Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 160972 Document(s) match with the query
cover
Yusirozi Yusuf
"Candi sebagai sebuah bangunan Suci juga merupakan sebuah hasil seni, karena itu pada bangunan candi sangat diperhatikan berbagai macam hiasan dan keseimbangan arsi tektur antar bagi an-bagian candinya. Antefiks merupakan salah satu jenis hiasan candi yang berwujud pipih dengan bentuk variasi segitiga. N. J. Krom menggolongkan antefiks sebagai salah satu ragam hias arsitektural karena tidak dapat dipisahkan dari struktur bangunan sehingga keberadaannya bersifat mutlak. Selain berfungsi sebagai hiasan pelengkap bangunan candi, antefiks juga berfungsi untuk menandai peralihan tingkatan candi. Antefiks terdapat pada candi-candi dengan bentuk, ukuran, dan hiasan yang beraneka. Namun pengetahuan yang ada mengenai antefiks masih terbatas dan penelitian yang terarah terhadap antefiks belum pernah dilakukan, sehingga menjadi suatu alasan yang menarik untuk meneliti masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Dalam penelitian ini yang menjadi data utama adalah antefiks pada gugusan Candi Prambanan karana antefiks pada gugusan candi ini memiliki keanekaragaman dalam hal bentuk, ragam hias, ukuran, dan keletakannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunus Arbi
"Di Jawa Tengah banyak peninggalan arkeologi balk yang berupa bangunan candi, arca, atau peninggalan lain_nya yang berasal dari periode Hindu Buddha. Peninggalan yang begitu banyak dan tersebar di wilayah tersebut di_duga berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-10 M (Soekmono, 1979:457). Salah satu bentuk peninggalan yang banyak menarik perhatian para.ahli adalah arca. Sif at keagamaan dari arca-arca pada masa itu adalah Hindu dan Buddha. Perbe_daan sifat arca itu dapat diamati antara lain melalui atribut-atribut yang melekat pada masing-masing arca. Arca-arca yang biasa dijumpai dari periode Hindu-Buddha pada. umumnya berbentuk arca dewa, arca binatang, area setengah binatang, dan setengah manusia. menurut, Th. van der Hoop, bentuk penggambaran tersebut merupakan ra_gam, hias yang sering muncul pada kesenian masa Hindu yang secara umum digolongkan atas gambar-gambar antropomorf,..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S12071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Ramayanti
"Penelitian yang membahas secara khusus bentuk- bentuk makhluk-makhluk kayangan khususnya apsari pada relief cerita Candi Borobudur sebagai sumber data utama, belum pernah dilakukan oleh para ahli arkeologi. Apsari yang dipahatkan pada Candi Borobudur dalam jumlah yang cukup banyak dan sikap yang berbeda. Sebagai tokoh yang terbang di atas atau di antara awan pada relief Lalitawistara sebanyak 4 panil, pada relief Gandawyuha sebanyak 10 panil. Sebagai tokoh yang berdiri sendiri pada bagian luar dari pagar langkan lorong pertama sebanyak 216 panil dan yang berkelompok sebanyak 96 panil. Mengingat apsari dipahatkan dalam jumlah yang cukup banyak, maka diharapkan penggambaran bentuk-bentuk apsari yang dapat memperlihatkan sejumlah tipe tertentu dapat diperoleh.
