Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 181702 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Fenomena mengenai perbedaan kualitas dan kuantitas bacaan anak lokal dan terjemahan di Indonesia dijadikan sebagai latar belakang penelitian ini. Permasalahan yang akan diangkat yaitu untuk mengetahui adakah persamaan dan perbedaan karakteristik bacaan anak lokal terjemahan termasuk apa keunggulan dan kelemahannya serta bagaimana kebijakan penerbit dalam menentukan proporsi bacaan anak lokal dan terjemahan. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dengan mengkaji jenis bacaan buku cerita bergambar (picture story book) yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo tahun 2000.Tujuan penelitian yaitu menganalisis isi bacaan anak serta membandingkan karakteristik bacaan anak lokal dan terjemahan yang menyangkut unsur-unsur intrinsik, ilustrasi, dan format buku, termasuk mengungkapkan persamaan dan perbedaan serta keunggulan dan kelemahan yang terdapat pada bacaan anak lokal dan terjemahan. Sedangkan unsur-unsur ekstrinsik yang dibahas adalah kebijakan masing-_masing penerbit dalam menerbitkan bacaan anak lokal dan terjemahan yang hasil terbitannya dikaji dalam penelitian ini.Metode penelitian ini adalah analisis isi bacaan anak( yang terdiri atas unsur-unsur intrinsik fiksi, ilustrasi, dan format buku. Kemudian dilanjutkan dengan membuat perbandingan karakteristik bacaan anak lokal dan terjemahan. Untuk mengungkapkan kebijakan penerbit mengenai proses penerbitan bacaan anak, dilakukan wawancara dengan editor bacaan anak dari penerbit Gramedia Pustaka Utama, Gramedia Widiasarana Indonesia, dan Elex Media Komputindo.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan bacaan anak lokal dan terjemahan. Dilihat dari unsur-unsur intrinsik, bacaan anak lokal dan terjemahan memiliki beberapa persamaan pada plot, konflik, tokoh utama, dan sudut pandang. Sedangkan dari segi ilustrasi keduanya memiliki persamaan dalam hal teknik pembuatan ilustrasi dan gaya ilustrasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada ragam bacaan anak. Bacaan anak lokal lebih banyak berupa cerita rakyat, sedangkan dalam bacaan anak terjemahan lebih banyak berupa cerita fantasi.Keunggulan bacaan anak lokal dibandingkan bacaan anak terjemahan terletak pada variasi ragam bacaan yang ditampilkan. Penulis lokal sudah merambah pada ragam fantasi, fiksi realistis, dan cerita rakyat. Sedangkan kelemahannya adalah alur cerita dalam bacaan anak lokal cenderung berbelit-belit, cara penyampaian pesan belum terasa halus, dan tidak mampu menarik anak ke dalam suatu dunia yang menyenangkan dan serba mungkin.Keunggulan bacaan anak terjemahan yaitu jenis bacaan ini memiliki alur cerita yang sederhana, penyampaian pesan yang halus, ilustrasi yang baik, dan karakter tokoh yang kuat. Sedangkan kelemahannya adalah bacaan anak terjemahan lebih menonjolkan popularitas karakter tokoh cerita, akibatnya jalan cerita tidak mendapat perhatian yang serius oleh penulis.Dari segi proses penerbitan, penerbit lokal memiliki kesulitan dalam memperoleh naskah bacaan anak lokal; proses penerbitan bacaan anak lokal yang membutuhkan waktu lama; penerbit merasa sumber daya manusia yang menguasai teknik komputer untuk menghasilkan ilustrasi dan tampilan buku yang artistik masih kurang; penjualan bacaan anak lokal kurang bagus disebabkan minat masyarakat lebih mengarah pada bacaan anak terjemahan yang sudah memiliki karakter tokoh yang terkenal. Hal-hal di atas menyebabkan kuantitas penerbitan bacaan anak lokal lebih rendah dibandingkan bacaan anak terjemahan."
