Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 163082 Document(s) match with the query
cover
Diana Rahmania S
"Dalam bahasa Jepang ada berbagai ungkapan meminta maaf, di antaranya adalah sumimasen dan gomennasai. Kedua ungkapan tersebut sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi fungsi ungkapan meminta maaf tersebut tidak hanya untuk meminta maaf saja, melainkan juga untuk mengutarakan rasa terima kasih dan menarik perhatian orang lain terutama ketika hendak meminta pertolongan. Adanya fungsi yang berbeda-beda menyebabkan adanya perbedaan makna dalam ungkapan meminta maaf yang juga menyebabkan perbedaan dalam pemakaiannya pada percakapan. Pemakaian ungkapan meminta maaf ini tergantung dari variasi bahasa yang digunakan oleh penuturnya, yang dipengaruhi oleh situasi percakapan dan lawan bicara. Penelitian ini menggunakan sumber data. berupa film drama televisi Jepang yang berjudul With Love episode 1 dan 2, untuk melihat dan menganalisis pemakaian ungkapan meminta maaf di kalangan masyarakat Jepang, khususnya anak muda. Kerangka teori yang digunakan adalah konsep variasi bahasa yang dikemukakan oleh Janet Holmes, yang menyebutkan bahwa pemakaian bahasa bervariasi tergantung penutur, situasi percakapan, dan lawan bicara, yang mempengaruhi pemakaian gaya bahasa dalam percakapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian sumirnasen dan gomennasai berbeda tergantung dari fungsi dan makna yang terkandung di dalamnya. Sumimasen tidak hanya memiliki makna dan fungsi meminta maaf saja melainkan juga makna terima kasih dan permisi yang digunakan ketika mengutarakan rasa terima kasih dan ketika menarik perhatian orang lain. Sedangkan gomennasai hanya memiliki makna meminta maaf dan hanya digunakan untuk meminta maaf. Pemakaian sumimasen dan gomennasai dalam percakapan ditentukan oleh situasi percakapan dan adanya kedekatan hubungan antara pembicara dan lawan bicara."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Nataludin
"Peredaran  dan penyalahgunaan narkoba telah terjadi hingga ke pelosok desa. Ada 14,99% dari 83.931 desa/kelurahan di Indonesia bermasalah dengan penyalahgunaan narkoba. Program Desa Bersih Narkoba (Desa Bersinar) telah ditetapkan sebagai program nasional sebagai salah satu strategi untuk menanggulanginya. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa dampak dari implementasi program Desa Bersinar terhadap tingkat partisipasi masyarakat dan tingkat ketahanan masyarakat, membandingkannya antara sesama Desa Bersinar dan antara Desa Bersinar dengan yang bukan Desa Bersinar, serta merumuskan strategi untuk mengoptimalkan program Desa Bersinar guna meningkatkan ketahanan masyarakat. Menggunakan metode penelitian mixed-methodantara kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil sampel pada dua Desa Bersinar dan dua desa tetangganya di Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja desa bersinar dapat dijelaskan oleh 5 dimensi utama dengan kekuatan penjelas 80,502%, dan ketahanan masyarakat dapat dijelaskan oleh 5 dimensi dengan kekuatan sebesar 78,415%. Temuan penelitian juga menunjukkan bahwa implementasi program desa bersinar tidak selalu meningkatkan tingkat partisipasi dan tingkat ketahanan masyarakat. Hanya Desa Bersinar berkinerja tinggi yang tinggi memiliki tingkat partisipasi dan ketahanan masyarakat yang tinggi.