Dalam pembahasan yang digunakan sebagai sumber data utama adalah relief Candi Borobudur yang menggambarkan apsari. Selain itu digunakan juga sebagai data banding adalah sumber arkeologi lainnya, yaitu Candi Sari, Candi Lumbung dan Candi Plaosan Lor dan sumber naskah. Dalam usaha memperoleh data, digunakan metode deskriptif. Tahap awal dalam metode deskriptif adalah pengamatan terhadap ciri umum meliputi : 1. Sifat umum yang dipisahkan menjadi 4 bagian, yaitu: kepala, sikap badan, lengan dan tangan, paha dan lutut yang tiap bagian dikelompokan ke dalam variasinya. 2. Perincian benda yang dipakai meliputi bentuk subang, kalung dan gelang kaki. Perincian benda yang dipegang meliputi (tangkai pendek) utpala, kumuda, padma, padma bercabang 3, padma bercabang 4, camara; (tangkai panjang) utpala, kumuda, padma, camara. Setelah pendeskripsian selesai dilakukan, kemudian digunakanlah analisa kontekstual, metode komparatif dan klasifikasi taksonomi untuk mengolah tipe-tipe tertentu yang hasilnya akan dimasukan ke dalam suatu tabel."
1987
S12004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan
"Penelitian yang membahas masalah pengangkutan dengan relief candi Borobudur sebagai sumber utama, belum pernah dibahas secara mendalam oleh pers ahli arkeologi. Pengamat_an secara khusus atas relief yang menggambarkan alat angkutan di candi Borobudur, mungkin dapat dijadikan petunjuk yang berguna bagi pendalaman pengetahuan mengenai masalah transportasi masyarakat Jawa Kuno pada masa lalu.Dalam pembahasan, selain mempergunakan relief candi Borobudur yang menggambarkan alat angkutan darat sebagai sumber utama, juga dipergunakan prasasti, sumber naskah, dan sumber arkeologis sebagai data pembanding dan penunjang. Penanganan data selanjutnya, dirangkaikan dengan pengelom_pokan taksonomi untuk membentuk sejumlah tipe alat angkut_an dari data utama, dan tipe golongan pemakai serta tipe kegiatan berdasarkan data banding. Kemudian masing-masing satuan analisis tersebut dipadukan dan ditafsirkan lebih lanjut melalui analisis konteks.Berdasarkan pengamatan, dapat ditafsirkan bahwa alat angkutan telah mempunyai peranan dalam masyarakat Jawa Kuno pada masa candi Borobudur berfungsi. Meskipun pengamatan atas penggambaran alat angkutan pada relief yang ada tidak seluruhnya dapat menggambarkan hal-hal yang berkenaan dengan penggunaan alat angkutan, tetapi umumnya penggambaran alat angkutan pada relief dapat dianggap menunjukkan adanya pola yang teratur antara bentuk alat angkutan dengan golongan pemakai dan, jenis kegiatan yang menggunakannya."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S12132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Haryosoedigdo
"Penelitian terhadap motif hias tumpal yang terdapat pada pipi tangga candi-candi di Jawa Timur. Dari 23 buah bangunan candi yang terdapat 43 pasang pipi tangga atau 86 pipi tangga, terpahatkan 140 buah motif hias tumpal yang diambil sebagai data utama. Data tersebut diteliti berdasarkan morfologi, tipologi dan stilistiknya. Tujuannya untuk mengetahui dan mengenali tipologi tumpal, serta faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya variasi, dan mengungkapkan maksud ditempatkannya motif hias tumpal pipi tangga candi. Pengumpu1an data dilakukan melalui sumber tertulis dan pengamatan langsung di lapangan dengan cara pencatatan, pengukuran, penggambaran, dan pemotretan. Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi taksonomi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya, juga menggunakan data bantu berupa sumber tertulis. Hasilnya menunjukkan adanya 15 macam tipe tumpal yang dapat dibagi lagi ke dalam tipe pasangan tumpal dalam pipi tangga, yaitu 18 tipe pasangan tumpal. Tetapi perbadaan tipe-tipe tersebut ternyata tidak merubah makna dari tumpal atau segi tiga yang mempunyai konsep Hiranya Gabha (rahim emas) sebagai lambang kesuburan dan kehidupan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangkuti, Nurhadi