[;;, ]: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Andriansyah
"Penelitian mengenai Penerbitan buku bidang sosial dan budaya tahun 1997-2001 pada 3 penerbit anak_-perusahaan Kelompok Kompas Gramedia ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember 2003. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerbitan buku bidang sosial dan budaya pada tahun 1997-2001 yang diterbitkan oleh 3 penerbit anak-perusahaan Kelompok Kompas Gramedia beserta aspek-aspek yang terdapat di dalamnya. Pengumpulan data dilakukan melalui berkas buku-buku bidang sosial dan budaya yang telah diterbitkan oleh 3 penerbit anak-perusahaan Kelompok Kompas Gramedia dan wawancara kepada penanggung jawab pada masing-masing penerbit. Data yang diperoleh diolah dengan membuat transkripsi hasil wawancara kemudian dilakukan analisis sehingga dapat diambil kesimpulan mengenai keadaan penerbitan buku bidang sosial dan budaya yang telah diterbitkan oleh 3 penerbit anak-perusahaan Kelompok Kompas Gramedia. Kesimpulan yang dapat diambil dari peneritian ini adalah bahwa keadaan penerbitan buku bidang sosial dan budaya yang dilakukan oleh Penerbit Gramedia Pustaka utama, Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia dan Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia terus meningkat dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2001. Disamping itu, ketiga penerbit tersebut tidak mengalami banyak kendala dalam menerbitkan buku bidang sosial dan budaya pada kurun waktu 1997-2001. Kunci bagi penerbit dalam menerbitkan buku yakni jeli melihat perkembangan tema yang dibutuhkan masyarakat serta selektif dalam menilai naskah. Saran-saran yang dapat penulis kemukakan sebagai masukan untuk memperbaiki keadaan penerbitan buku bidang sosial dan budaya adalah bagi para penerbit pada umumnya dan Penerbit Kelompok Kompas Gramedia pada khususnya untuk terus berusaha mengembangkan penerbitan buku bidang sosial dan budaya yang bermutu bagi masyarakat guna ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa serta diharapkan perhatian dan peran serta berbagai pihak seperti pemerintah, IKAPI, dan pihak swasta untuk membantu memajukan industri penerbitan buku di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Andriya
"Dalam penelitian mengenai Minat dan Kebiasaan Membaca Anak - Anak Terhadap Komik Terjemahan Asal Jepang Terbitan PT Elex Media Komputindo, penulis mengkaji aspek-aspek seperti berikut: yaitu waktu yang digunakan untuk membaca dalam seminggu, bacaan selain komik yang juga mereka baca serta apakah mereka juga membaca komik jenis lain, usia mereka mulai membaca komik Jepang, waktu yang digunakan untuk membaca komik dalam seminggu, kepemilikan mereka terhadap komik Jepang tersebut, jenis - jenis komik yang paling mereka sukai, cara mendapatkan dan mengetahui keberadaan komik Jepang tersebut, alasan mereka menyukai komik Jepang tersebut, serta keberadaan dan perlunya komik Jepang tersebut di perpustakaan. Penelitian ini menggunakan metode survei, dan teknik pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling atau pengambilan sampel secara sengaja. Pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 orang anak yang terpilih sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat anak - anak terhadap komik Jepang ternyata cukup besar. Hal itu dapat dibuktikan, dengan mudah dan cepatnya penulis mendapatkan anak - anak yang akan dijadikan responden. Untuk waktu membaca secara umum dihabiskan oleh anak - anak 1 - 1,5 jam per hari. Dari waktu tersebut, 50% mereka menghabiskan untuk membaca komik, sedangkan 50% dari waktu tersebut mereka gunakan, untuk membaca komik Jepang. Sejak berumur 7 - 8 tahun para responden sudah membaca komik Jepang. 