also experience pressure from structural, political and representational intersectionality. An important finding is that women are still able to activate environmental, social and personal conversion factors in achieving their capability function as a result utilization of electricity. Structural constraints on customary rules and belis are the main obstacles in achieving their capability function, because various discriminations that arise from these customary practices cause an economic burden that leads to structured impoverishment. The main recommendations are seeking to revitalize customary rules regarding belis and increase the role of women's participation in the energy development process."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>