"Berdasarkan pengamatan dan laporan penelitian arkeologi pada candi-candi di sekitar Prambanan, terdapat berbagai jenis bahan bangunan candi. Secara umum bahan bangunan candi di wilayah ini terdiri dari dua jenis batu, yaitu batu andesit dan batu tufa. Khusus mengenai pemakaian batu tufa pada candi-candi di sekitar Prambanan, rupa-rupanya telah menarik perhati_an peneliti terdahulu. N.J. Krom (1923) adal,ah peneliti pertama yang menelaah masalah ini, terutana pemakaian batu tufa pada Candi Lara Jonggrang, Plaosan dan Sajiwan. Krom melihat bahwa pada umumnya semua candi dibangun dengan batu vulkanis yang masif atau andesit, sedangkan pada ketiga candi tersebut ditemukan batu jenis lain yang tidak keras, yang digunakan untuk bangunan candi bagian bawah. Oleh Krom disebutkan batu itu adalah sejenis mer-gelsteen yang mempunyai struktur berpori (porous). Janis batu ini berasal dari bukit Ratu Baka, di sekitar kepurbakalaan Ratu Baka. Di sana ada bekas penambangan batu yang menunjukkan sisa-sisa batu yang seakan-akan tersusun membentuk anak tangga. Bahan-bahan itu mudah dikerjakan dengan alat penatah karena jelas terlihat batu-batu itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11949
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Rosawati Tunggono
"ABSTRAK. Cerita Ramayana merupakan salah satu cerita yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dua bangunan candi yang berasal dari lokasi dan masa yang berbeda. Kedua candi tersebut adalah candi Ciwa Prambanan di Jawa Tengah serta candi Panataran di Jawa Timur. Ditinjau dari gaya penyajiannya di relief, cerita Rama_yana ditampilkan di candi Ciwa Prambanan dalam langgam ga_ya Jawa Tengah, sedangkan di candi Panataran, cerita terse-but ditampilkan dalam 1anggam gaya Jawa Timur (1anggam wayang). Padahal dalam sejarah perkembangan gaya seni, langgam Jawa Timur tersebut merupakan perkembangan dari langgam Jawa Tengah. Penelitian terhadap relief Ramayana di kedua candi tersebut, antara lain pernah dil akukan oleh W. F Stutter dan J.Kats. Dari penelitian mereka diperoleh deskripsi tentang jenis-jenis gaya yang dimiliki masing-masing relief. Dalam penelitian ini, penulis mengadakan perbandingan dengan bentuk penyajian beberapa adegan cerita Ramayana yang ditampilkan di kedua candi tersebut dari sudut seni rupa (artistik), untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang terjadi. pada gaya penyajian cerita tersebut pada relief kedua candi tersebut. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa ada beberapa unsur seni yang mengalami perubahan dan ada yang tidak. Perkembangan dan perubahan gaya panyajian tersebut jelas nampak pada konsep pemilihan tokoh, cara menampilkan tokoh, bentuk dan gaya penyajian itu sendiri, serta pengisian bidang kosong. Adanya persamaan dan perbedaan dalam cara penyajian tersebut, kemungkinan di pengaruhi oleh perbedaan tingkat pemahaman. keahlian serta latar belakang yang dimiliki oleh masing-masing seniman pembuatnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwiyanti
"Stupa dalam agama Buddha merpunyai nilai keagamaan yang penting dan merupakan lambang dari agama Buddha (Ber_net Kempers, 1976). Stupa itu sendiri berupa bangunan bar_bentuk kubah (Anda) yang berdiri di atas sebuah lapik dan dimahkotai oleh sebuah yasthi (tiang) dan chatra (payung). Yasthi berdiri di atas harmika yang terdapat di atas Menurut jenisnya stupa di Indonesia terdiri dari tiga macam :Stupa sebagai puncak dari suatu bangunan.Stupa sebagai bangunan lengkap, berdiri sendiri atau berkelompok seperti candi Muara Takus, candi Borobudur, candi Biaro Bahal, dan candi Sumberawan.Stupa sebagai pelengkap bangunan selaku candi per_wara seperti stupa pada kelompok candi perwara candi Plaosan Lor (Soekmono, 1974 : 64).Candi terbesar dalam bentuk stupa yang berdiri sendiri ialah candi Borobudur yang terletak di dataran tinggi Kedu di sebelah selatan kota Magelang. Pada relief candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhanisa Restya Agung