95 % dari responden memiliki komik Jepang, sedangkan 36 orang responden (37,9%) memiliki 31 - 35 buah komik, 55 orang responden (57,9%) memiliki 1 - 10 judul komik, dan jumlah komik Jepang yang dibaca selama 3 bulan terakhir oleh seluruh responden adalah 16 - 20 buah komik. Anak perempuan lebih suka membaca daripada anak laki - laki. Sebanyak 27 orang (28,4%) responden membeli komik Jepang tiap 3 - 4 minggu. Sebagian besar anak - anak mendapatkan komik tersebut dengan cara membeli dan meminjam dari teman, selain itu mereka mengetahui keberadaan komik tersebut dari teman dan dari took/ kios buku. Jenis komik Jepang yang paling disukai oleh responden adalah serial petualangan seperti Detektif Conan, baik itu bagi anak perempuan ataupun anak laki - laki. Detektif Conan juga merupakan judul komik yang paling banyak dibaca oleh anak - anak selama 3 bulan terakhir. Alasan para responden menyukai komik Jepang adalah dikarenakan cerita dan gambar komik Jepang bagus dan lucu. Perpustakaan tampaknya masih sedikit menyediakan komik Jepang. Terbukti 74 % dari para responden tersebut belum pemah menemukan komik Jepang di perpustakaan. Padahal 90 % dari para responden dalam penelitian ini menyatakan, bahwa komik Jepang perlu disediakan di perpustakaan."
2000
S15442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanasale, Adry M
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik komik-komik terjemahan asal Elex Media Komputindo dan kesesuaian dari karakteristik tersebut dengan usia anak yang membacanya; dan untuk mengetahui kriteria pemilihan judul-judul komik yang akan diterjemahkan dan diterbitkan oleh pihak Elex Media Komputindo.
Metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini adalah: (1) melakukan wawancara dengan penerbit Elex Media Komputindo untuk mengetahui judul-judul komik yang sudah diterbitkan, kebijakan mereka dalam menyeleksi dan menetapkan judul-judul komik yang akan diterjemahkan dan diterbitkan, dan kepada pembaca usia berapa sajakah komik tersebut ditujukan; dan (2) memeriksa dan menganalisa judul-judul komik terjemahan yang telah diterbitkan oleh Elex Media Komputindo. Setiap komik yang diperiksa kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tema: persahabatan dan cinta remaja, horor dan misteri, kehidupan anak (humor), petualangan, kehidupan keluarga, fantasi, sejarah, kehidupan binatang, dan pendidikan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ternyata tidak semua komik dari kelompok-kelompok tema yang ada tersebut sesuai bagi usia pembaca anak yang telah ditetapkan oleh Elex Media Komputindo (6 - 15 tahun). Hanya komik-komik dari kelompok tema kehidupan anak (humor), kehidupan keluarga, sejarah, kehidupan binatang, dan pendidikan sajalah yang dapat dinilai 'bersih' dari unsur-unsur yang ditakutkan beberapa pengamat-sebagai dapat merusak mentalitas anak Indonesia. Banyaknya ketidaksesuaian ini juga menunjukkan bahwa pihak Elex Media Komputindo kurang ketat dan konsisten dalam melaksanakan proses penyeleksian judul-judul komik yang akan mereka terjemahkan dan terbitkan, sesuai dengan kriteria yang telah mereka tetapkan.

