Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sirait, Hotma Linda Abigail
"Klenteng, sebagai suatu tempat ibadah tentunya mewakili kebudayaan masyarakat pendukungnya. Akan tetapi klenteng Da Bo Gong, klenteng yang menjadi bahan penelitian pada penulisan skripsi ini memiliki dua karakteristik kebudayaan di dalamnya. Pada klenteng ini terdapat makam Islam yang dianggap keramat oleh penduduk dan diziarahi baik oleh orang-_orang Cina maupun penduduk pribumi. Sebagai satu-satunya klenteng yang memiliki 'percampuran' seperti itu di Jakarta, menjadikan klenteng ini memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti lebih lanjut.
Dengan demikian muncul pertanyaan penelitian apakah gambaran umum arsitektural yang biasa terdapat pada klenteng-klenteng terlihat juga dalam pembangunan klenteng ini. Hal tersebutlah yang merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ialah memperbandingkan gambaran umum arsitektural yang biasa diterapkan di klenteng-klenteng dengan yang terlihat pada klenteng Da Bo Gong; menelusuri sejauh mana gambaran umum itu diterapkan pada klenteng Da Bo Gong, dan mengamati bagian-bagian bangunan klenteng yang masih menerapkan gambaran umum gaya arsitektur tersebut.
Langkah kerja pertama dari penelitian ini ialah dengan melakukan studi pustaka. Penulis mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai arsitektur bangunan klenteng. Dan hasil penelitian tersebut terlihat beberapa kesamaan gaya arsitektur yang diterapkan pada klenteng-klenteng dan juga aturan umum geomansi yang kerap kali diterapkan pada klenteng. Penulis merangkum gambaran umum arsitektur klenteng dan aturan geomansi tersebut yang dijadikan pedoman untuk melihat apakah gambaran umum tersebut terlihat juga pada bangunan klenteng Da Bo Gong. Setelah itu dilakukan studi lapangan dengan mengamati langsung objek penelitian. Penelitian dibatasi hanya pada bangunan utama pemujaan dan ruang keramat, yaitu ruang dimana terdapat makam Islam tersebut. Pembatasan dilakukan dengan alasan karena pada masa-masa kemudian didirikan bangunan-bangunan tambahan yang tidak terlalu berhubungan dengan penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan deskripsi mulai dari kaki, tubuh, dan atap. Setiap bagian tadi diamati bagaimana komponen arsitekturalnya, komponen ornamental, komponen ruang yang merupakan isi dari ruan atau bagian tersebut. Perekaman data dilakukan dengan pengukuran, penggambaran dan pengambilan foto. Setelah itu penulis menganalisa data dengan melakukan perbandingan. Hasil yang telah diperoleh melalui studi pustaka kemudian diperbandingkan dengan hasil yang diperoleh dari studi lapangan untuk melihat seberapa besar gambaran arsitektural klenteng dan geomansi yang diterapkan. Untuk memudahkan analisa, perbandingan dilakukan dengan menggunakan tabulasi yang pada akhirnya melihat persentase gambaran umum yang diterapkan dengan yang tidak.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Nindia Heryviani
"Tulisan ini membahas mengenai perwujudan arca di klenteng Da Bo Gong dan San Kwan Ta Tee yang berada di Jakarta. Pembahasan mengenai perwujudan arca ini dibahas dalam perspektif perjalanan hidup (life course). Pada klenteng Da Bo Gong hanya menggunakan arca yang ada di ruang pemujaan utama. Sedangkan pada klenteng San Kwan Ta Tee menggunakan arca yang ada di bangunan utama. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah (observasi), pengolahan data dengan mengklasifikasikannya menjadi tua, muda dan laki-laki, perempuan serta tahap terakhir penafsiran data. Hasil dari penelitian ini diketahui dari kedua klenteng memiliki berbagai macam tokoh Dewa-Dewi yang lebih banyak diwujdukan sebagai orang tua dibandingkan muda. Hal tersebut manusia yang bisa menjadi dewa apabila bersikap baik, memiliki kesucian hati dan ahli di bidang tertentu. Guna untuk menguasai bidang tertentu pasti memerlukan waktu. Perwujudan laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal tersebut dikarenaka pada masa Cina Kuno perempuan belum mempunyai banyak pengaruh, bahkan keberadaanya masih kurang diperhitungkan.

