Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widi Widayanto
"Ilmu epigrafi sebagai ilmu yang mempelajari prasasti, memberikan banyak informasi yang amat penting dalam upaya merekonstruksi sejarah perkembangan masyarakat dan budaya di Indonesia, khususnya pada rnasa pengaruh Hindu-Buddha. Prasasti sebagai sumber data arkeologi memberikan banyak gambaran mengenai struktur kerajaan, keagamaan, kemasyarakatan, perekonomian, birokrasi, kepercayaan dan adat istiadat pada masa Indonesia kuno. Sebagai sumber utama penelitian ini adalah Prasasti Kusambyan yang terletak di dusun Grogol, desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, Propinsi Jawa Timur. Keadaan prasasti pada saat ini terdiri dari lapik yang berbentuk padmasana berikut tubuh prasasti hanya bersisa sebagian (75 %), jadi bagian atasnya patah dan terpecah belah menjadi 9 pecahan. Apabila prasasti ini utuh diperkirakan berbentuk blok berpuncak running, serepa dengan bentuk prasasti pada masa Airlangga Aksaranya dipahatkan pada ke empat sisinya dengan bahasa dan aksara Jawa Kuna, dengan aksara yang sejenis dengan aksara masa pemerintahan Airlangga memerintah pada abad 11 M. Penelitian Prasasti Kusambyan ini bertujuan untuk mengetahui isi prasasti, dalam hal ini, analisis isi prasasti dapat dilakukan setelah melalui beberapa tahapan analisis, yaitu pembuatan alih aksara dan catatan alih aksara berupa koreksi kesalahan penulisan, serta penerjemahan dalam bahasa Indonesia berikut catatan terjemahan yang selanjutnya dilakukan penafsiran untuk menguraikan peristiwa yang terjadi. Dari tahapan pertama dapat diketahui juga masalah historiografi, yaitu penempatan data yang ada di prasasti ini pada kerangka sejarah, khususnya masa pemerintahan Airlangga. Dari penelitian yang dilakukan, prasasti Kusambyan kurang lebih menyebutkan tentang karaman i kusambyan yang dijadikan sima sawah atas perintah Sri maharaja... terdapat sesuatu yang menarik pada prasasti Kusambyan ini yaitu dituliskannya tokoh rahyan iwak, siapa rahyan iwak ini belum diketahui asal usulnya dan belum pernah disebutkan dalam prasasti masa Airlangga lainnya, namun nampaknya tokoh rahyan iwak ini merupakan tokoh yang cukup penting dalam prasasti Kusambyan ini karena kata rahyan iwak tertulis berulang-ulang pada bagian depan prasasti. Dari kata sandang rahyan dapat kits lihat bahwa tokoh ini merupakan orang yang mempunyai derajat cukup tinggi di masyarakat pada masa itu. Alasan lain mengapa tokoh rahyan iwak merupakan seorang tokoh yang penting, karena nama tokoh rahyan iwak muncul kembali di dalam prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan Jayanegara yang memerintah pada abad 14 M dan juga terdapat prasasti Tuhanaru, salah sate prasasti dari masa Jayanegara. Isi dari prasasti itu diantaranya menyebutkan mengenai turunnya perintah Sri Maharaja pada desa Tuhanaru dan Kusambyan, perintah raja dilaksanakan dan ditandai dengan prasasti berlencana ikan. Dari data ini dapat disimpulkan adanya kesinambungan tokoh yang sama dan nama daerah yang sama yang terpaut rentang waktu yang cukup lama kurang lebih 200 tahun."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shalihah Sri Prabarani
"Prasasti Mātāji merupakan prasasti yang dikeluarkan pada tahun 973 Ś / 1051 M. Berdasarkan isinya, diketahui bahwa prasasti ini berasal dari kerajaan Pangjalu dan banyak menyebutkan unsur-unsur yang belum pernah dijumpai dalam prasasti sebelumnya. Prasasti Mātaji berisi uraian mengenai pemberian anugerah sīma oleh raja kerajaan Pangjalu, Śrī Mahārajyetêndrakara Wuryyawīryya Parakramā Bhakta, kepada penduduk desa Mātaji atas jasajasanya membantu raja menumpas musuh dalam peperangan yang sering terjadi di desa ini. Pangjalu merupakan pecahan kerajaan Airlangga setelah dibagi dua dengan kerajaan Janggala. Prasasti Mātaji merupakan prasasti pertama yang memuat informasi mengenai keberadaan kerajaan Pangjalu setelah peristiwa pembagian kerajaan oleh Airlangga. Prasasti ini juga menyebutkan berbagai informasi seperti unsur birokrasi kerajaan, nama raja beserta gelar lengkapnya, serta peristiwa perang yang sering terjadi di kerajaan Pangjalu pada masa itu. Minimnya sumber mengenai kerajaan Pangjalu mengakibatkan informasi yang dapat disampaikan tidak begitu lengkap.

