Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 135142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christy Ratna Gayatri
"Skripsi ini membahas perkembangan dan perjuangan komunitas gay untuk mencapai pengakuan dari masyarakat Amerika Serikat. Pengumpulan data yang dilakukan selama penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Pencarian data dilakukan melalui studi kepustakaan dan Internet. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan perjuangan komunitas gay yang merupakan kaum minoritas yang diabaikan oleh masyarakat dan lingkungannya. Perjuangan ini mencapai puncak pada tahun 1979 di mana komunitas gay sudah dapat diterima oleh masyarakat Amerika dengan berbagai kemampuan yang mereka miliki, serta dampak keberadaan mereka terhadap kehidupan sosial, budaya, dan politik Amerika Serikat. Serta untuk melengkapi penulisan sejarah Amerika Serikat, khususnya di bidang sosial dan budaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komunitas gay Amerika dengan perjuangan, kemampuan, dan kepercayaan diri akhirnya dapat diterima keberadaannya oleh masyarakat Amerika."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhina Achmad Yani
"Skripsi ini membahas proses membuka diri gay di lingkungan sosial. Proses membuka diri dilihat dari perkembangan orientasi seksual individu sebagai gay hingga strategi mereka dalam mempertahankan diri di lingkungan sosial heteroseksual. Analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep orientasi seksual dan homoseksualitas, relasi agen dan struktur oleh Anthony Giddens, serta konsep proses membuka diri oleh Troiden. Penelitian ini dilakukan di Jakarta menggunakan metode kualitatif (studi kasus).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses membuka diri gay berbeda-beda berdasarkan kondisi lingkungan sosial mereka serta pemaknaan individu atas proses membuka diri. Dua informan telah menyatakan dirinya sebagai seorang homoseksual kepada lingkungan heteroseksual, sedangkan satu informan hanya kepada komunitas homoseksualnya.

This thesis discusses the process of coming out among gays in social environment. Coming out process is seen from the development of sexual orientation as a gay individual to their strategy in defending themselves in a social environment heterosexual. Analysis of the results of research carried out by using the concept of sexual orientation and homosexuality, relations agency and structure by Anthony Giddens, and the concept of the process of coming out by Troiden. The research was conducted in Jakarta using qualitative methods (case study).
The results showed that the process of opening up a gay vary by their social environment and the individual meaning to coming out the process. Two informants had declared themself as homosexuals to a non-homosexual community, while one informant only declared to his homosexual community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfia Sashi Kirana
"Studi ini bertujuan mengeksplorasi narasi dalam boys’ love yang diproduksi oleh lelaki gay dan bagaimana representasi gay yang dibuat oleh mereka digunakan untuk membongkar mitos homoseksualitas yang dibentuk oleh perempuan. Boys’ love merupakan genre dalam media populer dengan narasi yang berfokus pada hubungan romantis dan seksual antarlelaki. Sejak awal, genre ini dibuat oleh dan ditujukan kepada perempuan yang diasumsikan heteroseksual. Para perempuan mengembangkan mitos mengenai homoseksualitas lelaki dalam boys’ love, yang mendorong lelaki gay mengembangkan cerita sendiri dalam genre tersebut yang sesuai dengan pengalaman mereka. Dengan menggunakan model semiotika Barthes, studi menganalisis lima adegan dalam serial I Told Sunset About You yang dibuat oleh lelaki gay. Temuan penelitian menunjukkan bahwa lelaki gay membentuk mitos dalam boys’ love sebagai upaya membongkar mitos homosekualitas buatan perempuan, sekaligus untuk mengkritik struktur heteronormatif. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa boys’ love, sebagai salah satu bentuk komersialisasi budaya queer, memiliki potensi aktivisme bagi komunitas LGBTQ.

