Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53652 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nawang Sayekti
"Cerita anak-anak Nobara (Mawar Liar) dan novel Senso (Penang) merupakan dua dari beberapa karya sastra Ogawa Mimei yang baik, karena kedua cerita ini menggambarkan pemikiran Ogawa Mimei yang berlandaskan humanisme. Skripsi ini bertujuan membuktikan bahwa kedua karya Mimei tersebut dilandasi paham humanisme serta memberikan pengertian secara umum tentang kesusastraan anak-anak khususnya kesusastraan anak-anak di Jepang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengertian kepustakaan (Library Research), dengan membaca buku-buku teks, kritik sastra, dan lain-lain yang berhubungan dengan tema skripsi ini. Kegiatan kesusastraan anak-anak modern Jepang baru tampak pada tahun 1888. Dan sampai kira-kira tahun 1920-an yang dapat dikatakan sebagai cerita anak-anak adalah seperti cerita dongeng yang disampaikan secara lisan oleh orang dewasa kepada anak-anak. Namun perlahan-lahan cerita anak-anak yang mengulas tentang manusia dan kemasyarakatan mulai bermunculan dan diterima oleh masyarakat. Sejak tahun 1904 hingga tahun 1926 Ogawa Mimei dikenal sebagai seorang penulis novel yang telah menghasilkan beberapa karya sastra bermutu tinggi. Selain itu ia dikenal pula sebagai seorang yang menjunjung tinggi kebenaran, keadilan dan kedamaian. Pada saat pemerintah Jepang menerapkan politik Fukoku Kyohei dengan melakukan ekspansi ke negara-negara sekitarnya. Rakyat diwajibkan ikut berperang demi kepentingan negara. Mimei tidak setuju dan menentang kebijaksanaan pemerintah pada masa itu yang dinilainya hanya merugikan rakyat. la bersama-sama dengan cendekiawan-cendekiawan yang sealiran melakukan demonstrasi tanpa kekerasann menentang kebijaksanaan pemerintah. Tampaknya dalam dunia cerita anak-anak Mimei menemukan apa yang dicarinya sehingga pada tanggal 13 Mei 1926 ia mernproklamirkan dirinya sebagai pengarang cerita anak-anak sampai akhir hayatnya. Jalan cerita anak-anak Nobara yang ditulisnya pada tahun 1924, yang mana Ogawa Mimei mengajarkan pada anak_-anak bahwa peperangan hanya menimbulkan kesedihan. Begitu pula halnya dengan novel Senso yang ditulis pada tahun 1912, di sini Mimei mengajak semua orang untuk membenci perang, karena menyebabkan kehancuran kehidupan manusia. Kebencian terhadap perang ini merupakan salah satu unsure dari paham humanisme, maka kedua karya Mimei dapat dikatakan berlandaskan pada paham humanisme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13705
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boisard, Marcel A.
Jakarta: Bulan Bintang, 1980
297 BOI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Ogawa Yoko as a Japanese novelist mostly features the life of contemporary Japanese society in her novels. One that stands out from her works is the image of the Japanese family structure. Ogawa outlines the Japanese family structure in contrast to the Japanese family structure in actual society, as in the novel Kifunjin A No sosei, Hakase no Aishita Suushiki, and Miina no Koushin. These three novels depict Japanese family structure more complex than her other novels. How Ogawa described Japanese family structure in the three novels is the issue on this article. This article is a literature study ; data were collected from the three novels and analyzed using sociological literature approach and the concepts of Japanese traditional family known as ie system. This paper shows that there was an implementation of the ie system in the three novels yet it was only a part of the ie concept. "
LINCUL 8:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Romadhoni Eta Wardana
"Fiksi distopia kerap kali menampilkan kecemasan masyarakat mengenai masalah politik baik di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Hal yang sama terjadi dalam novel Yoko Ogawa, Hisoyaka na Kesshou. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dampak teror rezim opresif dalam Hisoyaka na Kesshou dan peran novel tersebut sebagai fiksi distopia yang mengkritik sistem pemerintahan totaliter. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori totalitarianisme Arendt dan Roberts dan teori fiksi distopia dan pemikiran politik dari Stock. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa teror rezim opresif dalam novel tersebut mengakibatkan masyarakat menderita dari kelaparan, taraf hidup yang rendah, isolasi, kurangnya penemuan baru, dan depopulasi. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagai sebuah fiksi distopia, Hisoyaka na Kesshou dapat dibaca sebagai kritik terhadap pemerintahan yang totaliter.

