Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Suryani
"Karya tulis ini berisi komposisi unsur Situs Pasir Angin dan pengaruh komposisi unsur tersebut dalam teknologi pembuatannya. Penelitian ini dilakukan untuk menambah data mengenai komposisi unsur perunggu dan teknik pembuatannya pada masa prasejarah di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah pencarian sumber pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian. Setelah itu, dilakukan penentuan sampel penelitian. Penelitian mengenai komposisi unsur ini bersifat destruktif yaitu penelitian yang merusak data arkeologi. Oleh karena itu, dalam penentuan sampel penelitian, harus melalui perizinan dari pihak Pusat Arkeologi Nasional. Selain hal tersebut, penentuan sampel penelitian didasarkan pada getas atau tidaknya artefak perunggu dan bentuknya. Sampel-sampel dalam penelitian komposisi unsur ini berupa 1 fragmen berulir, 2 fragmen kapak, 1 fragmen berhias, 1 fragmen tongkat, 1 fragrnen mangkuk, 2 fragmen perunggu, dan 1 fragmen bagian bibir. Pada tahap pengolahan data digunakan ilmu bantu yaitu ilmu material dengan menggunakan metode Scanning Electron Microscopy (SEM) yang terdiri dari tiga rangkaian alat yaitu Energy-dispersive Spectrometer (EDS), Semafore dan Scanning microscope. Hasil didapatkan dari alat SEM ini adalah komposisi unsur masing-_masing sampel, grafik, dan gambar mikrostruktur artefak perunggu. Langkah terakhir adalah pengintrepretasian semua hasil analisis laboratorium. Berdasarkan analisis laboratorium, diketahui bahwa komposisi unsur artefak perunggu Situs Pasir Angin terdiri dari unsur utama pembentuk perunggu dan unsur penyerta pembentuk perunggu. Unsur utama pembentuk perunggu terdiri dari tembaga dan timah. Unsur timah dalam paduan perunggu berpengaruh dalam titik lebur campuran perunggu, kekerasan perunggu, tampilan warna dan tahan terhadap proses korosi. Sedangkan yang termasuk unsur penyerta dalah fospor, besi, aluminium, timbal, arsenikum, silikon, dan seng. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa artefak perunggu Situs Pasir Angin dengan komposisi unsur tersebut dalam tahap pembuatannya dilakukan dengan menggunakan proses cetak dengan menggunakan cetakan setangkup. Teknik pembuatan tersebut diperkuat juga dengan melihat bentuk artefaknya. Selain hal tersebut, pada penelitian ini juga diketahui bahwa artefak logam yang terdapat di Situs Pasir Angin tidak hanya terbuat dari besi, perunggu dan emas tetapi juga digunakan artefak logam yang terbuat dari bahan kuningan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
J. Ratna Indraningsih
"Manik-manik sebagai salah satu obyek studi arkeologi lndonesia, dapat dikatakan masih sangat langka dibicarakan. Terutama dalam mengungkapkan hubungan manik-manik dengan manusia pendukungnya. Secara umum dapat didefinisikan bahwa manik-manik ialah butiran-butiran kecil dari merjan, kerang,tulang, kaca atau batuan, yang diberi berlubang dan di untai sebagai perhiasan tubuh manusia. Manik-manik dapat kita jumpai pada aneka suku-bangsa di dunia ini, sehingga dapat dikatakan bahwa perhiasan manik-manik ini termasuk salah satu unsur kebudayaan universil.
Tujuh unsur kebudayaan universil sebagai hasil dari keseluruhan tata kelakuan dan kelakuan manusia, terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut: sistem peralatan dan perlengkapan hidup, unsur mata pencaharian, unsur bahasa, unsur kesenian, unsur kemasyarakatan, unsur sistem pengetahuan dan unsur religi (Koentjaraningrat 1972: 82). Unsur kebudayaan yang berhubungan dengan manik-manik ialah unsur peralatan dan perlerigkapan hidup serta unsur religi. Dalarn pembagian terhadap sistem peralatan dan perlengkapan hidup manusia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S11616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Mardiani
"
ABSTRAK
Artefak batu banyak ditemukan dalam situs-situs prasejarah di Indonesia. Artefak ini terdiri dari berbagai jenis dalam kategori alat masif dan alat serpih-bilah. Pada penelitian ini, kategori artefak batu difokuskan pada alat serpih-bilah yang ditemukan dari hasil ekskavasi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) di situs gua Song Keplek di daerah Punung, Pacitan, Jawa Timur.
Alat serpih-bilah umumnya memiliki teknologi yang hampir sama dengan alat batu masif. Perbedaannya adalah pada teknologinya, yaitu teknik pemangkasan pada alat batu masif dan teknik penyerpihan pada alat serpih-bilah. Tahapan teknologi alat batu terdiri dari perolehan bahan (dengan cara penyiapan dan pengolahan bahan), pembentukan bahan, dan penyempurnaan atau penghalusan alat.
Teknologi yang diuraikan merupakan teknologi umum yang berkembang untuk serpih-bilah. Teknologi ini tentunya berkembang pada pembuatan alat yang dapat menjadi suatu kegiatan penghasil alat, yaitu indusrtri alat batu. Berkaitan dengan perolehan bahan, suatu industri alat batu memerlukan keberadaan sumberdaya batuan. Sumberdaya batuan itu terdapat di lingkungan, dan untuk mendapatkannya, manusia memiliki pengetahuan dalam memilih bahan batuan yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini memicu munculnya permasalahan pemanfaatan sumberdaya batuan sebagai alat batu di situs ini dengan tujuan untuk mengetahui kaitan antara teknologi dengan sumber bahan agar dapat menjawab perilaku manusia di situs dalam memanfaatkan lingkungan alam, khususnya sumberdaya batuan.