"
1995
S14889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuria Widyasari
"Komik Asterix hasil karya Rene Goscinny dan Albert Uderzo merupakan komik yang sangat terkenal bukan saja di negeri asalnya, Perancis, melainkan juga di seluruh dunia. Kejenakaannya begitu mudah dicerna, bahkan oleh masyarakat di negeri-negeri yang tidak memiliki atau mengetahui budaya Perancis sekalipun. Mengapa? Itulah yang dibahas di skripsi ini. Setelah diperhatikan dengan teliti, ternyata komik Asterix mengandung budaya-budaya modern yang mendunia, Padahal latar cerita komik itu berada pada jaman Galia Romawi, yaitu tahun 50 sebelum Masehi. Di sini jelas terjadi suatu anakronisme atau kerancuan waktu. Komik terdiri dari gambar-gambar dan teks yang merupakan satu kesatuan. Dalam komik Asterix ini, gambar-gambar dan teks yang tersaji hampir selalu berupa ikon dari realita masa kini, yang disesuaikan dengan latar cerita, yaitu tahun 50 sebelum Masehi. Sangat terasa bahwa budaya modern itu ada dalarn konsep-konsep ide yang dikemukakan sementara budaya Galia Romawi muncul pada visualisasinya. Dalam sebuah karya sejarah, anakronisme memang merupakan suatu kesalahan besar. Namun komik Asterix justru sengaja menggunakannya untuk menciptakan humor-humor segar. Bahkan dengan _kesalahan_ itu, tanpa disadari, para pembacanya telah mempelajari budaya dan sejarah Romawi serta budaya modern yang dimiliki negara lain. Memang inilah kekuatan komik tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evita Ringkitan Ponto
"ABSTRAK
Buku cerita bergambar sangat bermanfaat, selain dapat menanamkan rasa cinta anak pada buku juga dapat menjalin keakraban anak dan orangtuanya. Di Indonesia, sejarah perkembangan buku cerita bergambar dimulai dari Balai Pustaka sebagai penerbit tertua dan juga pertama yang menerbitkan bacaan anak-anak. Sesudah tahun lima puluhan, barulah muncul buku cerita bergambar karya ilustrator dalam negeri. Walaupun penampilannya masih amat sederhana, namun buku-buku tersebut telah memenuhi syarat sebagai buku cerita bergambar. Selanjutnya sekitar tahun tujuh puluhan dengan munculnya penerbit-penerbit swasta yang menerbitkan bacaan anak, semakin bertambah pula buku cerita bergambar yang diterbitkan. Pada tahun tujuh puluhan ini ada beberapa buku cerita bergambar yang memiliki corak khas dari ilustrasinya, meskipun berwarna hitam-putih tetapi cukup dapat menumbuhkan imajinasi anak. Tahun delapan puluhan, adalah masa buku-buku terjemahan membanjiri bacaan anak terutama buku-buku yang memiliki ilustrasi sebagai porsi terbesar. Salah satu alasan mengapa penerbit-penerbit tersebut banyak menerbitkan buku cerita terjemahan, ialah karena masalah ongkos produksi yang tinggi unruk menerbitkan buku cerita bergambar dalam negeri. Keadaaan seperti ini tanpa disadari dapat membuat peranan ilustrator Indonesia semakin terpojok. Dalam waktu sepuluh tahun terakhir hingga pertengahan tahun 1988, tercatat jumlah buku cerita bergambar dalam negeri sebanyak 52,86% dan jumlah buku cerita bergambar luar negeri sebanyak 47,14%. Walaupun buku cerita bergambar yang diterbitkan atau yang beredar kini sudah lebih banyak dibandingkan sepuluh tahun yang lampau tetapi masih kurang baik dari segi variasi dan mutu. Beberapa masih berwarna hitam-putih. Tata letak dan ilustrasi kurang seimbang. Penggambaran karakter tokoh cerita masih lemah. Jumlah kalimat terlalu banyak. Dan penampilan ilustrasinya menunjukkan penguasaan teknik menggambar dari para ilustrator cukup baik.

"
1989
S15263
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lu`Luam Mantsura
"Menuturkan cerita merupakan hal yang mudah dan dapat dilakukan oleh kalangan manapun. Pada anak, kegiatan ini banyak memberikan manfaat bagi perkembangannya. Ternyata terdapat dua cara penyajian cerita yang saling dan dengan mudah dilakukan oleh pencerita yaitu, menuturkan cerita dibantu dengan buku cerita bergambar dan tanpa buku cerita bergambar. Hasil dari kegiatan ini tentunya diharapkan anak dapat memahami cerita yang dituturkan.
