Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144939 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Utomo
"Pada tanggal 10-11 Nopember 1945 para pemuda menyelenggarakan kongres pemuda seluruh Indonesia yang berlangsung di Balai Mataram, Yogyakarta. Kongres tersebut berlangsung dalam suasana dan semangat revolusi. Inisiatif penyelenggaraan kongres pemuda berasal dari kelompok pemuda API (Angkatan Pemuda Indonesia) yang bermarkas di J1. Menteng Raya 31, Jakarta. Tujuan kongres pemuda tersebut untuk menghimpun segenap potensi pemuda dan menggalang parsatuan don kesatuan guna merealisasikan pemindahan kekuasaan secara fisik serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebagai tuan rumah penyelenggara kongres adalah kelonrpok pemuda Gerpri dari Yogyakarta. Gerpri (Gerakan Pemuda Republik Indonesia) merupakan kelompok organisasi pemuda yang revolusioner pada masa tersebut. Di tangah berlangsungnya kongres, Sjahrir dan Amir Sjarifuddin merencanakan pembentukan Pesindo sebagai induk organisasi pemuda. Hanya tujuh organisasi pemuda yang menyatakan meleburkan diri ke dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Sebagian besar organisasi pemuda peserta kongres menolak bergabung ke dalam Pesindo. Namun pada akhir kongres, para pemuda sepakat membentuk BKPRI (Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia)."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S12200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Dari tanggal 29 Oktober sampai dengan 1 Nopember 1962 telah diselenggarakan Konperensi Antar Fakultas Hukum di Yogyakarta. Maksud utama dari konferensi tersebut adalah untuk mengadakan inventarisasi masalah-masalah pokok Fakultas Hukum di universitas negeri dan perumusan kegiatan-kegiatan fakultas hukum dalam rangka realisasi tridharma perĀ­guruan tinggi.
Secara rinci dalam konferensi tersebut telah dibicarakan mengenai kurikulum, studi terpimpin, pendidikan kader pengajar, peneIitian dan pengabdian perguruan tinggi kepada masyarakat, keorganisasian dan perkembangan fakultas, dan masalah lainnya. "
Yogyakarta: Panitia Koordinasi Antar Panitia2 Ahli Antar Fakultas Sedjenis, Departemen Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan, 1962
K 340.071 1 IND b
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hutagalung, Yosephine
"Pengumpulan data untuk penulisan skripsi ini dilakukan dengan care Btudi kepustakaan berupa buku_buku, Surat kabar, artikel dan suxber-sumber lain yang tidak diterbitkan, seperti: arsip-arsip dan sebagainya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui peranan pemuda dan organisasi pemuda setelah masa kemerdekaan Indonesia hingga teroapainya suatu kesepakatan untuk pembentukan negara kesatuan. Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsaIndonesia terus berlanjut untuk mempertahankan kemerdekaan. Para Pemuda Indonesia bahu-membahu mengusir tentara penjajah Belanda yang bermaksud untuk menguasai Indonesia kembali. Karena itu perlu diadakan konsolidasi di antara pemuda dan organisasi pemuda untuk menyatukan tekad dan semangat perjuangan bangsa Indonesia. Adanya kongres kongres pemuda Indonesia merupakan suatu sarat untuk hal tersebut di atas. Kongres Pemuda Indonesia tahun 1950, yang merupakan Kongres Pemuda yang terakhir pada mass Revolusidalam keputusannya berhasil membentuk suatu keeamaan pendapat untuk mewujudkan negara Indonesia menjadi suatu Negara kesatuan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Penulis artikel ini membahasa masalah landasan hukum bagi pengikatan diri terhadap perjanjian internasional. Menurut dia sampai saat ini belum ada peraturan pelaksanaan dari Pasal 11 UUD 1945, yang seharusnya menjadi landan hukum bagi prosedur pengikatan diri atas perjanjian internasional. Surat Presiden No. 28261/HK/1960 tidak cukup untuk dijadikan sebagi peraturan pelaksanaan dari Pasal 11 UUD 1945. Lebih jauh lagi, surat itu bukan merupakan hukum positif."