The inscription of Mātaji was issued in 973 Ś / 1051 M by the kingdom of Paŋjalu and mentioned many elements that had never been found on other inscription from previous period. It commemorates the establishment of a freehold of Mātaji as a grant from the King, Śrī Mahārajyêtendra Wuryyawīryya Parakrama Bhakta, to the people of Mātaji. Its motive is that the people of Mātaji always helped the king to fight back those who attacked the kingdom for many times. It was said that some wars were often occurred at Mātaji for many times. Paŋjalu is a part of Airlangga?s kingdom after the partition, whereas the other side is Jaŋgala. The inscription of Mātaji is the first inscription mentioned about ?Paŋjalu? after the partition of Airlangga?s kingdom. Furthermore, it contains much information as bureaucracy elements, the King?s name and his title, and that there were some wars often occurred at Mātaji. For lack of the information about Paŋjalu, however, it is too insufficient in number to enable the historians to draw a clear and complete picture of Paŋjalu and Jaŋgala"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S11980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mindra Faizaliskandiar
"ABSTRAK
Paradigma keilmuan : banyak orang mengakui, tidaklah mudah menjelaskan pengertian 'ilmu' (science), terlebih bila penjelasan itu harus dibuat secara singkat dan sederhana (Chalmers 1983:184). Secara umum ilmu dapat dijelaskan sebagai kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu, yang membedakannya dengan pengetahuan lainnya (Suriasumantri 1981:4). Kumpulan pengetahuan tersebut merupakan struktur yang kompleks (Kuhn 1970), yang diperoleh lewat metode ilmiah tertentu (Suriasumantri 1984:119).
Sebuah ensiklopedi ilmu lebih lanjut menjelaskan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama adalah mathematics and logic science, yaitu ilmu-ilmu yang le_bih banyak menggunakan logika, seperti aljabar dan matematik logis. Sedangkan kategori kedua adalah empirical or observa_tions science, yaitu ilmu-ilmu yang menggunakan observasi lewat kelima panca indera, seperti antropologi dan psikologi.
kedua kategori tersebut nampaknya mendapatkan pengaruh...

"
1985
S11791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richadiana Kartakusuma
"Nama Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung Sri Dharmmodaya Mahasambhu dikenal sebagai salah satu dari raja raja yang bertakhta pada periode Mataram kuno. Di antara raja-raja yang memerintah pada waktu itu Dyah Balitung termasuk raja yang banyak mengeluarkan prasasti setelah Pu Lokapala. Sekalipun demikian, keterangan keterangan yang diperoleh sampai saat ini belum dapat mengungkapkan secara lengkap kejadian di masa pemerintahannya yang dua belas tahun lamanya (898-910 M) Keterangan yang dianggap agak jelas tentang diri Dyah Balitung baru diketahui dari salah satu prasastinya yang terkenal, yaitu Prasasti Mantyasih yang berangka tahun 907 M ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyati Rahayu
"Penelitian terhadap prasasti di Indonesia adalah hal yang penting karena tingginya kualitas prasasti sebagai sumber penulisan sejarah kuna Indonesia. Untuk menyusun suatu kisah sejarah dibutuhkan empat aspek pokok yaitu waktu, tempat, tokoh dan peristiwa. Namun keempat hal ini belum diperoleh dari prasasti Hayu, oleh karena itu dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam terhadap prasasti Hayu. Prasasti Hayu adalah temuan yang relatif baru dan belum ada penelitian terhadap prasasti ini. Berdasarkan penelitian awal diketahui bahwa pada prasasti Hayu tidak ditemukan adanya unsur penanggalan, namun dari pengamatan terhadap aksara yang digunakan, yaitu aksara tipe standar, diperkirakan prasasti Hayu berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi-Rakai Watukura Dyah Balitung. Permasalahan dan tujuan penelitian ini ada dua, yang pertama adalah masalah isi prasasti Hayu. Analisis isi ini dapat dilakukan setelah diperoleh hasil bacaan dan terjemahan yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya sehingga akan diperoleh kejelasan tentang isi prasasti Hayu. Permasalahan yang kedua adalah masalah menempatkan prasasti Hayu pada kronologi yang tepat sehingga dapat diketahui latar belakang sejarah isi prasasti Hayu. PeneIitian ini menggunakan metode yang lazim digunakan dalam ilmu sejarah, yaitu :1. Heuristik, yaitu tahap pengumpulan data. 2. Kritik, yaitu tahap pengolahan data 3. Interpretasi dan historiografi yang merupakan tahap penafsiran atas isi prasasti Hayu dan kemudian menempatkannya dalam kronologi sejarah Indonesia kuna.Data utama dalam penelitian ini adalah prasasti Hayu, yang merupakan koleksi BPPP Jawa Tengah. Data bantu dalam penelitian ini adalah semua prasati sejaman, sebagai bahan perbandingan serta bahan-bahan pustaka lain yang menunjang .Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah:1. Prasasti Hayu berisi tentang penetapan alam di desa Hayu oleh Sari Pamgat Wurutungal yang bernama Pu Wulat. Snrta ini diperuntukkan untuk membiayai prasada milik Sari Pamgat Biku yang terletak di Syakan, 2. Pada prasasti Hayu memang tidak ditemukan adanya unsur penanggalan. Berdasarkan perbandingan unsur-unsur pada prasasti Hayu dengan prasasti yang sejaman dapat dipastikan bahwa prasasti Hayu berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi, 3. Pada masa Rakai Kayuwangi belum ada aturan yang baku mengenai penulisan prasasti soma. Hal ini berdasarkan atas pengamatan pada struktur dan susunan prasasti Hayu dan prasasti-prasasti lain dari masa Rakai Kayuwangi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah W. Dewi Sadjarwo
"Beberapa macam sumber sejarah dapat kita pakai untuk merekonstruksikan sejarah. Akan tetapi sampai saat ini yang dianggap mengandung data-data yang paling mendekati kebenaran, adalah prasasti. Seperti diketahui, prasasti selain memberikan data-data historis kepada kita juga memberikan data-data kemasyarakatan, perekonomian dan keagamaan [Boechari,1977c:91] . Kaitan yang amat erat antara sejarah politik dengan sejarah sosial, dimana perubahan-perubahan sosiallah yang mendukung terjadinya pergerakan politik, menyebabkan para sarjana menilai pentingnya mengadakan penelitian terhadap kehidupan masyarakat masa lampau [Boechari,1977b; Sartono Kartodirdjo,1972:1). Di dalam karya tulis ini prasasti yang akan dibahas adalah prasasti Luitan yang berangka tahun 823 Saka. Prasasti yang diketemukan pada tahun 1976 di Cilacap ini memuat suatu masalah sosial dari satu kelompok masyarakat, yaitu proses penduduk desa atas pajak yang terlalu tinggi_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11586
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D.S. Setya Wardhani
"Salah satu perioda di dalam sejarah Indonesia yang kini belum begitu lengkap gambarannya ialah apa yang biasa disebut Jaman Kadiri. Jaman ini mulai sejak raja Dharmawangsa Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu Pangjalu dengan ibukotanya Daha, dan Janggala dengan ibukotanya Jiwana (= Kahuripan), lama ibukota kerajaan Janggala ini ditemukan di dalam naskah Negarakrtagama yang ditemukan di Klungkung. Di samping naskah Negarakrtagama tersebut, dalam dua tahun terakhir juga ditemukan naskah Neagarakrtagama yang lain, yaitu di Amlapura, Bali, sebanyak satu naskah dan di Geria Carik Sideman, Bali, sebanyak dua naskah. Dengan demikian hingga sekarang sudah ditemukan lima naskah Nggarakrtagama.Di dalam naskah Negarakrtagama yang pertama, yang ditemukan di Lombok pada tahun 1894, pembagian kerajaan tersebut di atas disebutkan di dalam pupuh 68 : dan hanya menyebut Pangjalu dengan ibukotanya Daha. Rupa-rupanya pengutip naskah menghilangkan satu pada..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S11984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Tara Wiguna
"Prasasti merupakan sumber terpenting dan paling outentik dalam penulisan Sejarah Kuna Indonesia pada umumnya dan Sejarah Bali Kuna khususnya. Di Bali, benda--benda purbakala yang mempunyai latar belakang sejarah termasuk prasasti khususnya, di beberapa daerah sampai saat ini masih tetap disimpan dengan ketat, dikeramatkan serta disungsung oleh masyarakat yang menyimpan benda-benda tersebut. Oleh karena itu penyelidikan Epigrafi Bali khususnya, yang menyangkut masalah prasasti lebih sering mengalami dukanya dari pada sukanya ( Goris, 1950: 1-2; Sukarto K. Atmojo, 1967: 5-6; 1973: 21-22; Ginarsa,l973: 27 ). Seperti telah disebutkan di atas prasasti-prasasti tersebut pada umumnya masih dihormati dan dikeramatkan oleh penyungsungnya, maka tidaklah dapat diteliti secara mandadak atau pada saat-saat yang dikehendaki oleh peneliti. Hal ini sangat berlainan dengan keadaan di Jawa atau di daerah lain. Di sini prasasti atau benda-benda purbakala tersebut dapat diambil, dipotret_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baru-baru ini Bapak Letkol (Purn) Dihar Ronggoprawiro dari Mojoroto (Kediri) memperlihatkan sebuah lempengan lembaga bertulis kepada Universitas Kediri (P.R II Dr. Hartono Moedjisunu) dan selanjutnya faksimil..."