Bila dilihat melalui proses pengolahan informasi, maka cerita yang dituturkan merupakan sebuah informasi baru bagi anak. Kemudian informasi itu akan terpapar pada sensory memory kemudian di teruskan ke short term memory hingga bermakna dan tersimpan dalam long term memory. Dalam long term memory terdapat script, yaitu representasi pengetahuan secara mental. Jadi bila diteliti lebih jauh maka, cerita yang disampaikan dengan Cara berbeda, maka pengolahan informasinya akan berbeda, sehingga akan menghasilkan script yang berbeda pula. Maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah, bagaimana proses pemerolehan script sebagai hasil pemahaman anak terhadap cerita yang disajikan. Hal ini dapat diketahui melalui uraian komponen script yang diperoleh anak ketika menceritakan kembali cerita tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih detail pada subjek maka dilakukan pendekatan penelitian melalui studi kasus. Teori yang digunakan adalah teori pengolahan informasi, script dan diuraikan pula karakteristik anak usia tiga tahun.
Subjek penelelitian adalah 4 orang anak usia tiga tahun (dengan rentang usia 3 tahun sampai 3 tahun 8 bulan). Anak sudah mampu berbicara paling sedikit mampu merangkaikan dua kata menjadi sebuah kalimat. Anak mampu berinteraksi dan bercakap-cakap berbentuk tanya jawab yang terbuka terhadap topik yang beragam. Ibu dari keempat subjek merupakan bagian dad 30 orang ibu yang mengisi daftar kata yang disarikan dad Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS Poerwadarminta, 1988). Melalui daftar kata ini dapat diketahui kata yang telah diucapkan dan dipahami anak usia tiga tahun.
Script adalah representasi pengetahuan, sehingga untuk mengetahui bagaimana anak memaharni informasi dapat dilihat melalui bagaimana struktur script anak. Setiap script diaktifkan oleh judul script. Script terdiri atas beberapa komponen yaitu variabel-variabel dan benda yang mendukung berlangsungnya peristiwa(prop), tokoh dan peran yang dimainkan (role), tindakan (scene) dan kumpulan uraian yang menjelaskan tindakan (slot). Analisa hasil akan dilihat melalui uraian komponen script cerita narasi yang anak peroleh, sehingga akan terlihat pemahaman anak terhadap cerita.
Basil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua penyajian cerita, anak memiliki indikasi mernahami cerita yang disampaikan. Hal ini terlihat dari bagaimana anak menceritakan kembali cerita tersebut. Perbedaan strategi pengolahan informasi sangat jelas terlihat, dimana pada penyajian dengan buku cerita bergambar anak sangat sederhana menggunakan strategi elaborasi dan visual imagery. Hal ini jauh berbeda dengan penyajian tanpa buku cerita bergambar, dimana anak sangat kaya dan kuat melakukan visual imagery dan elaborasi, sehingga tampak adanya penyimpangan alur cerita dan membuat rangkaian cerita selanjutnya berbeda dengan alur cerita naskah instrumen. Walau demikian, tujuan akhir cerita sangat mirip dengan apa yang terurai dalam naskah instrumen."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesdanina Damly
"ABSTRAK
Tesis ini meneliti Buku Cerita Bergambar (BCB) anak di RFJ tahun 1970-1990 dilihat dari segi pedagogis dan sosial politis masyarakatnya. Buku-buku yang dipilih yaitu yang mendapat hadiah tahunan dan nominasi Deutscher Jugendbuch--preis (DJP) antara tahun 1970 sampai 1990 dan berjumlah 38 buah.
