Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94817 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaqiatul Mardiah
"
ABSTRAK
Dalam interaksi sehari-hari, bahasa Arab masih dipakai oleh kalangan komunitas keturunan Arab di Pasar Reba, Nagari Kidul, Purwakarta, di samping bahasa Sunda dan bahasa Indonesia; kendati pemakaian bahasa Arab itu sudah semakin berkurang dari generasi ke generasi.
Eksisnya bahasa Arab di kalangan komunitas keturunan Arab didukung oleh identitas kesukubangsaan mereka sebagai keturunan Arab, dan loyalitas mereka terhadap bahasa Arab itu sendiri, walaupun loyalitas itu hanya sebatas sikap yang tidak dipraktikkan.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pemakaian bahasa Arab oleh kalangan komunitas keturunan Arab di Pasar Rebo, Nagari Kidul, Purwakarta, dan berusaha melihat seberapa jauh variabel-variabel di luar bahasa berpengaruh kepada pemertahanan bahasa Arab di wilayah itu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei yang dipresentasikan secara deskriptif dan dianalisa secara kuantitatif berdasarkan frekwensi pemakaian bahasa. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung terhadap sampel dan lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahasa Arab lebih dominan dipakai oleh responden pria yang berusia 40 tahun ke atas pada situasi di luar rumah tanpa orang ketiga (orang yang tidak mampu berbahasa Arab dan Nadir pada saat komunikasi berlangsung). Dari hasil itu juga diketahui bahwa pemakaian bahasa Arab sudah semakin menurun dari generasi ke generasi. Jika dilihat rerata keseluruhan pemakaian bahasa Arab hanya sebesar 119,73%. Walaupun jumlah persentase itu makin lama makin mengecil, namun dapat dipastikan bahwa bahasa Arab tidak akan punah pada komunitas tersebut karena mereka adalah muslim yang sangat menyadari pentingnya kemampuan berbahasa Arab. Di samping itu hampir semua responden, baik yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga benar-benar menginginkan agar generasi mereka dari zaman ke zaman dapat mempertahankan pemakaian bahasa Arab karena mereka umat Islam dan karena mereka keturunan Arab."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S13447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Ekoyanantiasih
"ABSTRAK
Penelitian bahasa mengenai pemertahanan Bahasa Daerah Jawa telah dilakukan di Kelurahan Depok Jaya. Tujuannya untuk mengetahui seberapa jauh variabel-variabel di luar bahasa berpengaruh pada proses pemertahanan Bahasa Daerah Jawa. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman wawancara, serta pengamatan langsung terhadap lima puluh orang sampel.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analitis secara kuantitatif dengan memperhitungkan frekuensi distribusi pemakaian bahasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bahasa Daerah Jawa terutama sekali banyak digunakan di antara anggota keluarga. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemertahanan Bahasa Daerah Jawa lebih dominan di dalam lingkungan keluarga.
Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya derajat pemertahanan Bahasa Daerah Jawa dipengaruhi oleh faktor usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, dan mobilitas penduduk.

"
1990
S11157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayatul Astar
Jakarta:: Pusat Bahasa, 2003
495.1 HID p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qolbi Izazy
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang pernikahan sebagai model pemertahanan identitas etnik keturunan Arab di Kelurahan Panjunan, Cirebon Jawa Barat. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menyebutkan bahwa prosesi pernikahan merupakan salah satu cara pemertahanan identitas etnik keturunan Arab di Kelurahan Panjuan Cirebon. Adapun dalam prosesi pernikahan yang masih menjadi penggambaran identitas etnik Arab ada pada seluruh rangkaian pernikahan seperti pengenalan calon, midad, lailatul henna, akad nikah dan resepsi pernikahan. Hanya saja prosesi yang masih dipertahankan telah mengalami proses asimilasi kultural atau proses akulturasi.

ABSTRACT
This thesis discusses marriage as an identity model retention of Arab descent at Panjunan, Cirebon. This study is a qualitative method using observation and interviews. The result shows that the wedding procession is one of the preservation ways Arab descent ethnic identity at Panjunan, Cirebon. As the wedding procession is still a depiction of Arab ethnic identity on the whole set of the wedding such as bride and groom or matchmaking, midad, lailatul henna, ceremony and wedding reception. However procession retained, has absorbed the process of."