This study aims to explore the narrative in boys' love produced by gay men and how the gay representations made by them are used to dismantle myths of homosexuality formed by women. Boys' love is a genre in popular media with a narrative that focuses on romantic and sexual relationships between men. From the very beginning, this genre was created by and aimed at presumably heterosexual women. Women develop myths about male homosexuality in boys' love, which pushed gay men to develop their own stories within the genre that are relevant to their experiences. Using Barthes' semiotic model, this study analyzes five scenes from a series made by gay man called I Told Sunset About You. Research findings show that gay men form myths in boys' love to dismantle the myth of homosexuality made by women, as well as to criticize heteronormative structures. In addition, results also show that boys' love as a form of commercialization of queer culture has the potential for LGBTQ activism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larasati Kusumaningtyas
"Hingga saat ini masih banyak gay dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang masih belum melakukan pengungkapan diri, padahal ini bermanfaat terutama mengurangi beban yang ada di dalam diri. Tujuan penelitian ini ingin melihat pengungkapan diri pada orang dengan HIV yang berorientasi gay dan manfaatnya bagi mereka terutama dalam perilaku pencegahan terkait HIV. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain case study dan menggunakan kerangka teori Disclosure Process Model (Chaudoir, 2011). Informan pada penelitian ini ada 5 informan, peneliti juga meneliti mengenai sosial ekonomi pada masing-masing informan. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa, proses pengungkapan diri pada informan tidaklah mudah, informan juga berpendapat pengungkapan mengenai status ODHIV lebih sensitif dibandingkan orientasi seksual, hal ini karena ODHIV masih memiliki stigma yang tinggi di masyarakat terutama terkait penularannya, mayoritas informan lebih nyaman mengungkapkan diri kepada pendamping, pasangan, ataupun teman sebaya lainnya dibandingkan dengan keluarga, karena mereka takut akan terjadi pengucilan atau bahkan membuat keluarga mereka kecewa. Dukungan sosial berpengaruh terhadap pengungkapan diri terutama dukungan keluarga, karena ketika keluarga menerima keadaan mereka, informan merasa lebih bisa dalam mengekspresikan diri mereka. Peneliti juga menemukan bahwa sosial ekonomi berperan terhadap pengungkapan diri, terutama sosial ekonomi dari orangtua. LSM X perlu lebih memperkuat proses bonding ketika melakukan penjangkauan.

There are still many gay people with HIV (Human Immunodeficiency Virus) who still do not disclose themselves, even though this is beneficial, especially in reducing the pressure on themselves. The purpose of this study is to look at self-disclosure in gay-oriented people with HIV and its benefits for them, especially in HIV-related prevention behavior. This research is qualitative research with a case study design and uses the Disclosure Process Model theoretical framework (Chaudoir, 2011). There were 5 informants in this study, researchers also examined the socio-economic status of each informant. The results of the study found that, the process of self-disclosure in informants is not easy, informants also argue that disclosure of ODHIV status is more sensitive than sexual orientation, this is because ODHIV still has a high stigma in society, especially related to transmission, the majority of informants are more comfortable disclosing themselves to companions, partners, or other peers compared to family, because they are afraid of ostracism or even making their families disappointed. Social support affects self-disclosure, especially family support, because when the family accepts their situation, informants feel more able to express themselves. Researchers also found that socioeconomics plays a role in self-disclosure, especially the socioeconomics of parents. NGO X needs to strengthen the bonding process when conducting outreach."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Riani
"Tahun 1960-an merupakan sebuah masa yang penuh pergolakan. Masa di mana munculnya peristiwa-peristiwa baru yang nantinya akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Amerika Serikat selanjutnya. Semua hal tersebut didasarkan pada adanya pemikiran baru dalam diri generasi muda masa itu yang berlawanan dengan nilai-nilai konservatif Amerika Serikat yang dipegang teguh oleh para orang tua. Isu yang paling besar adalah mengenai pertentangan budaya yang memiliki dampak luas di masyarakat. Pertentangan budaya yang didasarkan pada counterculture ini berkembang dan menjadi sebuah fenomena yang memiliki pengaruh tersendiri dalam kehidupan masyarakat muda Amerika Serikat. Semuanya terangkum dalam sebuah frame yang melahirkan gerakan-gerakan baru sebagai wadah pencarian jati diri bagi kaum muda itu. Salah satu gerakan yang pada masa 1960-an dan cukup mencuri perhatian masyarakat adalah gerakan hippies. Masa itu, pro kontra terhadap kemunculan hippies menjadi perdebatan seru yang ramai diperbincangkan dalam masyarakat. Kelompok masyarakat yang paling keras menolak keberadaan hippies tentu saja para kaum konservatif dengan ajaran puritan dan kristiani yang kuat. Bagi mereka hippies merupakan sebuah social decease yang akan menghancurkan nilai-nilai masyarakat Amerika Serikat yang sebenamya. Hippies menggunakan musik sebagai media pengekspresian mereka. Namun demikian, pengaruh gerakan hippies yang sangat kuat dalam diri generasi muda tak urung menimbulkan juga hal-hat negatif yang cukup meresahkan masyarakat. Kalaupun para hippie kemudian di-identikan dengan seks bebas dan obat-obalan, hal ini hanyalah sebagian dari sisi mereka yang ingin melihat sedikit sebuah jendela kebebasan yang selama itu dicari oleh para generasi muda yang berani melewatinya. Sampai tahun 1960 berlalu, hippies dan gerakannya tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari counterculture. Hippies dan tahun 1960 tidak bisa dilupakan begitu raja, sebaliknya gerakan hippies akan selalu di-ingat sebagai sebuah pembelajaran bagi para orang tua dan kaum muda dalam menghadapi sebuah perubahan jaman. Karena itulah gerakan hippies akan terus rnenjadi sebuah sejarah budaya paling kontroversial yang menjadi momentum perkembangan budaya yang mempengaruhi kehidupan hampir seluruh masyarakat Amerika Serikat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12367
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
London: Routledge, 1992
306.76 MOD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tangkilisan, Yuda Benharry
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
338.997 YUD s I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan
"United States? foreign policy has been extremely influenced by some determinant
factors both personal and institutional. However, by the end of World War II, an institution
known as interest group, played important role relatively to the determination of United States?