Penelaahan dalam tesis dilihat dari metode kritik ideologi (dalam perkembangan terakhir teori ini desebut Teori Kritis) yang dikembangkan oleh Malta Dahrendorf. Kritik tersebut berasal dari teori Wissenssoziologie. Teori ini berasal dari Sosiologi Sastra yang terbagi atas dua aliran yaitu aliran Marxistis dan Wissenssoziologi. Karl Mannheim dari aliran Wissenssoziologie berpendapat bahwa suatu konsep akan muncul sebagai ide/ gagasan jika diamati dari dalam dan sebagai ideologi sejauh ia diamati dari luar.
Tujuan kritik ideologi/ teori kritis adalah membuat suatu teks transparan yang berarti bahwa minat, tujuan pengarang harus dibuat menjadi jelas.
Dengan demikian kritik ideologi/ teori kritis berupaya untuk membuka tabir ideologi (ide, gagasan) dalam suatu teks, harus menerangkan motivasi dan penyebab adanya ideologi tersebut.
Harus pula diterangkan mengapa suatu ide dianggap wajar atau tabu.
Untuk mengetahui penyebab dan motivasi tersebut dan untuk lebih mengerti sastra anak dan remaja (SAR) tahun 1970-an maka harus diketahui latar belakang politik dan sosial budaya RFJ tahun 60-an sampai 90-an.
Demonstrasi mahasiswa pada tahun 70-an sangat berperan bagi kesusteraan anak dan remaja pada kurun waktu itu. Bersamaan dengan itu filsafat Kritische Theorie(Teori Kritis) dari aliran Frankfurter Schule yang dikembangkan oleh Horkheimer dan Adorno yang lebih dikenal sebagai aliran Neue Linke (aliran Kiri Baru ) atau Dialektik.
Bertitik tolak dari perdebatan antara golongan Dialektik dan Positivismus (para ahli psikologi sosial) mengenai pendidikan, pada tahun 70-an timbullah dua aliran dalam Kesusasteraan Anak dan Remaja yaitu : 1) aliran yang politis-revolusioner atau disebut juga aliran sosiologis-marxistis dan 2) aliran antiotoriter atau aliran reformeris-emansipatoris.
Da1am tesis ini juga diuraikan apa yang dimaksud dengan buku cerita bergambar (BCB), pembagian jenis (genre), sedikit sejarah perkembangannya, penilaian dan fungsi SAR yang sering berbeda-beda menurut kebutuhan jaman (umpamanya fungsi dan tujuan BCB dalam zaman Nazi berbeda dengan BCB sesudah perang dunia kedua)
Analisis BCB secara tematis dan kritik ideologis terhadap 38 karya--karya pilihan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1) 35% dari BCB yang diteliti dapat dikategorikan ke dalam BCB yang baik menurut kriteria Dahrendorf, Haas dan Freund. Termasuk ke dalam golongan ini yaitu BCB yang termasuk butir 5.2, 5.3 dan 5.4 dalam tesis.
2) 65% dari BCB yang diteliti adalah BCB yang mempunyai misi dari suatu golongan tertentu dengan ide-ide, gagasan, tujuan-tujuan tertentu, tidak murni untuk anak, melainkan lebih sesuai untuk konsumsi orang dewasa, karena sukar ditangkap daya pikir anak 3-8 tahun. Dengan kata lain BCB tersebut dipolitisasi atau dimanipulasi demi kepentingan kelompok tertentu. Termasuk ke dalam golongan ini yaitu butir-butir 5.1, 5.5, 5.6 dan 5.7.
Akan tetapi pada akhirnya BCB anak tak mungkin luput dari suatu ide, gagasan maupun ideologi tertentu, karena seperti kata Kluckhohn yang dikutip oleh Mussen, seorang ahli psikologi anak, adalah bahwa setiap masyarakat akan mendidik generasi mudanya menurut apa yang diinginkan oleh lingkungannya. Selanjutnya ia mengatakan bahwa setiap masyarakat mempunyai warisan leluhurnya berupa adat sopan santun, ajaran hidup, pengetahuan, kebudayaan dan cara berpikir masyarakat tersebut.