Dystopian fiction often presents people's anxiety regarding past, current, and future political problems. The same thing happens in Yoko Ogawa's novel, Hisoyaka na Kesshou. This study aims to examine the impacts of oppressive regime's terrors in Hisoyaka na Kesshou and the role of said novel as a dystopian fiction that criticizes the totalitarian government system. The analysis was carried out using Arendt and Roberts theory of totalitarianism and Stock's theory of dystopian fiction and political thought. Through this research, it was found that the terror of the oppressive regime in the novel resulted in people who were suffering from famine, low standard of living, isolation, the lack of new discovery, and depopulation. This result shows that as a dystopian fiction, Hisoyaka na Kesshou can be read as a criticism toward totalitarian government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Devi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap struktur keluarga Jepang yang dibangun oleh Ogawa Yoko dalam tiga novelnya yaitu Kifujin A No Sosei, Hakase no Aishita Suushiki, dan Miina No Koushin. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode kajian kepustakaan dengan analisis menggunakan konsep ruang sosial yang dikemukakan oleh Bourdieu dan konsep keluarga tradisional Jepang yaitu sistem ie. Dari penelitian diketahui bahwa Ogawa Yoko menangkap perubahan struktur keluarga yang terjadi dalam masyarakatnya dan menuangkan ke dalam novel. Struktur keluarga yang dibangun oleh Ogawa Yoko tidak sama dengan struktur keluarga tradisional Jepang, dan berbeda dengan struktur keluarga modern sehingga keluarga yang dibangun oleh Ogawa Yoko dapat disebut dengan hubungan keluarga interdependen atau interdependent family relantionship atau 􂔦􀮫􀱫􁏑􂓗􁐙􁪘􃛵􀲀 (sougoizonteki kazokukankei).

This research aims at uncovering the structure of Japanese family set up by Ogawa Yoko in her three novels, i.e. Kifujin A No Sosei, Hakase No Aishita Suushiki, and Miina No Koushin. It is a qualitative research using library research as its method. Social field proposed by Bourdieu and ie system of Japanese traditional family have been chosen to analyse the issue. This research has found out that Ogawa Yoko had caught the change of the family structure taking place in her society and has expressed it in her three novels. The family structure Ogawa Yoko has developed differs from both the structure of Japanese traditional family and modern family. Thus, Ogawa Yoko has developed interdependent family relationship / 􂔦􀮫􀱫􁏑􂓗􁐙􁪘􃛵􀲀 (sougoizonteki kazokukankei."
2015
D2046
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilawati Kurnia
"This essay examines manga, the japanese comic ?Master Cooking Boy? and inquires what the manga offers to the reader beside being a popular reading. This essay reviews the history of manga and its function in the Japanese culture. The paper unravels the theories of cultural studies such as hegemony and multiculturalism in the analyse of this manga. This paper discusses the wider horizon of manga as a field of hegemony discourse and multiculturalism. It opens the possibilities to analyse manga in a different perspective and shows how ideology can operates in the popular literature."