BARK 6 (1-2) 1985
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Efendi
"Megalitik merupakan peninggalan masa brcocok tanam yang memberikan banyak informasi dari analisis fisik bangunan. Dan lingkungan alamnya. Peninggalan megalitik dengan satuan analisis situs dan satuan runag analisis skala makro dapat dijadikan data untuk mencapai tujuan arkeologi. Peninggala megalitik yang menjadi data dalam skripsi ini berada di kab. Kuningan, yang terdiri atas 23 situs. Kemudian dibagi menjadi dua tipe berdasarkan fungsi yaitu : kelompok situs I dengan jenis tinggala peti kubur batu terdiri atas tujuh , yaitu situs cibuntu, pasawahan, cibari, pagerbarang, gibug, rajadanu dan panawarbeas dan kelompok situs II dengan jenis tinggalan bukan kubur yang terdiri atas menhir, arca megalitik, batu lumpang, meja batu, batu dakon, jambangan batu, dan punden berundak. Kelompok ini terdiri atas enambelas situs, yaitu, situs cimara, cibunar, sigenteng, sangkanerang, timbang, linggabuana, Buyut Sukadana, Balongkagungan, Nusa, Cangkuang, winduherang, Bagawat, Darmaloka, Hululinga, panyusupan dan saliya. Situs-situs itu tersebar di kai gunung Ciremai (3078 m dpal) sebelah timur. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di jawa barat, dan hamper seluruh bagian barat wilayah kabupaten ini merupakan areal kaki gunung tersebut. Selain itu ditemukan juga pada pada beberapa situs megalitik sejumlah beliung persegi, gelang batu dan temuan serta lain. Hal ini menarik untuk dipelajari dalam kaitan dan orientasinya terhadap gunung itu. Permasalahannya adalah variable-variabel lingkungan alam yang bagaimana, yang mempengaruhi peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan, jawa Barat? Bagaimana persebaran dan orientasinya terhadap gunung ciremai? Serta pada kerangka batu yg mana bias ditempatkan? Tujuan penelitian ini adalah pertama mengetahui variael-variabel lingkungan alam yang berpotensi dalam peletakan peninggalan megalitik di kab. Kuningan jawa Barat, sehingga terlihat kearifan manusia dalam beradaptasi dengn lingkungannya. Kedua menentukan bentuk pesebaran dan melihat orientasinya terhadap gunung Ciremai, sehinggga dapat diketahui keterkaitannya. Ketiga mengetahui pada kerangka waktu yang mana sehingga dapat diketahui sejarah kebudayaan prasejarah khususnya di Jawa Barat dan umumnya di Indonesia. Ruang linkup penelitian ini sebatas hubungan antar situs megalitik sebagai salah satu unsure pemukiman masa prasejarah, dan keberadaan situs megalitik dengan ekologinya. Dengan menekankan pada skala ruang makro, sehingga dapat dijelaskan pola persebarannya. Penelitian ini menggunakan metode yang mengacu pada metode penelitian arkeologi ruang oleh Bruce G. Tigger. Adapun dalam upaya memahami keadaan lingkungan pada zaman prasejarah diperlukan perpaduan data arkeologi dan ekologi. Maka dari itu digunakan pendekatan ekologi. Dalam paradigmanya menyatakan bahwa unsure lingkungan fisik dipandang sebagai factor penenut letak dan pola suatu pemukiman. Asumsinya adalah pemukiman ditempatkan di suatu tempat sebagai responatas factor lingkungan tertentu. Dalam modelnya paradigma ini juga beranggapan bahwa factor teknologi dan lingkungan yang mengondisikan penempatan situs arkeologi. Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian ini adalah variabel alam yang mempengaruhi peletaka situs megalitik di Kab. Kuningan adalah ketinggian permukaan tanha antara 101_751 m dpl, bentuk medan lereng, batuan geologi QYU, wilayah akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir setempat dengan akuifer produktif, jarak ke sumber air tanah 0,5 km sampai 100 liter/detik, jarak situs ke sungai"
2000
S11760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>