Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 231729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nazarudin bin Zainun
"ABSTRAK
Pembahasan tentang logistik sering mendapat porsi kecil dalam penulisan sejarah militer (TNI). Pada hal matra ini merupakan aalah satu faktor penting, malah menentukan jalannya pertempuran. Kekuatan sebuah pasukan tempur tergantung pada fondasinya, dan fondasi itu adalah logistik (supply) yang berbasis pada rakyat.
Dalam kaitannya dengan TNI dalam keadaan darurat dan perang di Jawa Tengah bagian Barat, unsur logistik umum mencakupi penanganan kesehatan, kemunikasi, makanan, zeni, transportasi, pakaian, personalia dan ditambah dengan bahan-bahan modal. Hampir kesemua unsur tersebut tidak dipunyai TNI, hanya personalia Baja yang dapat dipenuhinya.
Kesulitan logistik TNI masa ini sebagai akibat dart garis van Mook- yang memisahkan pusat-pusat perdagangan dan pertanian yang subur di Jawa Barat dan Jawa Timur. Penerapan blokade ekonomi Belanda terhadap keluar masuknya barang darti RI menyebabkan kas pemerintah RI kosong. Keadaan ini mempengaruhi pemenuhan logistik TNI. Ini ditambah lagi dengan lonjakkan pengungsi dari kota ke desa seperti dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, yang tentunya berakibat kepada fisik dan paikologis rakyat. Faktor fisik berkaitan dengan dampaklangsung dari strategi bolokade ekonomi yang dilancarkan Belanda dan faktor psikologis merupakan akibat dari kondisi perekonomian rakyat yang tidak menentu saat itu. Akibatnya berleluasalah usaha-usaha penyeludupan dilakukan TNI untuk kebutuhan logistik tentara dan umum.
Selain dari penyeludupan, TNI Juga sangat tergantung kepada rakyat sebagai sumber utama pemenuhan logistiknya yang bersifat non taktis. Dalam hal ini peranan rakyat bukan saja sebagai fondasi logistik kepada TNI tapi Juga sebagai pemberi informasi dan mereka saling melindungi. Sementara itu kebutuhan logistik taktis pula selain didapat dari peninggalan Jepang juga dari pasukan Belanda yang diserse, penyeludupan terutama dari Singapura secara barter serta buatan sendiri dengan menyulap pabrik gula menjadi pabrik senjata, yang sekali lagi mengandalkan tenaga rakyat sebagai pekerja.
Selain itu, di daerah-daerah tertentu ada juga pasukan yang bertugas khusus mengumpulkan bahan-bahan modal (merupakan ciri khas kawasan ini) yaitu Panca Koa dan GERDAK. Mereka ini menjarah harta milik Belanda dan Cina yang tidak mendukung RI dan diberikan kepada TNI sebagai bahan-bahan modal untuk membeli kebutuhannya. Jadi, skripsi ini selain bersifat menguji definisi logistik umum militer, juga ingin memperlihatkan terdapatnya penyimpangan-penyimpangan dari definisi tersebut bagi daerah Jawa Tengah bagian Barat.

