Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158254 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nefo Budi Handoko
"ABSTRAK
Pada saat terjadinya Aksi Militer Belanda II, TNI melaksanakan perang gerilya atau perang rakyat semesta. Perang gerilya tersebut merupakan perang yang mengandalkan rakyat sebagai basis kekuatannya, terutama basis kekuatan sosial dan ekonominya. Rakyat yang pada umumnya berada di daerah pedesaan menjadi tumpuan bagi terlaksananya perang tersebut, sehingga desa menjadi suatu unsur terpenting bagi terlaksananya perang gerilya. Salah satu desa yang menjadi basis kekuatan sosial dan perekonomian pada masa perang gerilya tersebut adalah Desa Brunosari, Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo. Desa tersebut memiliki potensi yang sangat .baik untuk menunjang perang gerilya, yaitu kekuatan sosialnya (rakyatnya) dan juga potensi ekonominya (kekayaan alamnya). Dengan kekuatan sosial dan ekonominya tersebut, maka Desa Brunosari menjadi suatu basis yang dapat diandalkan bagi perjuangan gerilya yang dilakukan oleh pasukan TNI (Pasukan Sub Werkhreise/SWK Purworejo).
Sebagai suatu basis kekuatan sosial, desa ini mempunyai partisipasi yang sangat kompleks, diantaranya adalah sebagai penjaga keamanan desa, sebagai pasukan gerilya desa (pager desa), sebagai kurir, sebagai mata-mata dan sebagainya, yang kesemuanya dilakukan oleh rakyat desa tersebut. Sedangkan sebagai basis kekuatan ekonomi, partisipasi yang dilakukan cukup kompleks pula, yaitu sebagai dapur umum, penyetor bahan makanan ke kecamatan, sebagai lumbung persediaan beras dan sebagainya, Dengan partisipasi yang dilakukan oleh Desa Brunosari sebagai salah satu basis kekuatan sosial dan ekonomi itulah, maka sedikit banyak telah mampu mendukung dan menunjang perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang dilakukan oleh TNI.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode oral history (sejarah lisan), yaitu dengan menggunakan sumber wawancara sebagai sumber utama, sebab sumber-sumber tertulis mengenai daerah pedesaan di Kabupaten Purworejo tidak ada, sehingga dengan metode wawancara inilah penulis dapat melakukan penulisan skripsi ini.

"
1995
S12522
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnain Lutfih
"ABSTRAK
Propaganda, merupakan salah satu alat penting dalam perang atau yang di sebut dengan propaganda perang (militer). Perang propaganda ini juga digunakann sebagai. salah satu strategi perang tentara Belanda dengan Indonesia dalam perang kemerdekaan.
Perang tersebut menggunakan sarana propaganda sebagai psikologis dengan harapan untuk rnenurunkan mental lawan dalam bertempur. Aksi propaganda dalam perang kernerdekaan menggunakan juga sarana-sarana baik yang berasal dari media cetak maupun media elektronik dalam hal ini yang sering digunakan adalah radio, penggunaan ini agar propaganda efektif dalam mempengaruhi lawan. Belanda lebih terorganisasi dalam penyelenggaraan perang propaganda dibandingkan dengan pihak. Indonesia. Hal ini dapat di1ihat dengan banyaknya badan-badan propaganda baik yang dilaksanakan oleh rniliter .itu sendiri atau pihak si p i 1 , sedangkan Indonesia lebih banyak dilakukkan oleh perseorangan atau kelompok.
Belanda dan Indonesia sebagai pihak yang bertempur menggunakan propaganda sebagai salah satu a1at perang mempunyai beberapa alasan terutarna dengan melihat kondisi dari. Kedua belah pihak Belanda mel i hat bahwa kurangnya personil militer untuk dapat menguasai seluruh wilayah. Indonesia. Dan juga kurangnya sarana militer lain yang dibutuhkan untuk menjaga daerah-daerah yang telah berhasil dikuasai. Sedangkan Indonesia menggunakan sarana propaganda terutama dengan melihat bahwa kwalitas militer Belanda jauh lehih baik dari yang dimi1ikinya dalam hal ini masalah pesenjataan yang sangat kurang. Perang propaganda ini menjadi menarik karena masing-masing pihak berupaya untuk memperoleh simpati rakyat untuk menutupi kekurangan-kekurangannya.

"
1995
S12256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulasman
"Pertempuran di jalur jalan raya Cigombong- Sukabumi sampai dengan Ciranjang ( Cianjur) sepanjang 81 KM teljadi dua kali, yaitu pada tanggal 9 s/d 12 Desember |945 dan tanggal 10 s/d 14 Maret 1946. Dalam peristiwa tersebut, para pejuang Sukabumi yang terdiri dari itentara(TKR/ TRI ), badan-badan perjuangan rakyat, kelasykaran rakyat, pemerintah sipil ( Kotamadya dan Kabupaten Sukabumi ), instansi-instansi lain seperti PLN, Telepon, Rumah Sakit, Rakyat, Pondok Pesantren ( Kyai dan Santri ) bahu-mambahu untuk melakukan penyerangan dan penghadangan terhadap Konvoy Pasukan Sekutu yang akan kembali ke Bandung atau dan Bandung.