Hukum dan Pembangunan No. 4 Juli-Agustus 1998 : 236-251, 1998
HUPE-4-(Jan-Jun)1998-236
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syukur
"Disertasi ini membahas tentang konflik dan integrasi dalam konstruksi identitas NSI (Niciren Syosyu Indonesia), suatu kelompok yang terdapat dalam agama Buddha. Identitas dibangun oleh perbedaan-perbedaan, sehingga akibatnya dapat menimbulkan ketegangan dan konflik sosial. Hal ini berbeda dengan teori konflik Coser (1964) yang melihat bahwa karena perbedaan inheren dalam masyarakat maka konflik sosial pada dasarnya alamiah. Konflik sosial tidak berarti perpecahan. Kajian-kajian antropologi (Barth, 1988; Geertz, 1973, 1983; Saifuddin, 1986; Malik, 2007) memperlihatkan bahwa konflik merupakan sisi lain dari integrasi sosial. Oleh karena itu, disumsikan bahwa dengan memfokuskan perhatian pada masalah konstruksi identitas maka dapat diketahui masalah-masalah konflik dan integrasi yang terdapat dalam suatu masyarakat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan interpretif dengan objek penelitian kelompok NSI dan dilakukan selama enam bulan. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. penelitian di Jakarta (vihara Kantor Pusat NSI) dan Bogor (vihara Saddharma sebagai vihara pusat organisasi NSI). Identitas adalah aspek dalam hubungan dan interaksi sosial dan identitas bersifat kontekstual dalam arti identitas dikonstruksi dalam dunia yang secara sosial telah dibentuk (Eriksen, 1995; Friedman, 1995). Sebagai agency NSI mengkonstruksi perbedaan-perbedaan dalam konteks hubungan dengan kelompok-kelompok lain dalam agama Buddha. Dalam hal ini, NSI mengklasifikasi kelompok-kelompok lain (others) tersebut berdasarkan kategori sekte: kelompok sekte Niciren (Sokagakkai, Buddha Dharma Indonesia (BDI), dan Niciren Syu) dan kelompok non-Niciren (Theravada, Mahayana, Buddhayana, dan Tantrayana). Dalam mengkonstruksi identitasnya NSI melakukan pembedaan-pembedaan terkait dengan sistem kepercayaan dan sistem ritual agama Buddha, juga organisasi. Penekanan pada perbedaan pemaknaan terhadap doktrin dan ritual agama Buddha merupakan strategi simbolis yang digunakan NSI dalam hubungannya terutama dengan kelompok-kelompok sekte lain, sedangkan strategi praktis digunakan NSI dengan cara pembedaan tempat ritual (vihara) dan organisasi. Di sisi lain, adanya beberapa kesamaan dalam landasan sistem kepercayaan dan penekanan pada beberapa hal tertentu, seperti hakikat Ketuhanan dan etika praktis, menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar agama Buddha tidak berubah. Berdasarkan kajian ini terdapat beberapa kesimpulan yang dapat ditarik. Pertama, berbeda dengan identitas etnik yang askriptif, identitas NSI merupakan konstruksi sosial dalam konteks agama Buddha. Kedua, sebagai agency NSI mengkonstruksi identitasnya tidak hanya dengan menekankan pada perbedaan-perbedaan (konflik) tetapi juga melakukan integrasi dengan menekankan pada prinsip-prinsip yang sama dalam agama Buddha. Hal ini mendukung asumsi yang saya kemudkakan di atas. Ketiga, kajian tentang identitas yang difokuskan pada peranan agency dapat digunakan untuk membuat teori struktural-fungsional lebih dinamis dalam memahami perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat.

This writing discusses conflict and integration in the construction of identity by NSI (Niciren Syosyu of Indonesia), one of Indonesian Buddhist groups. As identity is socially constructed through differences it may lead to tensions and conflict within a society. This kind of conflict is different from the one that conflict theory (Coser, 1964) perceives. Because people are different that social conflict is basically given. Social conflict does not mean separation. Anthropological studies (Barth, 1988; Geertz, 1973, 1983; Saifuddin, 1986; Malik, 2007) show that people involved in conflict do not separate from others. In this case, conflict is only another aspect of social life and, with another concept, which is integration, form two sides of the same coin. This understanding directs me to assume that by focusing attention to the identity making process we may also know issues of conflict and integration within the society. Using interpretive approach the research was conducted among NSI organization, both members and officials, for more or less six months. Data collection was conducted in two locations: Jakarta in which central office's vihara exists and in Bogor in which vihara Saddharma as central vihara of the organization using methods of participant observation, interview, and documentary study. Identity is aspect in social relation and it is contextual which means that identity constructed in the world that has been socially formed (Eriksen, 1995; Friedman, 1995). NSI, as an agency, creates differentiations in relation to other Buddhist groups. In so doing, NSI classify others in terms of sect category: those who affiliate to Niciren sect (Sokagakkai, BDI (Buddha Dharma Indonesia, and Niciren Syu) and those who are not Niciren (Theravada, Mahayana, Buddhayana, and Tantrayana). In creating its identity NSI creates differences from others concerning Buddhist belief and ritual practices as well as organization. Symbolic strategy is applied by emphasizing different meanings concerning Buddhist belief and ritual, mainly in relation to groups of other sects, whereas practical strategy is employed in terms of organization and ritual aspects such as vihara and bhikkhu, in its relation to groups of Niciren sect. Sharp their distinctions though, there are some that NSI emphasizes both on basic doctrines and sameness of meanings such as in terms of the impersonality of God and practical ethics. Based on the research, it could be inferred some points. First, identity that is constructed by NSI is different from ethnic identity in that the first is socially created and the latter is ascriptive. Secondly, NSI, as an agency, is able to choose and construct new meanings concerning Buddhist religious system to differ from other groups and is able to integrate with them by showing the same foundations of Buddhist doctrines and emphasizing the same interpretation, such as the impersonality of God and practical ethics. This proves my assumption stated above. Thirdly, in respond to Geertz's suggestion to make structural-functional approach more dynamic so that it can be able to study changes in certain society I would say that it may be done by focusing study on identity construction."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
D-pdf
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta;Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1978
899.221 HAS
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>