This paper discusses the embodiment of statues at the Da Bo Gong and San Kwan Ta Tee temples in Jakarta. The discussion about the embodiment of this statue is discussed in the perspective of a life course. At the Da Bo Gong temple, only the statues in the main worship room are used. Meanwhile, the San Kwan Ta Tee temple uses the statues in the main building. The method used in this study is (observation), data processing by classifying it into old, young and male, female and the last stage of data interpretation. The results of this study are known from the two pagodas have various kinds of gods and goddesses who are more manifested as old people than young. This is a human who can become a god if he is kind, has a pure heart and is an expert in certain fields. In order to master certain fields, it will take time. Embodiment of men more than women. This is because in Ancient China women did not have much influence, even their existence was still not taken into account. Keywords: Manifestation, Life Course, Statues, Gods"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Safari
"Seni hias merupakan bagian dari seni rupa. Pada umumnya seni hias tidak berdiri sendiri, melainkan bagian integral atau pelengkap dari benda lain. Meskipun demikian, seni bias menghasilkan hiasan atau ornamen yang dapat menjadi petunjuk alas fungsi dari suatu benda. Seni bias juga disebut dengan lstllah ornamen. di many kata hias adalah sesuatu untuk menambah nilai indah. Wujud dari keindahan tersebut dapat berupa rangkaian ornamen atau motif hias. Dalam peninggalan arkeologi, bentuk-bentuk motif bias terdapat pada berbagai artefak, misalnya pennukaan struktur bangunan seperti pada tiang-tiang, pintu, dinding, langit-langit, dan atap bangunan. Tampaknva suatu motif bias tidak begitu saja digunakan pada suatu benda, tetapi jauh dari itu motif hias tersebut digunakan mempunyai maksud tertentu. Motif hias atau ornamen pada suatu artefak juga mempunyai arti penting yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian dalam studi arkeologi khususnya sejarah kesenian. Oleh sebab itu penelitian terhadap motif hias atau ornamentasi sangat perlu di lakukan, karena masih banyak informasi di dalamnya yang belurn digali seeara mendalam. Dengan semakin banyaknya penelitian terhadap artefak seni yang salah satunya adalah motif hias atau ornamen pada bangunan dapat memperkava informasi menenai data artefak seni dalam dunia arkeologi. Penggunaan motif hias pada bangunan merupakan suatu hal yang umum, begitu pula pada bangunan-bangunan bergaya arsitektur Cina, khususnya bangunan klenteng. Motif hias atau ornamen yang terdapat pada bangunan-bangunan bergaya arsitektur Cina mencerminkan filosofi kehidupan dari masyarakat Cina itu sendiri. Selain itu karena tradisi dan kebudayaan masyarakat Cilia yang telah begitu berakar selama ribuan tahun. Oleh karena itu tidak heran jika filosofis Cina sangat mempengaruhi segala macam kehidupan masyarakat Cina, termasuk kebudayaan fisik seperti halnya bangunan yang mereka buat. Motif hias yang sering digunakan pada bangunan-bangunan bergaya arsitektur Cina, antara lain motif flora, fauna, geometris, benda-benda, alana, dan tokoh. Motif hias tersebut merupakan salah satu bentuk ekspresi dari ideologi masyarakat Cina, yang dilatar belakangi oleh filsafat Cina. Salah satu ciri bangunan peninggalan masyarakat Cina di Jakarta adalah bangunan klenteng. Di Jakarta banyak terdapat bangunan klenteng, bangunan-bangunan klenteng tersebut ada yang dibangun dari abad 17 M hingga sampai pada masa sekarang ini. Bangunan klenteng umumnya mempunyai unsur tradisional budaya Cina yang lebih kental dibandingkan dengan bangunan-bangunan bergaya arsitektur Cina lainnya. Bangunan klenteng kaya akan motif hias dan motif hias yang terdapat pada bangunan tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam 5 kategori utama yaitu motif hewan, tanaman, kejadian alam, geometri, dan tokoh. Ornamentasi yang diterapkan pada motif hias tersebut, secara garis besar mempunyai dua fungsi, yaitu; fungsi estetis adalah fungsi ornamentasi yang sifatnya pasif yang biasanya digunakan pada benda-benda yang tidak berfungsi konstruktif, dan fungsi simbolis adalah ornamentasi yang di samping sebagai hiasan juga mempunyai makna simbolik. Klenteng merupakan bangunan ibadah orang-orang Cina yang sangat menarik untuk diteliti. Selain bentuknya, ornamen-ornamen yang terdapat pada bangunan klenteng memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri. Dari ornamen-ornamen tersebut dapat mengungkapkan tentang seni penggunaan ornamen dalam budaya arsitektur masyarakat Cina."