Tujuan penelitian di atas dicoba dicapai dengan menganalisis khusus (specific analysis) terhadap temuan serpih-bilah di Situs Song Keplek, termasuk dengan pengujian petrografi dari serpih yang ditemukan. Analisis kontekstual (contextual analysis) dilakukan terhadap lingkungan situs yang diduga sebagai sumber bahan. Pada penelitian ini juga dilakukan survei pemukaan terhadap beberapa situs sumber.
Tujuan penelitian ini dapat dicapai dan kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) tahap pengerjaan alat batu Situs Song Keplek telah mencapai tahap penyempurnaan alat, (2) Sumber bahan batuan terdapat di lingkungan sekitar situs, dengan 3 kelompok radius daerah perolehan sumber, semakin dekat jarak sumber ke situs, maka semakin besar kemungkinannya sumber itu dimanfaatkan, dan sebaliknya (3) Proses perjalanan alat batu dari bahan hingga alat adalah merupakan hasil seleksi terhadap bahan di dalam teknologi pembuatannya.
"
1998
S11564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarti Prijono
"Pasir Angin site is located in the western part of Java Island kept many artifacts coming
from metal materials bronze. Bronze at the site was found in context as a means or equipment
worship ancestral spirits. The context also shows that Bronze at the time it was considered a
luxury item, and community allegedly Pasir Angin was first exposed to goods of metal materials
that are the result of high technology. On this site can not be found the remains of bronze
production, so it alleged that no local production of bronze artifacts, but to come from surplus
areas such objects and how spreading. Through metallographic analysis showed that bronze
objects Pasir Angin site making techniques have similarities with the Dong Son bronze objects. In
addition, there were traces of shipping and commercial activities that have ever taken place
between the Chinese in this case with Indonesia Dong Son bronze objects strengthens the case
originated from the region. Thus the site became Pasir Angin setrategis region that gave birth to
early civilizations utilization of high technology. The findings of bronze objects on this site
strengthens the case that Java has entered International network since the perundagian."
Balai Arkeologi Jawa Barat, 2016
930 ARKEO 36:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ariefianto
"Penelitian mengenai ragam hias perunggu prasejarah koleksi Museum Nasional Jakarta, bertujuan untuk mengetahui persebaran berbagai macam ragam hias dan keterat_uran-keteraturan yang ada pada benda-benda perunggu tersebut, serta hubungan antara suatu jenis ragam hias dengan benda-benda perunggu itu sendiri. Pengumpulan data dilakukan terbatas terhadap benda perunggu prasejarah ber_hias koleksi Museum Nasional Jakarta. Kemudian masing-masing hiasan tersebut dikumpulkan dan dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu, yang untuk selanjutnya dilihat persebaran serta gejala-gejala yang muncul di dalamnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ragam hias geometris terdapat pada setiap jenis benda perunggu prasejarah, sedangkan teknik hias yang banyak dipergunakan pada hampir disetiap jenis benda perunggu prasejarah adalah teknik hias cetak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1979
499.2 IND b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial SAR Ibrahim
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
R 499. 221399225 SYA k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial SAR Ibrahim
Jakarta : Balai Pustaka, 2001
R 499.221 3 SYA k
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Santoso
"Bangunan megalitik dibangun atas dasar kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan akan hal ini dimanifestasikan dalam berbagai bentuk megalitik. Pada beberapa punden berundak, kepercayaan ini dapat dibuktikan dengan adanya altar dengan orientasi ke tempat yang lebih tinggi atau penempatan menhir sebagai perwujudan roh nenek moyang. Keumuman yang ada di teras-teras punden berundak adalah ditemukannya menhir yang ditempatkan pada teras utama. Permasalahan penelitian dalam kaitannya dengan hal ini adalah batu lumpang di situs Pasir Lulumpang memiliki keunikan dengan ditempatkan pada teras teratas punden berundak. Tentunya dengan kondisi yang demikian, batu lumpang punden berundak situs Pasir Lulumpang memiliki kekhasan dalam hal organisasi ruang yang ada. Adanya upaya untuk mencari jawaban dengan analogi etnografi tentu saja menjadi alternatif bagi peneliti sebagai sumber interpretan yang juga menjadi bantuan analisis dengan permasalahan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas. Adanya penempatan batu lumpang di teras teratas setidaknya menunjukkan bahwa ada yang dibedakan dalam hal penempatannya jika dibandingkan dengan fenomena di punden berundak lainnya. Di sini demikian nyata adanya fenomena pertandaan. Dengan kenyataan tentang permasalahan penelitian di atas maka adanya batu lumpang di puncak punden berundak ini menimbulkan berbagai pertanyaan, yaitu:Komponen-komponen apa saja yang termasuk dalam fenomena pertandaan pada punden berundak?, Apakah yang menjadi ground dalam pertandaan? Termasuk qualisign, sinsign, atau legisign? Apakah yang termasuk dalam ikon, indeks, dan simbol dalam hubungan antara tanda dengan referent-nya?"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11745
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketuk Cave complex as apart of Pawon karstic area. It located at the eastern side of Pawon Cave. The collecting data from Ketuk Cave complex had been down by survey and excavation. The conclusion based on the research is some of cave on Ketuk Cave complex had some indication about human activity in the pastonit location. The artifactual remains had found such as in Ketuk Cave 3,4, and Ketuk Cave above. The carbon dating analysis from the samples and stalactite had been shown about it chronology, 1560 ± 140 BP(sand) and 3260 ± 120 BP(stalactite). That mean a while, the human activity there is not in the same era with in Pawon Cave. Pawon Cave had the carbon dating chronology during 5660
± 180 BP until 9525 ± 200 BP."
PURBAWIDYA 2:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>