2014
S53308
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarsono
"Kajian ini mengenai salah satu aspek ke dwi bahasaan , yaitu pamertahanan bahasa. Objeknya adalah bahasa Melayu Loloan, sebuah ragani bahasa Melayu yang di pakai oleh minoritas muslim didalam kota Negara, Bali. Masalah yang dikaji ialah faktor-faktor yang mendukung pemertahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Bali, bahasa yang menjadi bahasa ibu guyup mayoritas Bali, dan bagai mana kondisi pemertahanan itu terhadap bahasa Indonesia saat ini.
Dengan ancangan sosiologi, metode survei, dan teknik wawancara, kuesionier, dan pengalnatan partisipasi , peneliti menjaring data utama berupa pengakuan pribadi (self-report) dart dua gerierasi dengan percontoh 290 kepala keluarga dan 120 ariak rnuda (13-21), dan 28 anak (6-12) tentang sikap, penguasaan, dan pengguriaan bahasa yang merijadi khazarrah kevahasaan rrlereka, yaltu bahasa Melayu Loloan (sebagal bahasa ibu= Bi), bahasa Bali (sebagai bahasa kedua= B2), dan bahasa Indonesia (sebagai B2 baru).
Hasilnya ialah di temukannya beberapa faktor yang mendukung peme rtahanan bahasa Melayu Loloan terhadap bahasa Bali, mencakupi faktor eksternal dan faktor internal yang saling berpaut. Dua faktor penting yang tergolong faktor eksternal ialah (1) adanya letak konsentras pemukiman yang secara geograf is , agak terpisah dan i letak pemukiman guyup mayoritas; dan sikap toleransi, atau setidak-tidaknya s i kap akomodatif . guyup mayoritas Bali yang tanpa rasa enggan menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam interaksi mereka dengan warga guyup minoritastas. Dari tubuh guyup Loloan sendiri ditemukan tiga faktor panting pendukung pemertahanan bahasa, yaitu sikap atau pandangan keislaman guyup Loloan yang tidak akomodatif terhadap guyup, dan bahasa Bali, sehingga bahasa ini tidak digunakan dalam interaksi intra kelompok Loloan; loyalitas yang tinggi terhadap bahasa Melayu Loloan karena bahasa ini dianggap sebagai lambang guyup Melayu Loloan yang beragama Islam; sedangkan bahasa Bali di pandang sebagai lambang guyup Bali yang Hindu. Akhirnya faktor kesinambungan pengalihan (transmisi) bahasa melayu Loloan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pemertahanan itu menjadi agak melemah dalam menghadapi ekspansi bahasa Indonesia. Bahasa ini dipandang tidak mengandung konotasi agama tertentu, di anggap tidak berbeaa dengan bahasa Melayu Loloan karena itu dianggap sebagai milik mereka juga terutama oleh posisi mereka sebagai orang Indonesia. Akibatnya, pada saat ini bahasa Indonesia sudah mendominas ranah pemerintahan , pendidikan , dan agama, dan sudah menjalankan peran sebagai alat komunikasi antar kelompok, menggeser peran yang semula dijalankan oleh bahasa Melayu Loloan atau bahasa Bali."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D344
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Munawarah
"Penelitian mengenai pemertahanan bahasa daerah Madura telah dilakukan di Jakarta. Tujuannya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Madura di luar wilayah pemakaian bahasa Madura (Jakarta). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar tanyaan sebagai pedoman wawancara. Wawancara dikenakan kepada 27 keluarga (51 responden) yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Sumenep Madura di Jakarta.
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dianalisis secara kuantitatif. Analisis meliputi frekuensi pemakaian bahsa dan juga melihat hubungan antara pemakaian bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa.