Peristiwa pertempuran itu disebabkan pertama pelanggaran pihak Sekutu terhadap perjanjian dengan pemerintah Indonesia mengenai pengurusan dan permulangan APWI yang akan melibatkan pihak Indonesia yaitu tentara ( TKR / TRI ) tidak ditepati. Pada saat dilakukan pengiriman bahan perbekalan untuk APWI di Bandung, pihak Sekutu tidak melibatkan tentara, malah mereka membonceng Belanda yaitu NICA yang berupaya untuk memulihkan kembali pemerintahan Kolonialnya di Indonesia. Kedua, untuk mempertahankan daerah Sukabumi, karena daerah tersebut merupakan daerah palang pintu ( Slang Boom ) dan daerah perekonomian potensial yang secara dasar finansial sangat menguntungkan bagi pihak Belanda.
Untuk menghadapi pasukan Sekutu, dilakukan mobilisasi dengan menghimpun kekuatan perjuangan yang ada di Sukabumi. Koordinasi dilakukan oleh Komandan Resimen TKR / TRI Sukabumi sebagai komandan lapangan yang bertanggung jawab mengenai pelaksanaan penghadangan dan penyerangan terhadap Konvoy Pasukan Sekum Komandan Resimen melakuakan koordinasi dengan pemerintah sipil ( Kabupaten dan Kotamadya Sukabumi ), tokoh masyarakat, tokoh politik, badan-badan perjuangan rakyat dan instansi-instansi lainnya agar semua kekuatan perjuangan di Sukabumi terhimpun menjadi Satu kekuatan besar.
Selain itu dilakukan pembagian tugas sesuai dengantugas, dan fungsinya masing-masing Selain melakuakan koordinasi dengan seluruh kekuatan perjuangan dirumuskan Sandi Perjuangan, Strategi dan Taktik Serta Herdislokasi Pasukan. Sandi yang digunakan dalam pertempuran ilu adalah menaldukcm ular berbisa. Untuk menghindari dari pertempuran terbuka dan frontal, maka strategi dan taktik yang digunakan adalah Hit and Run dengan Kiri/mmf. Sedangkan agar kekuatan pasukan merata dan dapat menghadapi Konvoy Pasukan Sekutu sepanjang 81 KM, maka dilakukan herdislokasi pasukan. Resimen TKR I TRI Sukabumi dibagi menjadi empat Batalyon dan setiap Batalyon dibagi menjadi empat Kompi. Masing-masing Batalyon menempatkan pasukannya di tempat-tempat yang menjadi daerah penyerangan. Setiap daerah penyerangan ditempatkan para penembak jitu Sniper ) sehingga jalur Sepanjanga 81 KM dari Cigombong sampai Ciranjang merupakan garis penembak jitu ( Sniper Line ).
Pertempuran yang terjadi di Sukabumi, telah memberikan dampak secara politis bagi diplomatis pemerintahan Indonesia. Karena dengan pertempuran tersebut, maka pihak Sekutu mengajak berunding kembali untuk pengurusan masalah Tawanan Perang dan lntermiran. Tindakan Sekutu itu, scara tidak langsung merupakan pengakuan defacto terhadap keberadaan pemerintah Indonesia.
Penelitian ini dilakulcan dengan menggunakan teori Collecrive Action yaitu Collective Reaction. Metode penulisan digunakan Metode Penelitian Sejarah yang meliputi Heurisik, Kritik, Interpretasi dan Histiografi untuk sumber penelitian mengunakan arsip, wawancara dan buku."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T32902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sewan Susanto
Yogyakarta: Gadjah Mada University , 1985
378 SEW p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kahin, Audrey R.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1989
959.8 AUD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Islam Salim
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1995
959.8 ISL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anhar Jamal
"ABSTRAK
Salah satu dampak positif dari Perang Dunia I adalah berkembangnya pola hubungan berdimensi, baru antara. Indonesia dan Australia. Peristiwa ini telah mernpertemukan dua kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak saling berhubungan. Puncak dari interaksi ini melahirkan satu kerja sama yang padu, antara kedua kelompok masyarakat.
Satu hal yang menarik dari interaksi ini adalah terja_linnya kerja sarna antara kelompok masyarakat pendatang dan kelompok masyarakat Australia (kaum buruh). Peristiwa ini menjadi menarik mengingat dalam sejarah hubungan kaum buruh Australia dengan buruh pendatang, selalu memperlihatkan pola permusuhan. Dalarn skripsi ini penulis mencoba mencari sebab timbulnya pola lain ini.
Seperti diketahui bahwa nilai dasar kaum buruh Australia adalah konsep mateship, yaitu hubungan persaudaraan yang akrab dan dekat antar sesama buruh. Nilai dasar ini mempunyai dua sisi yang kontradiktif yaitu sifat egaliter dan rasis. Kedua nilai inilah yang akan menentukan pola hubungan kaum buruh Australia dengan masyarakat pendatang.