2000
S11412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mungki Indriati Pratiwi
"Citra visual dari ornamen ternyata mampu berbicara, berkomunikasi, lebih dari sekedar bentuk penghiasan belaka pada suatu bangunan. Ornamen sebagai salah satu elemen pelengkap arsitektur, keberadaannya mempunyai pengaruh arsitektural yang penting, menjadikan bangunan, dalam hal ini bangunan klenteng, sebagai suatu karya araitektur yang 'kaya', memiliki karakter yang khas serta lebih 'berjiwa'. Selain itu keberadaannya merupakan bentuk pengungkapan ide, pengekspresian dari masyarakat tertentu terhadap kepercayaan yang diyakini mereka. Dengan demikian ornamen dapat memenuhi serta memuaskan kebutuhan psikis dan religi masyarakat tersebut. Lebih dari itu, ornamen dengan kualitas serta kuantitasuya ternyata dapat menunjukkan tingkat kesucian atau kesakralan dari suatu ruang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Hasyyati
"Skripsi ini membahas ornamen hewan yang digambarkan pada bangunan suci klenteng abad XVIII-XIX di Kawasan Pecinan Semarag, dengan fokus pada kajian bentuk, persebaran, dan maknanya. Di dalam kebudayaan masyarakat Cina, hewan dianggap sebagai salah satu unsur yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, unsur hewan menjadi hal yang wajib dihadiri pada bangunan suci klenteng dalam bentuk ornamen. Ornamen sebagai salah satu karya seni manusia dianggap sebagai bentuk penerapan doa dan harapan, sehingga sebagian besar bangunan suci memilikinya dengan makna tersendiri. Selain itu juga dijelaskan persebaran penggunaan ornamen hewan pada klenteng yang terletak di satu kawasan.

The writing describes the animal ornaments in the Chinese temples on the 18th-19th century in Semarang chinatown area, which are take shape, spread and the meaning as the subject. Animals are one of the very close elements to the human life in the Chinese culture. In this reason, there should be ornaments of the animal elements in the holy Chinese temples. Ornament is one of the human art as the symbol of praying and hope, which makes its own meaning for most of the holy places that has it in the building. It is also explained the spread of the animal elements in the temples in one location.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S70060
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greysia Susilo-Junus
"Studi mengenai Cina di Indonesia merupakan lapangan studi yang membutuhkan eksplorasi luas. Klenteng sebagai salah satu wujud material agama orang-orang Cina di Indonesia memiliki bentuk bangunan yang khas Cina dengan atribut-atribut kuat sebagai penanda bangunan dan atribut-atribut lemah sebagai bagian dari gaya I style.
Penelitian mengenai klenteng-klenteng abad 16 hingga paruh awal abad 20 di DKI Jakarta merupakan suatu penelitian awal untuk memahami klenteng sebagai salah satu wujud kebudayaan orang-orang Cina yang bermukim di Indonesia sejak lama, terutama pemahaman mengenai agama dan aspek sosialnya.
Penelitian memakai atribut-atribut bentuk, material, ukuran dan detail bagianbagian bangunan sebagai alat utama dan latar belakang konsep pendirian klenteng di Cina sebagai data penunjang untuk menghasilkan suatu tipologi bangunan klenteng yang berada di DKI Jakarta.
Kentalnya unsur-unsur bangunan Cina dalam klenteng-klenteng di Jakarta menandakan bahwa bangunan merupakan manifestasi identitas bagi masyakarat Cina di manapun mereka berada. Penambahan unsur-unsur tokoh lokal Indonesia pada dewa-dewi yang dipuja merupakan bagian akulturasi orang-orang Cina dengan konsep kepercayaan lokal di mana mereka bermukim.