Drug abuse and illicit trade has occurred to remote villages. There are 14.99% of the 83,931 villages in Indonesia with drug problems. The Drug-Free Village Program (Desa Bersinar) has been established as a national program as to tackle it. This study aims to examine the impact of the implementation of the Bersinar Village program on community participation and community resilience, to compare it between fellow Bersinar Villages and between Bersinar Villages and non-Bersinar Villages, as well as formulate strategies to optimize the Desa Bersinar program to increase community resilience. Using mixed-method research by taking samples in two Bersinar Villages and two neighboring non-Bersinar villages in Bolaang Mongondow Regency. The results showed that the performance of the Bersinar village can be explained by 5 dimensions with an explanatory abilitity of 80.502%, and community resilience can be explained by 5 dimensions with 78.415%. The research findings also show that the implementation of the Bersinar Village program does not always increase the level of community participation and resilience. Only high performing Bersinar Villages have high levels of community participation and resilience. "
Jakarta: Sekolah Kajian dan Stratejik Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christopheria Vera Lusiana
"Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana komunitas rukun Sulawesi Utara memberikan bantuan atau dukungan pada setiap individu yang berada di dalamnya yaitu terutama memberikan dukungan sosial pada invidu yang sedang mendapatkan kesulitan ketika baru tiba di Jakarta dan individu yang belum mendapatkan pekerjaan begitu juga dengan individu yang sedang sakit. Penelitian ini juga membahas dan mengkaji bentuk dukungan yang diberikan komunitas kedaerahan rukun Sulawesi Utara pada pendatang sedaerah yang baru tiba di Jakarta, dan membahas modal sosial yang berperan pada komunitas kedaerahan rukun Sulawesi Utara. Penelitian ini fokus pada individu ? individu yang berada dalam komunitas rukun Sulawesi Utara di rumah susun sindang koja Jakarta Utara.
Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep komunitas yang dikemukakan oleh Kenneth Wilkinson (1991) dalam karya Green & Hainnes (2002 : 4), konsep modal sosial menurut Francis Fukuyama (1999), konsep stress, konsep stressor dan konsep coping yang bersumber dari The sociology of health, healing and illness menurut Frederick D. Wolinsky, dan konsep dukungan sosial (social support) yang dikemukakan oleh Jacobson (1986). Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan 6 orang informan. Wawancara mendalam dilakukan pada pengurus rukun komunitas, anggota rukun komunitas danpengurus RT rumah susun. Selanjutnya untuk mempertajam analisis penelitian ini didukung oleh data sekunder yaitu melalui studi pustaka, dan sumber media.
Temuan penelitian ini ada dua yaitu adanya dukungan sosial yang diberikankomunitas kedaerahan rukun Sulawesi Utara terhadap anggotanya dan terdapatnya modal sosial dalam komunitas kedaerahan rukun Sulawesi Utara. Bantuan atau dukungan sosial yang diberikan ada tiga yaitu dukungan emosional, dukungan kognitif dan dukungan material. Komunitas rukun Sulawesi Utara memiliki modal sosial yaitu adanya nilai-nilai, kepercayaan, jaringan sosial juga bonding dan bridging capital. Modal sosial ini berguna untuk perkembangan dan kebertahanan suatu komunitas didalam kehidupan sosial yang beranekaragam di lingkungan masyarakat.

This study aims to provide an overview of how harmonious communities of North Sulawesi to provide assistance or support to any individual in it is mainly to give social support to invidu're having difficulty when it arrived in Jakarta and individuals who have not gotten the job as well as individuals who are sick . The study also discuss and review the form of support provided regional community harmony in North Sulawesi regional migrants newly arrived in Jakarta, and discusses the role of social capital in regional communities get along North Sulawesi. This study focused on individuals - individuals who are in a harmonious community housing project in North Sulawesi Sindang Koja, North Jakarta.
Theories and concepts used in this study is the concept of community that put forward by Kenneth Wilkinson (1991) in the work of Green & Hainnes (2002: 4), the concept of social capital according to Francis Fukuyama (1999), the concept of stress, the concept of stressors and coping concepts originating of The Sociology of health, healing and illness according to Frederick D. Wolinsky, and concepts of social support (social support) proposed by Jacobson (1986). This type of research is descriptive. The research method used by a qualitative approach through in-depth interviews with six informants. In-depth interviews conducted on board the community pillar, pillars of the community members and administrators RT flats. Furthermore, to sharpen the analysis of this research is supported by secondary data through literature studies, and media sources.
