Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 127582 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sonny Chr. Wibisono
"Salah satu propinsi yang menjadi tempat penyebaran tinggalan arkeologi di Indonesia adalah Sumatra Utara. Luas daerah, keadaan medan, dan terbatasnya tenaga peneliti menyebabkan langkanya penelitian lapangan dilakukan di propinsi ini. Sebelum masa kemerdekaan, hanya situs-situs tertentu yang diminati oleh pengamat kepurbakalaan Sumatra. Umumnya mereka menaruh perhatian pada tinggalan arkeologis dari sites-situs di daerah, Padang Lawas, baik berupa tinggalan arsitektur maupun arca (Rosenberg 1854; Kerchoff 1887; Callenfels 1925:11-3; Schnitger 1936; 1937). Pada dekade pertama setelah masa kemerdekaan, per_hatian para peneliti masih terpusat pada Biaro-biaro yang terletak antara kecamatan Gunung Tua dan Portibi (Suleiman 1954) (gambar 1). Setelah itu, masih ada lagi penelitian yang dilakukan di Bukit Kerang antara Binjai dan Tamiang (Heekeren1957). Semakin giat peneliti arkeologi yang dilakukandi Sumatra dalam sepuluh tahun terakhir, semakin bertambah situs baru ditemukan di Sumatra Utara_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronny Siswandi
"Di antara sekian banyak masalah arkeologi di Indonesia yang belum diusahakan pemecahannya secara khusus dan sistematika ialah masalah yang berkenaan dengan pertukangan logam, yang merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yaitu teknologi. meskipun tidak jarang ditemukan sisa-sisa kegiatan pertukangan logam, baik di situs Prasejarah, Klasik maupun Islam, namun perhatian para ahli arkeologi terhadap subyek ini dirasakan amat kurang. Perhatian lebih besar ditujukan terutama pada hasil produksinya yaitu benda-benda logam seperti perlengkapan upacara keagamaan, tanpa dikaitkan dengan industri logam itu sendiri. Boleh dikatakan sampai sekarang baru pernah sekali dilakukan penelitian mengenai pertukangan logam secara khusus dan terolah yiatu oleh Mundardjito (1977), dengan menggunakan metode analisis berdasarkan analogi etnografi, percobaan peniruan dan pemeriksaan laboratorium, di samping analisis bentuk (khusus) dan himpunan (kontekatual) yang biasa dipakai dalam arkeologi. Dalam penelitian itu digunakan data dari hasil penggalian arkeologi 1976 di situs SKD Z (gambar 3) yiatu situs Arkeologi Islam di wilayah Banten Lama (bekas kota Sorosowan), yang letaknya sekitar 10 kilometer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S12008
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Soelistyowati
"Tembikar merupakan salah satu benda hasil kebudayaan manusia yang berperan penting dalam aktivitas kehidupan manusia, baik dalam aktivitas sosial, ekonomi, dan religius. Karena itu, artefak tembikar sering ditemukan pada situs-_situs arkeologi baik situs prasejarah, Klasik., Islam, maupun kolonial. Dalam skripsi ini dibahas mengenai penelitian tembikar prasejarah yang berasal dari hasil ekskavasi tahun 1984 dan 1986 di Situs Tipar Ponjen. Dimana situs ini dperkirakan oleh para ahli arkeologi sebagai situs perbengkelan gelang batu dan beliung persegi. Data-data tersebut diperoleh dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui ciri-ciri tembikar Tipar Ponjen dan (2) mengungkapkan fungsi tembikar tersebut Untuk mencapai tujuan pertama dilakukan analisis khusus, yakni dengan cara mengamati bentuk, hiasan, warna, teknik hias, bahan, dan teknik pembuatannya. Dari situ dapat diketahui kelompok tipologis tembikar. Dan untuk mengungkap_kan fungsi tembikar, dapat dilakukan dengan cara melihat korelasi antara tembikar dengan temuan-temuan lainnya dalam lapisan tanah setiap kotak. Sehingga dapat di ketahui fungsi., tembikar tersebut secara umum. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diperoleh suatu kesimpulan bathwa di Situs Tipar Ponjen terdapat sebelas bentuk: wadah, yaitu kuali, kendil, genuk, pengaron, cepuk, mangkuk, piring, cowek, cowa, kendi dan klenting. Dan fungsi dari tembikar tersebut secara umum adalah (1) sebagai sarana pemenuhan kebLltuhan sehari-hari baik yang berkaitan dengan penggunaan api maupun yang tidak. Misalnya untuk memasak makanan atau sebagai wadah makanan, dan (2) debagai sarana yang membantu aktivitas perbengkelan, missal sebagai wadah air. Dengan demikian, secara umum dapat di katakan bahwa di Situs Tipar Ponjen terdapat dua jenis kegiatan, yakni (1) kegiatan perbengke1an gelang batu dan beliung persegi, dan (2) kegiatan bermukim sebagai pemilik iman sementara (temporary)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