Depok: University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2006
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Teti Rusmiati
"Pemikiran kebudayaan Sutan Takdir Alisjahbana diawali dengan penarikan garis yang membedakan dengan jelas antara kebudayaan tradisional Indonesia dengan kebudayaan modern Barat. Perbedaan terutama ditekankan pada konfigurasi nilai dari masing-masing kebudayaan itu; nilai-nilai mana yang lebih dominan. Dengan mengelompokkannya kepada enam nilai (mengikuti Eduard Spranger: nilai teori, ekonomi, agama, seni, kuasa dan solidaritas), Takdir menyebut bahwa dalam kebudayaan tradisional Indonesia berlaku nilai-nilai ekspresif yang menyebabkan kebudayaan itu states, sedangkan di negara-negara Barat, di mana gugus ilmu pengetahuan itu unggul, berlaku nilai-nilai progresif yang mengantarkan negara itu menjadi negara yang modern. Indonesia, hemat Takdir, harus mengadopsi nilai-nilai dari Barat itu yang bercirikan: intelektualisme, individualisme dan materialisme. Dengan kata lain, untuk membina kebudayaan Indonesia itu diperlukan upaya modernisasi mutlak guna meraih kemajuan sebagaimana yang telah diperoleh negara-negara Barat. Gerakan modernisasi seperti ini mendapat banyak tentangan karena dianggap mengancam hilangnya kepribadian bangsa.
Modernisasi yang terjadi di Barat, dalam pandangan Takdir berawal dari peristiwa Renaissans Itali yang aspek dasamya merupakan gerakan humanisme, menempatkan manusia pada posisi sentral. "Manusia", merupakan tema sentral dalam konsep kebudayaan Takdir. Dalam upaya mendefinisikan konsep kebudayaan, Takdir menekankan pada proses budi manusia; budilah yang melahirkan budidaya atau kebudayaan. Melalui kebudayaan, manusia mengubah alam agar menjadi lebih manusiawi. Nilai yang merupakan kekuatan integral dalam pembentukan pribadi, masyarakat dan kebudayaan, berada dalam proses budi manusia. Karena nilai itu juga berada dalam proses budi manusia maka kebudayaan oleh Takdir tidak diukur dengan teori empiris melainkan lebih berdasarkan teori nilai; nilai mana yang paling diutamakannya. Dengan demikian, kebudayaan akan lahir dengan penuh tanggung jawab.
Ketika terjadi akulturasi budaya ada sisi-sisi yang tidak bisa dihindari: ketidakberdayaan meraih nilai-nilai baru sementara yang lama pun sudah telanjur ditinggalkan. Untuk masalah ini, Takdir mengedepankan sisi-sisi manusianya: kreativitas (seperti judul buku yang ia tulis) dan kebebasan. Disamping itu, dalam usaha manusia rasional pada proses modernisasi itu, berkecenderungan untuk semakin irrasional, tetapi Takdir tetap optimis. Takdir juga menganggap ilmu-ilmu sosial telah terjebak - positivisme karena mengenyampingkan masalah nilai, ia lalu mengajukan sebuah konsep yang menyeluruh tentang ilmu manusia sebagai sintesa antara ilmu-ilmu positif dengan teori nilai.
Tidak bisa dihindari bahwa pemikiran-pemikiran Takdir mengenai humanisme dalam kebudayaannya terpengaruh oleh ideologi dari Barat, baik mengenai konsep individualisme, naturalisme, liberalisme maupun rasionalisme dan pemikirannya ini masih relevan untuk masa sekarang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahdah Fathuna
"Skripsi ini mambahas mengenai analisis struktur dan analisis aspek humanisme dalam Al-Sabiq, kumpulan puisi prosa karya Kahlil Gibran. Tujuan dalam analisis struktur adalah untuk melihat unsur apa sajakah yang digunakan Gibran dalam karyanya yang disebut ber-genre puisi prosa. Selain itu, tujuan lainnya adalah untuk melihat aspek-aspek humanisme yang terkandung dalam buku ini. Hasil dari analisis ini adalah Gibran menggunakan struktur dari genre puisi prosa agar dapat menekankan unrur makna.

This research is about structur analysis and analysis of humanism aspect in the Al-sabiq. The aim of structur analysis in this research is to looking for the element which is used by Gibran on his genre, poetry-proses. Beside that, the aim is looking for the aspect of humanism in Al-Sabiq. Result of this research is Gibran uses poetry prose for fulfil his aim to show the meaning of his works and from there we can see many humanism aspect that make Gibran can be called as a humanism writter"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S13122
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Juhriah
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas, 2007
899.221 09 JUH a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>