"Dhanurveda adalah kitab ilmu kemiliteran tertua dari zaman Hindu yang dianggap sebagai pedoman dari segala kegiatan yang melibatkan busur panah. Manuskrip Dhanurveda yang tersisa sekarang ini hanya merupakan fragmen atau versi ringkas dari yang asli namun cukup untuk menunjukkan bahwa ilmu kemiliteran khususnya tentang seni memanah merupakan bagian penting dari ajaran nenek moyang di masa lampau. Berbagai relief dari candi-candi besar masa Klasik Tua (abad ke-8-10 M), yaitu candi Prambanan dan candi Borobudur merekam semua bukti-bukti kedigjayaan yang melibatkan busur panah. Sthana (postur tubuh ketika memanah) dan mudra (konfigurasi atau bentuk kepalan jemari tangan) yang menjadi faktor pendukung terbesar keberhasilan seorang pemanah dalam melesatkan anak panah dengan baik. Maka dari itu ingin diketahui apakah teknik sthana dan mudra adegan memanah yang tergambar di relief candi mencerminkan tata aturan dari kitab Dhanurveda; apakah fungsi panahan pada masyarakat Jawa Kuna sebagai masyarakat pendukung zaman itu dan bagaimana keberlanjutan penggunaan sthana dan mudra Dhanurveda setelah masa Klasik berakhir. Kajian ini menggunakan cara-cara kualitatif dengan menggunakan tahapan penelitian yang dimulai dari pengumpulan relief-relief beradegan memanah dari candi Prambanan dan candi Borobudur sebagai data primer, pengolahan data, analisis dan interpretasi. Tahapan interpretasi dibantu dengan data sekunder berupa manuskrip karya sastra Jawa Kuna yaitu Kakawin Ramayana dan berbagai cerita Buddhacarita. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 20 panil relief yang di dalamnya terdapat 25 adegan memanah, didapat bukti bahwa terdapat 22 sthana dan 14 mudra yang memiliki kesesuaian dengan teknik memanah dari Dhanurveda. Pengaruh Dhanurveda dalam seni memanah masih melekat kuat di Jawa dan seiring berjalannya waktu, panahan menjadi sebuah bagian dari seni dan hiburan serta cabang olahraga hingga ke masa modern.

Dhanurveda is the oldest military manuscript from the Hindu era which is considered as guidance to all activities involving bows and arrows. The Dhanurveda manuscripts that still available today are only fragments or abridged versions from the original book, but they are sufficient to show that military science, especially the art of archery, was an important part of the teachings of our ancestors in the past. Various reliefs from large temples of Old Classical period (8th-10th century AD), namely Prambanan and Borobudur temples, record all evidence of the art of archery greatness. Sthana and mudra are important supporting factors for archer's success in shooting arrow. Therefore, the critical questions are whether sthana and mudra techniques of the archery scenes depicted on the temple reliefs reflect the rules of Dhanurveda; What was the function of archery in Old Javanese society in that era and how was the continuation of the use of Dhanurvedic sthanas and mudras after the Classical period ended? This study uses qualitative methods by utilizing research stages from collecting reliefs of archery scenes from Prambanan and Borobudur temples as primary data, data processing, analysis and interpretation. The interpretation stage is assisted by secondary data, that is manuscripts of Old Javanese literary works, Kakawin Ramayana and various Buddhacarita stories. Based on research conducted on 20 relief panels, in which there are 25 archery scenes, evidence was obtained that there are 22 sthanas and 14 mudras which are in accordance with the archery techniques from Dhanurveda. The influence of Dhanurveda in the art of archery is still persisting in Java and over time, archery has become a part of art and entertainment as well as a sport until modern times."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48960
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>