"Menurut kata-katanya arkeologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang masa lalu. Masa lalu yang di_pelajari adalah masa lalu masyarakat manusia beserta kebudayaannya. Kehidupan manusia masa lalu tersebut dipelajari melalui sisa-sisa kegiatan atau peninggal_an yang pernah ber-peran pada masanya (e rsteric contex). Sisa kegiatan itu amat beraneka ragam ben_tuknya, dapat digolongkan menjadi artefak (artifact),fitur (feature), ekofak (ecofact), clan. sinus (site). Pada kenyataannya data arkeologi tersebut kini tidak lagi berada dalam konteks sistem, melain_kan telah berada dalam konteks arkeologis (archaeo_logical contex) atau sebagiaa besar telah terpendam di dalam tanah (Schiffer 1976:27--8) sehingga ter_lebih dahulu harus ditampakkan, diolah, kemudian di_tafsirkan agar dapat memberi penjelasan tentang berbagai aspek kehidupan manusia di masa lalu."
Depok: Universitas Indonesia, 1985
S12087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanny Rahardjo Wahyudi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2023
959.912 SIP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Junita T. Musu
"A detailed combined geological and geophysical study in North Sumatra basin has shown that prospective formations for shale play containing gas sweet spots are found to be shales from Bampo, Belumai, and Baong Formations. Bampo Formations Exhibits low shale gas potential with very low to medium in organic material contents, maturity index of immature to mature, and moderate brittleness. Rocks within the formation tent to be reactive to highly reactive to water, with a moderate degree of swelling capacity. Porosity varies within 5.8-7.4% with permeability raging from 0.37 to 3.2 mD. Sweet spots in the formation found around Basilam-l and Securai-l wells occupy about 21% of the formation. On the other hand, Belumai Formation shows moderate to good shale gas potential, with low to high organic material contents, immature to mature levels of maturity, and moderately brittle to brittle. Sweet spots areas in the formation fpund around the two wells are about 29% of the formation. For Baong Formation, analysis reveals moderate to good shale gas potential, with low to medium contents of organic material, immature to mature in maturity index, moderately brittle to brittle in brittleness, and tendency of being reactive to highly reactive to water but with low degree of swelling capacity. Sweet spots in the formation found around two wells occupies are roughly 11% of the total formation volume in the area. Basin modeling leading to gas resources estimation for Baong, Belumai, and Bampo Formations has led to estimated volumes of 6, 379 TCF, 16, 994 TCF, and 25,024 TCF, respectively, with a total amount of 48, 397 TCF. The resources figures are speculative in nature and do not incorporate any certainty and efficiency factors."
Jakarta: LEMIGAS Research and Development Centre for Oil and Gas Technology Afilliation and Publication Division, 2015
620 SCI 38: 2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrul Hamdani
"Dalam sejarah Indonesia, tahun 1950-1963 disebut sebagai periode paling dinamis. Pada masa ini, integrasi nasional yang dilandasi asas Berdikari (akronim dari berdiri di atas kaki sendiri) sebagai “ideologi” utama dalam pembentukan ekonomi nasional, menasionalisasi perusahaan asing, dan menumpas pemberontakan daerah mulai terbentuk dengan jelas. Dalam proses ini, peran penggiat kebudayaan daerah menjadi penting terutama dalam usaha-usaha merepresentasikan daerah di tingkat nasional, sementara pada saat yang sama berhadapan dengan konflik kepentingan antara pusat dengan daerah. Dengan mengambil Sauti, tokoh penggiat kebudayaan Melayu, penelitian ini bertujuan memahami perjuangan Sauti dalam merepresentasikan kebudayaan Melayu sebagai produk “Kebudayaan Nasional”. Dengan pendekatan sejarah, sebagian besar data diperoleh melalui sumber-sumber dokumentasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin menunjukkan peran dan kontribusi Sauti yang menentukan dalam penyebarluasan Serampang XII. Namun dalam upaya itu, ia menghadapi tantangan dari sesama orang Melayu dan kesultanan Melayu yang menganggap dirinya sebagai pemilik kebudayaan besar Melayu."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>