Kesimpulan akhir dari penelitian menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa daerah Madura di Jakarta rata-rata sebesar 35,35%. Pemertahanan tersebut dipengaruhi oleh faktor identitas kesukubangsaan, dan hubungan kekeluargaan, selain itu juga dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan tempat lahir responden."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11146
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarsono
Depok: Universitas Indonesia, 1990
D1631
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rini Wulandari
"Di Indonesia terdapat sekitar lima ratusan bahasa daerah yang merupakan lahan yang menarik bagi bidang pemetaan bahasa. Akan tetapi penelitian mengenai pemetaan bahasa di Indonesia belum sebanding dengan jumlah bahasa daerah yang ada. Penelitian pemetaan bahasa di semua daerah di Jawa Barat bertujuan untuk memperoleh gambaran yang utuh dan menyeluruh mengenai situasi kebahasaan bahasa Sunda di Jawa Barat. Saya memilih Kabupaten Purwakarta sebagai objek penelitian karena kabupaten ini masih menarik untuk diteliti dari segi bahasanya. Menurut pengamatan saya, masih ada aspek yang belum digarap oleh dua peneliti sebelumnya, baik penelitian yang dilakukan oleh Nothofer (1977) maupun Suriamiharja (1984). Tujuan penelitian Nothofer sebenarnya bukan pemetaan bahasa, melainkan rekonstruksi bahasa proto pada bahasa Melayu, bahasa Sunda, dan bahasa Jawa di Provinsi Jawa Barat. Dari Kabupaten Purwakarta Nothofer mengambil 1 titik pengamatan sebagai percontoh bahasa Sunda. Data yang diperoleh Nothofer itu, menurut saya, belum dapat memberikan gambaran situasi kebahasaan di Kabupaten Purwakarta. Selanjutnya Suriamiharja pada dasarnya memetakan variasi bahasa Sunda lemes dan kasar yang ada dalam bahasa Sunda Purwakarta. la belum menentukan berapa dialek yang ada serta letak batas daerah pakai dan daerah sebar bahasa Sunda Purwakarta. Suriamiharja lebih memusatkan penelitiannya pada variasi bahasa. Walaupun penelitian saya dilakukan pada lokasi yang sama dengan Suriamiharja, namun terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang saya lakukan dan penelitian Suriamiharja. Pertama, Suriamiharja menggunakan daftar tanyaan berbahasa Sunda. Saya menggunakan daftar tanyaan nasional yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Dengan demikian data kebahasaan yang saya kumpulkan dapat dibandingkan dengan penelitian di wilayah lainnya di Indonesia. Kedua, konstruksi daftar tanyaan yang dipetakan Suriamiharja terdiri dari 35 kosakata dasar dan 541 kosakata budaya dasar. Konstruksi daftar tanyaan yang saya petakan terdiri dari 200 kosakata dasar dan 93 kosakata budaya dasar. Ketiga, Suriamiharja tampaknya belum sempat membuat berkas isoglos dari peta-petanya, untuk kemudian dihitung berdasarkan dialektometri. Saya membuat berkas isoglos dari setiap peta dan dihimpun dalam berkas isoglos berdasarkan medan makna yang terdiri dari 17 medan makna, lalu dihitung berdasarkan dialektometri. Penghitungan dialektometri dilakukan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan kosakata antartitik pengamatan dengan membandingkan data yang terkumpul. Keempat, saya melakukan penelitian di desa yang berbeda dengan Suriamiharja dan dengan jumlah desa yang berbeda. Desa yang diteliti oleh Suriamiharja berjumlah 22 desa, sedangkan desa yang saya teliti berjumlah 37 desa. Hal ini disebabkan oleh distribusi titik pengamatan yang berbeda serta pembagian administratif Kabupaten Purwakarta yang berbeda antara tahun 1984 dan 1996. Dari penelitian yang saya lakukan ditemukan beberapa kosakata yang untuk sementara diasumsikan sebagai kosakata setempat, seperti namut 'bajak', sabraj 'cabai', kutumiri, 'pelangi', sulampe & 'saputangan'; kosakata bahasa Jawa; kosakata bahasa Arab, kosakata bahasa Belanda, dan kosakata bahasa Indonesia. Di samping itu dikenal bentuk pengulangan dwilingga dan dwipurwa dalam bahasa Sunda Purwakarta serta sejenis korespondensi bunyi antartitik pengamatan. Menurut pengamatan saya, bahasa Sunda Purwakarta tidak mengalami perkembangan memburuk. Untuk berkomunikasi sehari-hari penduduk tetap memakai bahasa Sunda. Bahasa Sunda pun mempunyai wilayah