The findings of this research there are two, namely the existence of social support provided the community of North Sulawesi regional pillars of its members and the presence of social capital in communities of North Sulawesi provincial harmony. Assistance or social support provided there are three of emotional support, cognitive support and material support. Community pillar of North Sulawesi has a social capital that is the values, beliefs, social networks are also bonding and bridging capital. Social capital is useful for the development and viability of a community in which diverse social life in society.
"
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T29274
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanitha Kharisma Fitriani
"Tesis ini membahas mengenai model kemitraan yang dibentuk antara polisi dan komunitas Viking dalam rangka pencegahan kejahatan di stadion. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode wawancara tidak berstuktur yang dilakukan pada komunitas Viking serta pihak Polrestabes Kota Bandung selaku pihak yang membina dan membimbing. Konflik yang terjadi antar supporter jelas menimbulkan dampak negatif salah satunya dapat menimbulkan korban luka-luka bahkan sampai kematian, sehingga untuk mencegah hal tersebut diperlukan tindakan tegas dari aparat kepolisian. Dalam menjalankan tugas tersebut pihak polisi membutuhkan bantuan dari masyarakat atau komunitas. Oleh karena itu, bagaimana polisi mampu menggerakan atau memberdayakan potensi dari komunitas Viking untuk mau berperan dan berpartisipasi aktif untuk membantu tugas polisi dalam pencegahan kejahatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk kepedulian masyarakat sekitar stadion Gelora Bandung Lautan Api yaitu dengan membantu memberikan himbauan kepada bobotoh untuk tetap menjaga situasi agar tetap aman dan kondusif serta melapor ke polsek terdekat jika terdapat bobotoh yang bergerombol dan menganggu warga sekitar. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa bentuk partisipasi dari komunitas Viking sudah Nampak secara signifikan dengan membentuk satgas untuk membantu polisi dalam pengemanan di stadion, melakukan pertemuan dengan pihak polrestabes, memberikan himbauan kepada seluruh bobotoh. Peran serta dari komunitas Viking dalam membantu tugas polisi muncul diluar rancangan FKPM. Bentuk kemitraannya tidak formal seperti FKPM, tidak terstuktur hanya untuk pertandingan sepak bola. Pencegahan kejahatan yang dilakukan berdasarkan kemitraan antara polisi dan komunitas Viking sebagai bentuk pelaksanaan pemolisian komunitas berdampak pada penurunan peristiwa kejahatan dan semakin teredukasinya para bobotoh. Penurunan peristiwa kejahatan ini dapat memberikan perubahan pada rasa aman dan terlindungi yang di rasakan oleh para bobotoh, penonton, maupun masyarakat sekitar.