foreign policies, particularly those which were related to Middle East conflict. A Jewish lobby
known as AIPAC (American Israeli Public Affairs Committee) has been the most powerful
interest group to influence the United States? foreign policy especially after President Truman?s
administration. This article describes the internal development of AIPAC and some
AIPAC?s actions in order to get public supports to influence the decision makers."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2004
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Fauziah
"ABSTRAK
Diskriminasi terhadap kelompok gay di Indonesia merupakan latar
belakang dari penelitian ini. Adanya diskriminasi membuat mereka
menyembunyikan identitasnya dan memilih untuk menikah dengan perempuan.
Mereka membutuhkan ruang agar dapat merasa nyaman dan aman untuk
mengekspresikan dan menunjukkan identitasnya. Kemajuan teknologi membantu
mereka dalam menemukan ruang tersebut. Line di dalam penelitian ini dilihat
sebagai sebuah cyberqueer space, yaitu tempat ketika pengalaman-pengalaman
gay dapat terjadi dengan lebih mudah dari pada di offline. Oleh karena itu, melalui
penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara
mendalam terhadap ke-enam infoman dan pengamatan baik di online ataupun
offline, saya mencoba melihat identitas dan ekspresi diri yang dilakukan oleh
individu gay di dalam grup mak-mak. Ekspresi yang mereka tunjukkan terlihat
dari pembentukan identitas gay yaitu dari penerimaan hingga perasaan bangga
akan identitasnya. Cara gay mengartikulasi identitasnya di Line berbeda-beda dan
bermacam-macam, ada yang memilih hanya sedikit menambahkan apa yang telah
ada dalam dirinya, ada pula yang mengubah total seluruh identitas aslinya.
Interaksi yang dilakukan dalam grup membentuk hubungan sosial yaitu
pertemanan, romantisme dan pekerjaan.

ABSTRACT
Discrimination against gay group in Indonesia is the background of this
research. Discrimination makes them hide their identity and choose to marry
women. They need space in order to feel comfortable and safe to express and
show their credentials. Advances in technology help them in finding the space.
Line in this study is seen as a cyberqueer space, that place when the experiences
of gay can occur more easily than in the real world. Therefore, through the study
used a qualitative approach with in-depth interviews on all six informant and
observations both in the real world or the virtual world, I try to see the identity
and self-expression by individuals in a group of gay-mak mak. They show visible
expression of gay identity formation, namely from reception to feeling proud of
their identity. How gay identity in Line articulate different and diverse, there are
selected only a few add what we have in him, there is also a change in total
throughout his true identity. Interaction is done in a group that is forming social
relationships of friendship, romance and work."
2016
S65958
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Daniel
"Keberadaan musik di Amerika Serikat sepanjang perjalanan sejarahnya setelah berakhirnya masa Perang Dunia II telah berkembang menjadi sebuah budaya bagi kalangan muda di negara tersebut. Musik yang berkembang menjadi sebuah industri di Amerika Serikat di dalam perjalanannya tidak dapat lepas dari peran serta media sebagai sarana promosi kepada masyarakat sebagai konsumennya. Tulisan yang berjudul Pengaruh Kemunculan MTV Terhadap Perkembangan Musik Di Amerika Serikat pada 1981-84 mencoba untuk menjelaskan peran media di dalam perkembangan musik dan juga sebagai sarana hiburan bagi masyarakat di Amerika Serikat. MTV yang muncul pada 1 Agustus 1981 telah memberikan inovasi bare terhadap perkembangan musik dari segi bisnis dan hiburan dengan menjadikan video musik sebagai sarana hiburan dan promosi. Hal ini disebabkan pada masa sebelumnya hanya media radio yang dikenal oleh masyarakat luas dan juga kalangan pengusaha bisnis rekaman sebagai sebuah sarana bisnis dan hiburan. Di dalam tulisan ini akan dibahas mengenai awal pendirian MTV, tokoh pendirinya serta video-video musik yang ada ditayangkan. Selain itu juga akan dibahas mengenai pengaruhnya terhadap perkembangan musik dan masyarakat khususnya kaum remaja di Amerika Serikat pada 1981-84. Perkembangan saturan MTV juga akan dibahas dan juga kontlik yang terjadi di dalamnya baik dari perspektif kalangan dunia musik maupun dari perspektif masyarakat pemirsanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>