pemakaian yang merata di seluruh kabupaten ini. Bahasa Indonesia bersifat situasional karena hanya digunakan dalam situasi yang resmi (di kantor dan di sekolah), kegiatan kemasyarakatan (penyuluhan pertanian, penyuluhan KB, dan kegiatan PKK), dan pembicaraan yang menyangkut masalah ilmiah atau keilmuan. Walaupun begitu munculnya kosakata bahasa Indonesia dalam kosakata bahasa Sunda tidak dapat dihindari. Kemunculannya dapat terjadi melalui sarana komunikasi atau saluran budaya (radio, televisi, surat kabar) yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Akibatnya bahasa Indonesia tidak lagi dianggap asing oleh penduduk Purwakarta. Kabupaten Purwakarta merupakan wilayah yang terus berkembang dan tidak menutup diri terhadap pengaruh luar. Perkembangan pembangunan daerah yang pesat, seperti munculnya kompleks industri, secara berangsur mengubah komposisi penduduk menjadi beragam. Hal ini mengakibatkan terjadinya interaksi antara penduduk asli dan pendatang. Agar terjalin komunikasi di antara mereka, masing-masing saling menyesuaikan diri dalam penggunaan bahasa. Ada kemungkinan kosakata asli diganti dengan kosakata bahasa Indonesia agar dapat dimengerti oleh pendatang. Berdasarkan hasil penelitian Suriamiharja (1984) dan penelitian yang saya lakukan (1996), bahasa Sunda Purwakarta yang ada dan dipakai selama dua belas tahun terakhir ini masih cenderung baku. Menurut asumsi saya, ada kemungkinan karena letak Kabupaten Purwakarta yang tidak jauh dari pusat penyebaran bahasa Sunda (Bandung). Selain itu ada beberapa kosakata atau berian yang dipakai pada tahun 1984 yang sudah tidak dikenal lagi oleh para informan tahun 1996. Hal ini terjadi karena sebagian berian itu adalah bentukan setempat, seperti oyo k 'panggilan untuk gadis kecil'; cungkir, pancang 'kikir'; b3gE? 'tuli'; kukuk ' anak anjing' ; j E r E rj E s ' pemarah' ; m9 gu? , kD d 7 .I 'tumpul' ; perbedaan pembagian administratif kabupaten, dan perbedaan distribusi titik pengamatan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S10910
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yolanda
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemertahanan bahasa daerah Batak Toba telah dilakukan di Depok. Tujuannnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan bahasa Batak Toba di luar wilayah pemakaian bahasa Batak Toba (Depok). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara berstruktur dengan menggunakan daftar tanyaan sebagai pedoman wawancara. Wawancara dikenakan kepada 25 keluarga (50 responden) yang tergabung dalam ikatan kelurga Hutabarat di Depok. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dianalisis secara kuantitatif. Analisis meliputi frekuensi pemakaian bahasa dan juga melihat hubungan antara pemakaian bahasa dengan faktor-_faktor di luar bahasa.
Kesimpulan akhir dari penelitian menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa daerah Batak Toba di Depok rata-rata sebesar 49,5%. Pemertahanan tersebut dipengaruhi oleh faktor identitas kesukubangsaan, dan hubungan kekeluargaan. Selain itu, juga dipengaruhi faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, dan tempat lahir responden.

"
2001
S11291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wagiati
"Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk pemertahanan bahasa Sunda dalam upacara pernikahan adat Sunda di Kabupaten Bandung dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatifdeskriptif. Sumber datanya adalah upacara pernikahan adat Sunda di Kabupaten Bandung. Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis terhadapnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pemertahanan bahasa Sunda pada upacara pernikahan adat Sunda di Kabupaten Bandung, Jawa Barat meliputi bentuk penjemputan oleh lengser, saweran inti, ngaleupaskeun japati, buka pintu, dan sungkem. Faktor yang menyebabkan terjadinya pemertahanan bahasa Sunda pada upacara pernikahan adat Sunda adalah mempertahankan identitas kultural dan latar belakang kultural keluarga yang melangsungkan upacara pernikahan tersebut."
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018
370 JPK 3:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>