This thesis discusses the partnership model between police and Viking (Football Fans club) on preventing crime in stadiums. This research was qualitative and used the unstructured interview method. The interview was carried out to Viking and police as the guider. The conflicts that occur between football supporters cause negative impacts. Sometimes it can cause injuries and even death. So as the prevention act, it is needed a firm action from the police department. Besides, in conducting their job, the police need coordination with the community. Then, how can the police empower the potential of the Viking fans club to participate assisting the police duties in preventing crime actively. The research results defined that the community around the Gelora Bandung Lautan Api stadium actively participates in noticing Bobotoh keep a safe and conducive situation. Then, if there were bobotoh (Viking) disturb the resident around the stadium, they can report to the nearest police station. This research results showed that the participation of the Viking community was formed. They made a special force to assist the police in securing the stadium, meeting with the police in the police office, giving notice to all bobotoh (Viking). The participation of the Viking community in assisting police emerged outside the FKPM design. The partnership model is informal as FKPM, not structured only for football matches. The crime prevention based on a partnership between the police and the Viking community is a form of community policing that has an impact on reducing crime and educating the number of bobotoh (Viking Community). The decreasing of the criminal act can provide security and protection that felt by Bobotoh, supporters, and the surrounding community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Sunarni
"Di era globalisasi seperti sekarang ini, budaya membaur dan saling mendominasi sehingga membuat anak bingung akan jati dirinya. Indonesia, sebagai negara majemuk yang multiras dan multikultural, sangat kaya dengan kearifan-kearifan lokal, dan kekayaan ini bisa diaplikasikan untuk membentuk karakter anak dan membentengi diri mereka dari pengaruh negatif budaya global atau asing. Jepang merupakan bangsa yang hidup dengan berbasis budaya dan menjadikan kearifan lokal sebagai landasan hidup serta materi pembelajaran yang langsung diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal serupa juga terlihat dalam masyarakat Sunda. Saat ini banyak anak-anak yang tidak mengenali kearifan lokalnya. Hal ini, menurut peneliti, disebabkan adanya kekosongan nilai-nilai kearifan lokal dalam kurikulum dan pembelajaran. Untuk itu, berbagai penelitian tentang pembelajaran kearifan lokal perlu dilakukan, termasuk pembelajaran melalui tradisi sastra lisan seperti pupuh dan dongeng, serta permainan tradisional. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data yang digunakan adalah pembelajaran kearifan lokal dalam budaya Sunda, yaitu jadwal pembelajaran terkait kearifan lokal yang dibatasi pada pembentukan karakter, dan data terkait kearifan lokal dalam pendidikan di Jepang, yaitu berupa jadwal kegiatan pembelajaran “moral”. Data dianalisis berdasarkan pandangan Ratna (2015). Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasi bahwa pemahaman terhadap nilai-nilai kearifan lokal dapat menciptakan bangsa yang berkarakter. Hasil penelitian ini secara teoretis bermanfaat untuk menambah referensi, khususnya tentang pembelajaran kearifan lokal, dan secara praktis dapat dijadikan model pembelajaran."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
810 JEN 6:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusufa Islam Armyando
"Kemajuan teknologi membawa perubahan dalam industri musik, baik dari sisi konsumen dan produsen. Konsumen kini memiliki akses terhadap musik yang sangat luas dengan layanan on-demand music streaming yang turut membentuk perilaku mereka. Produsen juga dapat memproduksi musik lebih mudah dengan bantuan digital audio workstation. Kemudahan yang dibawa oleh transformasi digital ini memungkinkan musisi independen untuk mencapai pasar yang semakin tersegmentasi. Penggemar dari kelompok musik pun akan muncul dan berkemungkinan besar untuk membentuk brand community mereka masing-masing. Perwujudan brand community tersebut dapat ditemui dalam skena musik indie di Indonesia, dalam hal ini adalah Kelelawar sebagai brand community penyuka kelompok musik .Feast. Penelitian ini mengungkap proses pembentukan brand community “Kelelawar” dan praktik mereka sebagai brand community. Praktik ini meliput ritual moshing, pembelian mechandise, berkumpul bersama, sampai pembuatan konten media sosial.