Sifat rasis akan muncul seandainya buruh pendatang dinilai akan menggangu sistem kerja (pola penggajian dan pemberian fasiltas lainnya) yang sejauh ini berlaku. Sebalik_nya kalau indikasi di atas tidak tampak, maka bentuk interak_si akan dilandasi oleh nilai egaliter.
Dalam berhubungan dengan masyarakat pendatang dari Indonesia, nilai egaliterlah yang paling membersit. Munculnya sisi egaliter ini disebabkan para pendatang tidak menggangu sistem kerja buruh setempat. Para pendatang sudah mempunyai lapangan pekerjaan sendiri, sehingga tidak menyerobot kesem_patan kerja buruh Australia. Sehingga ketika bangsa Indonesia mengadakan perlawanan terhadap pemerintah (Hindia) Belanda, maka usaha mereka ini dengan mudah mendapat simpati dan ban_tuan dari kaum buruh Australia.

"
1990
S12140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vreede, Mischa de
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia , 2013
839.36 VRE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaelah
"Skripsi ini membahas tentang salah satu kebijakan politik Belanda terhadap Republik Indonesia, periode 1945-1947, dimana Belanda menjalankan blokade politik dan ekonomi terhadap Republik Indonesia. Blokade poli_tik dimaksudkan agar Indonesia tidak berbicara tentang konflik yang dihadapinya kepada dunia luar (negara lain) dan menjalin kerjasama sebagai negara merdeka. Sementara blokade ekonomi berarti aktivitas perdagangan dengan pedagang atau negara tertentu ditutup. Dengan kondisi-kondisi seperti ini posisi Republik Indonesia akan melemah, karena pada dasarnya Belanda tidak mengakui bangun Negara Republik Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12723
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najib Jauhari
"Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945 menjadi tonggak sejarah baru dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Kemerdekaan telah diraih, bukan berarti perjuangan telah selesai, bahkan jika lengah, kemerdekaan itu bisa hilang dan bangsa Indonesia kembali mengalami masa penjajahan. Kemerdekaan harus dipertahankan dan diperjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Masa awal kemerdekaan, banyak ditandai oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan cara perang atau konfrontasi, diberbagai daerah Indonesia. Hingga masa ini (1945-1949) kita kenal dengan istilah Masa Perang Kemerdekaan. Perang ini terjadi karena adanya ancaman dan serangan terhadap kedaulatan Bangsa Indonesia, yang dilakukan oleh Belanda yang dibantu Sekutu (Inggris).
Perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia, ternyata sering mengalami kendala terutama berkaitan dengan kondisi bangsa Indonesia sendiri. Rakyat yang tergabung dalam berbagai organisasi perjuangan, tanpa koordinasi, tidak akan kuat. Bahkan sebaliknya bisa saling melemahkan jika terjadi konflik diantara organisasi. Salah satu organisasi perjuangan yang lahir pada masa tersebut adalah Persatuan Perjuangan. Studi ini berusaha mencari jawab atas masalah mengapa organisasi ini muncul, bagaimana keorganisasian dan aktivitasnya, serta mengapa sampai bubar.
Persatuan Perjuangan dapat dikategorikan sebagai organisasi (organization) yang bertujuan Aksi Massa (collective action), dalam kegiatannya berdasar Program (Interest) dan taktik (mobilization) tertentu. Aktivitas penelitian disesuaikan dengan langkah-langkah yang terdapat dalam metode sejarah. Meliputi heuristik, Wilk, hiterpretasi dan historiografi. Sumber data berupa arsip, arsip yang telah terbit, rekaman wawancara, surat kabar, majalah, artikel dan buku-buku yang relevan.
Persatuan Perjuangan dideklarasikan di Surakarta pada tanggal 15 Januari 1946, mempunyai berbagai faktor pendorong. Situasi dan kondisi perjuangan yang rawan, karena kedudukan musuh semakin kuat, sementara bangsa Indonesia terpecah dalam berbagai golongan, dengan program perjuangan yang berbeda-beda. Ide persatuan untuk perjuangan, ternyata mendapat antusias dari berbagai golongan masyarakat.
Pemerintah dalam perjuangannya memiliki taktik perjuangan berbeda dengan rakyat yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan, tidak tinggal diam terhadap aktivitas Persatuan Perjuangan. Perubahan susunan kabinet dan program kerja kabinet diharapkan dapat lebih menyerap aspirasi perjuangan rakyat. Usaha pemerintah untuk lebih memperlancar usaha perjuangannya dalam bidang diplomasi, dilakukan dengan cara penghancuran terhadap organisasi Persatuan Perjuangan.
Persatuan Perjuangan, sebagai pusat organisasi yang mengutamakan konfrontasi dalam mempertahankan kemerdekaan, memang dapat dihancurkan. Tapi program menuntut kemerdekaan 100%, menolak diplomasi yang merugikan, terus dijalankan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>