Selain itu Malta Dahrendorf menyatakan bahwa pemikiran atau cara berpikir seseorang tak dapat dihindari dari sifat ideologis, karena orang itu tak dapat berdiri di luar perdebatan politis, sebab ia harus mengambil sikap.
Secara umum dapat dikatakan bahwa dalam BCB di RFJ yang mendapat hadiah DJP antara tahun 1970 sampai 1990 ini terdapat kritik terhadap teknologi modern, beserta dampaknya. Teknologi yang telah menghasilkan masyarakat industri membawa dilema yaitu kesejahteraan dan sekaligus malapetaka.
Jalan keluar satu-satunya adalah menyadarkan generasi muda akan hal itu dan berupaya mengurangi dampak buruk teknologi seringan mungkin. Para pengarang melakukan tugas mereka dengan menulis BCB untuk anak umur 3-8 tahun, karena pendidikan harus di mulai sedini mungkin, walaupun dalam penelitian ini terbukti bahwa 65% BCB yang diberi penghargaan yang bergengsi di RFJ itu dikategorikan sebagai buku yang lebih cocok untuk orang dewasa. "
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Utari
"Citra toko merupakan anteseden dari kepuasan dan loyalitas. Citra perusahaan didefinisikan sebagai gabungan sikap yang dipikirkan oleh konsumen dengan atribut toko yang penting dan mengevaluasi kineijanya. Citra toko bisa diukur dengan lima dimensi yaitu kualitas layanan, kualitas produk, atmosfer toko, fasilitas, dan harga. Penelitian ini menooba untuk menggali hubungan antara citra toko, kepuasan, dan loyalitas. Dalam penelitian ini juga memasukkan variabel kepercayaan dan komitmen sebagai variabel mediator antara kepuasan dan loyalitas.
Peneiitian ini merupakan studi kasus pada konsumen toko buku yang berada di wilayah Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi). Data yang terkumpul sebanyak 186 responden pelanggan toko buku, penggolahan data dilakukan dengan metode SEM (Structural Equation Modelling) menggunakan program LISREL 8.30 dengan metode estimasi Maximum Likelihood.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel citra toko berpengaruh secara positif terhadap kepuasan pelanggan. Tetapi, citra toko tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Temuan lain dari penelitian ini adalah kepuasan berpengaruh secara positif terhadap kepercayaan pelanggan, demikian juga kepercayaan berpengaruh secara positif terhadap komitmen. Komitmen berpengaruh secara positif terhadap loyalitas pelanggan, tetapi kepuasan tidak berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan.
Implikasi penting dari penelitian ini bagi peneliti dan praktisi adalah bahwa citra toko merupakan anteseden dari kepuasan dan loyalitas pelanggan.

Store image is recognized as important antecedent of satisfaction and loyalty. Store image is expressed as a junction of the salient attributes of a particular store that are evaluated and weighted against each others. Store image has been measured by five dimension (service, product, atmosphare, facility, and price). This study attempted to esgolore the store image, customer satisfaction and customer loyalty. In addition, I used trust and commitment; as these constructs are generally recognized as important mediators of the relationship between satisfaction and loyalty.
This research is a case study on books store's customer in Jabotabek. Data from 186 consumer of books store were analyzed using Structural Equation Modeling (SEM) with appplicable software package Lisrel 8.30 and provided support for our conceptual model. Estimation Method in analyng the data is Maximum Likelyhood.
The study results reveal that store image have a positive impact on customer satisfaction. However; store image is not related to customer loyalty. I also found that satisfaction positively impacts trust which in turn leads to commitment, and fnallv to increase customer loyalty. But I found that satisfaction is not related to customer loyalty.
An important implication of this study is that researchers as well as practitioners need to systematically consider store image as antecedents of satisfaction and loyalty."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T16980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>