"
1995
S12729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Staf Umum Teritorial. Mabes AD, 2000
355 IND v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Sejarah TNI Angkatan Udara, 1977
354.92 SEJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Dinas Sejarah Militer TNI AD, 1972
355.4 IND c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Murniati Suwarso
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artinur Setiawati
""Kebijakan pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) dibawah pimpinan P.M. Mohammad Hatta terhadap TNT / APRI sesudah perang kemerdekaan (Pasca Revolusi) yang mentransformasikan TNI dari ""tentara revolusi"" ke ""tentara profesional"", diperlukan pembangunan TNI / APRIS. Untuk pembangunan TNi / APRIS itu, kernudian pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan baik benrpa Undang-Undang, Penetapan Presiden (Pen. Pres), maupun Keputusan Presiden (Kep. Pres). Misalnya untuk mengatur penerimaan anggota APRIS, pada tanggal 21 Januari 1950 dikeluarkan Undang-Undang Danirat No.4/I950. Untuk mengatur kepangkatan ~Angkatan Perang / Angkatan Darat RIS dikeluarkan Peraturan Pernerintah No. 3/1950 pada tanggal 21 Februari 1950. untuk mengatur demobilisasi dikeluarkan Peraturan Pernerintah No.6/PP/1950 tanggal 9 Mei 1950. Dernikian pula pada tahun 1957 Pernerintah mengeluarkan Peraturan No.24/I957 yang mengatur pangkat-pangkat militer dalam APRI (Darat, Laut dan Udara). Sebagai realisasi dari kebijakan pemerintah tersebut, pimpinan Angkatan Perang melakukan pembenahan-pembenahan dalam lingkungan (tubuh) TNI / APRIS, baik dalam bidang organisasi Angkatan Darat, Laut, dan Udara, personalia, kepangkatan, maupun dalam bidang pendidikan (dari tingkat tamtama sarnpai perwira)...""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11695
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Tahi Bonar, 1920-
"buku ini berisi pidato dan karangan yang mencerminkan sumbangan pikiran yang disajikan oleh penulis di tahun-tahun 1955 - 1958 kepada pemerintah, masyarakat, dan angkatan perang dalam upaya kita menghadapi zaman itu. Pidato-pidato dan karangan tersebut pada masa ini telah termasuk dalam sejarah ..."
Djakarta: Indira, 1960
K 355.009 598 SIM p
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Alwi Alatas
"Tentara merupakan bagian intergral dalam suatu negara yang berfungsi mempertahankan eksistensi negara tersebut dari agresi militer negara lain. Namun, pembentukan organisasi tentara pada suatu negara yang baru berdiri bukanlah pekerjaan yang ringan, apalagi harus menghadapi seangan negara lain pada saat yang bersamaan. Situasi seperti inilah yang dihadapi oleh Negara Republik Indonesia pada masa awal kemerdekaannya. Pada awalnya pemerintah Republik Indonesia hanya mendirikan BKR yang mempunyai fungsi berbeda dengan tentara. Kedatangan tentara Sekutu di Indonesia dengan tentara Belanda yang ikut di dalamnya menimbulkan respons dari para pemuda dengan membentuk laskar-laskar dan merebut senjata-senjata dari tangan tentara Jepang guna mempertahankan kemerdekaan. Walaupun pada tanggal 5 Oktober 1945 pemerintah membentuk TKR sebagai wadah resmi tentara pemerintah, tetapi kendali militer tidak sepenuhnya berada di tangan pemerintah mengingat keberadaan laskar-laskar yang juga berjuang dengan gigih di luar koordinasi tentara resmi. Didaerah Sumatra Timur, jumlah laskar justru lebih banyak dibandingkan jumlah tentara. Mereka berhimpun di sekitar Medan yang dikuasai oleh tentara Sekutu. Upaya menyatukan pasukan-pasukan laskar dan tentara yang umumnya berasal dari Sumatra Timur dan Tapanuli in dilakukan lewat pembentukan LRMA yang kemudian berubah menjadi KMA. Namun, koordinasi pasukan tetap menjadi masalah penting bagi perjuangan di daerah ini. Konflik-konflik antar pasukan kerap terjadi, begitu pula penyimpangan-penyimpangan pasukan berupa perampokan dan pembentukan atas masyarakat sebangsa yang tidak berdosa"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maryoso