Technological advancement bring a change into the music industry. That applies on consumer and producer side. Consumers nowadays have a wide access into music with help of on-demand music streaming services. The producers also could produce music easier with the help of digital audio workstation. The easiness that bought with the digital transformation enable independent musician to reach more segmented market. The fans of those music groups will emerge and could make their own brand community. The embodiment of that brand community can be found on Indonesia’s indie music scene. This research take Kelelawar as that embodiment as .Feast’s brand community. This research uncover the building process of “Kelelawar” brand community and their practices as a brand community. The practices includes moshing ritual, merchandise buying, get together, until making social media content.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini
"Skripsi ini mengkaji tentang pengalaman menjadi penari dance cover dan pembentukan communitas di agensi PAOW DC. Melalui wawancara dengan lima anggota PAOW DC dan mengamati perilaku serta aktivitas mereka di komuniti dance cover saya melihat adanya proses belajar, refleksi dan pembagian pengalaman, dalam perilaku kolektif di agensi PAOW DC. Proses belajar terjadi karena anggota PAOW DC menghadapi situasi berbeda dengan kesehariannya yakni proses sosial yang terjadi di komuniti dance cover. Dalam proses tersebut mereka mendapatkan pengalaman individual yang nantinya akan direfleksikan di dalam agensinya. Refleksi dari pengalaman tersebut akan dialami oleh anggota PAOW DC yang lain sehinggga bersifat intersubjektif. Mereka berinteraksi dan membagikan pengalaman kemudian dapat membentuk communitas di agensinya. Hasilnya adalah mereka bisa bertahan pada kerasnya persaingan di komuniti dance cover karena empati, saling terbuka, menghargai, serta ikatan yang kuat antar anggotanya.

This study focus on the experience of being a dance cover performers and forming a communitas at PAOW DC agency. We comprehend the process of learning, reflection and sharing experiences in collective behavior at the PAOW DC agency through interviews with five of their members and observing their behavior and activities in the dance cover community. The learning process occurs as PAOW DC members encounter a different situations from their daily lives, specifically the social processes that ensue in the dance cover community. They gain individual experiences in the process, which will later be reflected in their agency. Reflections from these experiences will be witnessed by other PAOW DC members so that it is tend to be intersubjective. They are interacting and share experiences in forming a communitas within the agency. The outcome is they are able to withstand the intense competition in the dance cover community for their empathy, mutual openness, respect, and strong bonds amongst members."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farizky
"Maraknya perkembangan Komunitas Vespa Ekstrim menjadi fenomena sosial saat ini. Penampilan Anggotanya sering diidentikkan dengan preman jalanan. Vespa Ekstrim yang mereka buat, dengan beragam bentuk yang aneh dan aksesoris benda bekas dianggap tidak memenuhi standard kelayakan kendaraan transportasi. Banyak masyarakat yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Komunitas Vespa Ekstrim sendiri menyanggah respon negatif masyarakat dan menganggap apa yang mereka lakukan adalah bentuk ekspresi, kreativitas dan seni. Skripsi ini membahas lebih lanjut tentang alasan-alasan terbentuknya Komunitas Vespa Ekstrim dan alasan-alasan dibalik pembuatan Vespa Ekstrim. Dengan mengambil studi kasus Komunitas Vespa ?Apa Aja Boleh?, beragam alasan terlihat di balik terbentuknya Komunitas Vespa Ekstrim. Komunitas ini menjadi sarana pembentukan ruang aktualisasi diri anggotanya untuk mengekspresikan diri dengan landasan nilai-nilai yang ada dalam komunitas. Komunitas ini terbentuk karena dorongan kreativitas anggotanya untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada. Pada akhirnya Vespa Ekstrim yang mereka buat menjadi benda seni dan totem komunitas.

The rise of Vespa Communities has become today?s social phenomenon. The appearance of its members often identified as street thugs. The Extreme Vespa Motorscooter, with various queer configurations that have been produced from scrap accessories by them, do not meet the safety standard of transportation vehicle and many people disturbed by their presence. Meanwhile, Extreme Vespa Communities argue the people?s negative response to them and they consider what they do as a form of expression, creativity, and art. Futhermore, the thesis will discuss many reasons of the formation Extreme Vespa Communities and the production of Extreme Vespa Motorscooter. By taking the case study of Vespa Community ?Apa Aja Boleh?, it will get the reasons behind the formation of extreme vespa community. This community becomes a formation medium of self actualization space for its members to express themselves with the foundation values which exist in the community. This community was formed because of the encouragement of its member creativity to develop their potency. Finally, Extreme Vespa Motorscooter that have been produced by them, become the object of art and the totem of community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>