Klenteng yang berada di DKI Jakarta merupakan bangunan klenteng yang memiliki konsep bangunan daerah Selatan Cina yang jauh dari pemerintah pusat di bagian Utara sehingga memiliki gaya yang berbeda. Klenteng di Jakarta tidak memiliki konsep Klenteng Kerajaan yang resmi dibangun pemerintah Cina yang. berkuasa tempi memiliki konsep bangunan 'rumah =wall' yang biasa dibangun para pedagang-pedagang kaya di daerah Selatan Cina. Hal ini terlihat pada sebagian besar atributnya yang merupakan ciri khas bangunan daerah Selatan Cina."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalina Hasyyati
"Penelitian ini membahas ornamen hewan yang digambarkan pada bangunan suci klenteng abad XVIII-XIX di Kawasan Pecinan Semarang, dengan fokus pada kajian bentuk, persebaran, dan maknanya. Di dalam kebudayaan masyarakat Cina, hewan dianggap sebagai salah satu unsur yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Oleh sebab itu, unsur hewan menjadi hal yang wajib dihadiri pada bangunan suci klenteng dalam bentuk ornamen. Ornamen sebagai salah satu karya seni manusia dianggap sebagai bentuk penerapan doa dan harapan, sehingga sebagian besar bangunan suci memilikinya dengan makna tersendiri. Selain itu juga dijelaskan persebaran penggunaan ornamen hewan pada klenteng yang terletak di satu kawasan.

The writing describes the animal ornaments in the Chinese temples on the 18th – 19th century in Semarang chinatown area, which are take shape, spread and the meaning as the subject. Animals are one of the very close elements to the human life in the Chinese culture. In this reason,  there should be ornaments of the animal elements in the holy Chinese temples.  Ornament is one of the human art as the symbol of praying and hope, which makes its own meaning for most of the holy places that has it in the building.  It is also explained the spread of the animal elements in the temples in one location.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"Dengan dirintisnya jalur-jalur pelayaran ke Nan yang yaitu ke negara-negara di wilayah Asia Tenggara, oleh Laksamana Zheng Ho, perdagangan menjadi ramai. Hasil kerajinan dari Cina seperti porselin dan sutera bermunculan di Asia Tenggara. Sebaliknya hasil-hasil pertanian dan rempah-rempah dari Asia Tenggara mulai dikenal di Cina (Yayasan Klenteng Sam Po Kong, 1986:9). Dengan demikian terjadilah pertukaran kebudayaan antara Cina dengan negara-negara yang dikunjunginya. Pertukangan, kerajinan tangan, tenun dan pertambangan mulai diperkenalkan pada rakyat setempat.
Perdagangan di antara kedua belah pihak pun mulai terjalin. Sebagai duta persahabatan, Zheng Ho selalu membawa berbagai macam barang berharga untuk para raja negeri yang dikunjunginya. Lonceng Cakra Donya yang sekarang tersimpan di Musium Banda Aceh adalah hadiah Laksamana Zeng Ho kepada raja Samudera Pasai pada tahun 1419. Untuk jelasnya jalur pelayaran Laksamana Zheng Ho dapat dilihat pada gambar 4.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan pokok penelitian yang telah dilaksanakan adalah untuk: (1) menemukan hubungan internal dan eksternal antara ceritera-ceritera lisan (misalnya mite) tersebut degan ritual yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. (2) mencari struktur-struktur yang terdapat pada ceritera-ceritera lisan (mite) tersebut. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini bersifat eksploratif dan deskriptif.
Penelitian eksploratif ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai suatu gejala tertentu atau mendapatkan ide-ide baru mengenai gejala itu, sehingga dapat merumuskan masalahnya secara lebih terperinci (Koentjaraningrat,1985:29). Berkaitan dengan sifat eksploratif, maka penelitian ini merupakan studi kasus yaitu menggunakan suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek yang diteliti. Dengan demikian maka data yang dikumpulkan, dipelajari dari suatu keseluruhan secara holistik atau terintegrasi. Segala aspek dari tingkah laku sosial dan proses-proses yang berhubungan dengannya dipelajari dalam konteks sosialnya (Vredenbregt , 1978 : 38-39; Koentjaraningrat,1985:30).
Penelitian ini juga bersifat deskriptif, karena penelitian ini memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu keadaan, gejala atau kelompok tertentu (Koentjaraningrat,19B5:3B). Gambaran yang akan diberikan di sini ialah tentang mite-mite dalam suatu kelompok masyarakat tertentu dan ritual yang diselenggarakan. Untuk mengetahui struktur mite, maka data-data akan dikumpulkan, ditranskripsikan, diterjemahkan, dianalisis kemudian diinterpretasikan sesuai dengan sifat penelitian deskriptif. Data - data mengenai klenteng, tempat pemujaan dan ritual juga akan dikumpulkan, dianalisis dan diinterpretasikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 11 (3-4) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1992
LAPEN 16 Irm f
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>