"Studi tentang hubungan politik-militer di Republik Indonesia pada masa awal Revolusi, sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan tahun 1948. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan suatu permasalahan yang dihadapi Angkatan Perang di Republik Indonesia, khususnya dalam mengatasi konflik dengan pemerintahan sipil. Untuk menunjang penulisan ini, penulis telah melakukan pengumpulan data melalui studi literatur, seperti: buku-buku, surat kabar, majalah, artikel serta brosur, baik yang terbit pada masa peristiwa maupun sekarang. Dari hasil penelitian penulis, menunjukkan bahwa konflik atau permasalahan yang terjadi dalam tubuh angkatan perang di Republik Indonesia pada masa tersebut, disebabkan karerna adanya campur tangan sipil dalam urusan intern angkatan perang. Suatu sistem pemerintahan yang masih labil dan longgar, membuka kesempatan bagi golongan sipil untuk turut menjadikan angkatan perang sebagai alat politik. Ini terlihat dengan campur tangan Amir Sjarifoeddin, seorang tokoh sosialis radikal. Sejak ia duduk dalam kursi pemerintahan, bahkan ketika ia menjabat Menteri Angkatan Perang (Pertahanan) menjadikan dirinya sebagai tokoh saingan di samping Soedirman, seorang tokoh militer regular yang men_duduki pimpinan Markas Besar. Walaupun pada awalnya ada usaha-usaha Amir untuk menggulingkan kekuasaan Soedirman, namun pada akhirnya Soedirman muncul sebagai superior dalam kalangan angkatan perang di Republik Indonesia."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dominicus Ezra Narendratmaja Bhaskara
"Penelitian ini berusaha untuk menjelaskan peranan penerbang AURI dalam berbagai operasi udara yang dilaksanakan saat Operasi Trikora.d Perjanjian Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, masih menyisakan salah satu masalah dalam kedaulatan Indonesia, yakni permasalahan Irian Barat. Bahkan setahun setelahnya, Belanda ingkar janji dan Irian Barat masih dikuasai oleh mereka. Sengketa ini akhirnya berpuncak pada Pidato Trikora oleh Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961, yang menjadi deklarasi untuk mengembalikan Irian Barat di tingkat yang lebih lanjut. Sebagai tindak lanjut, dibentuklah Komando Mandala. Melalui Komando Mandala Indonesia terus berupaya melakukan operasi infiltrasi untuk membebaskan Irian Barat. Melihat fakta di lapangan, memasuki Irian Barat hanya memiliki dua alternatif, yaitu melalui laut dan udara. Metode Penelitian yang digunakan dalam pembuatan adalah metode sejarah. AURI telah menjelma menjadi salah satu kekuatan udara yang terbesar di Asia Tenggara. Pada masa ini AURI telah memiliki berbagai macam jenis peralatan militer yang canggih dan modern seperti pesawat tempur, rudal dan radar. Penelitian ini menjelaskan mengenai pembelian alutsista yang dilakukan beserta informasi yang saling berlawanan dan juga taktik yang digunakan oleh penerbang-penerbang AURI. Adapun dampak yang dibawa dari keterlibatan para penerbang AURI dalam Operasi Trikora adalah membawa kelancaran pada fase infiltrasi para pasukan ke Irian Barat di mana operasi lintas udara yang dilakukan berhasil menerjunkan ribuan infiltran dalam skala yang lebih besar.

This research examines the role of Republic of Indonesia Air Force Aviators in the many aerial operation conducted during Operation Trikora. The Round Table Conference agreement in 1949, left a single problem surrounding Indonesia's sovereignty, namely the issue of West Irian. A year has gone by and yet the Dutch did not kept their promise. This dispute eventually culminated in the Trikora Speech by Soekarno on 19 December 1961, which officially sounded the drums of war against the Netherlands. As a follow-up, the Komando Mandala was formed. Through Mandala, Indonesia continued to carry out infiltration operations to liberate West Irian. Looking at the geographical condition, there’re two ways to enter West Irian, namely by sea and air. The research method used in the making is the historical method. AURI has transformed into one of the largest air forces in Southeast Asia. During this era AURI had various types of sophisticated and modern military equipment such as fighter planes, missiles and radars. This research explain more about the purchases of military equipment and the tactic used by the aviators during the operation. The impact of the involvement of AURI pilots in Operation Trikora has brought about success to the infiltration of ground force into West Irian in which the conducted airborne operation has managed to bring more troops at a larger scale."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>