Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121731 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Utami Triwardani
"Dalam masyarakat secara umum, nilai patriarkhat telah menjadi dasar untuk membentuk segala nilai acuan dalam setiap bidang, termasuk bidang sastra. Paham ini juga menjadi acuan tradisi penulisan dalam masyarakat patriarkhat. Nilai-nilai acuan untuk menilai suatu karya sastra adalah pengalaman pria, sehingga tidak memberi tempat kepada dunia wanita untuk tampil dari sudut pandang wanita. Keadaan ini menciptakan alternatif tradisi penulisan dengan berfokus kepada pengalaman wanita yang dituangkan Showalter dalam konsep kesusasteraan wanita. Menurutnya, kesusasteraan wanita bukan sekedar terdiri dari karya-karya yang kebetulan ditulis oleh seorang wanita tentang wanita, tetapi mementingkan pengalaman sebagai seorang wanita yang ingin disampaikan oleh sang pengarang, dan juga yang menjadi acuan pembaca dalam membaca suatu karya sastra dalam kesusasteraan wanita. Pengalaman ini bisa berupa pengalaman sosial sesuai peran wanita sebagai anak perempuan atau ibu dalam masyarakat.
Salah satu tradisi kesusasteraan patriarkhat adalah kehadiran wanita single. Mereka bercitra buruk, seperti berpenampilan tidak menarik, bahkan menyeramkan, berkepribadian buruk, karena menurut pengalaman pria wanita single menolak aturan yang telah diberikan masyarakat patriarkhat bahwa posisi yang paling alami bagi wanita adalah berkeluarga. Sebaliknya, berdasarkan pengalaman wanita pada diri penulis dan pembaca, kehadiran wanita single dianggap menyuarakan pengalaman wanita untuk memperoleh kebebasan menyuarakan keberadaan mereka dalam masyarakat, seperti yang tercermin dari tokoh-tokoh wanita single dalam The Country Of The Pointed Firs dan The Pearl Of Orr's Island.
Masyarakat memiliki pandangan tertentu tentang wanita single. Wanita single dipandang sebagai sosok yang tidak menarik dan memiliki tingkah laku yang aneh, sehingga ia tidak memperoleh tempat dalam masyarakat. Keadaan ini berbeda dari apa yang digambarkan oleh Harriet Beecher Stowe dan Sarah Orne Jewett dalam kedua novel tersebut. Kedua penulis ini menampilkan wanita-wanita single yang memperoleh tempat penting dalam masyarakat. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa kehadiran wanita-wanita single dalam kedua novel tersebut merupakan bantahan terhadap pandangan stereotipe masyarakat tentang wanita single. Sebaliknya, para penulis menghadirkan citra altematif wanita single sebagai sosok yang mampu mengekspresikan din dan memiliki kesadaran diri. Untuk itu, saya memutuskan untuk meninjau kedua novel ini .dengan berpangkal dari tradisi penulisan dalam kesusasteraan wanita. Tradisi penulisan dalam kesusasteraan wanita akan memberikan pemahaman lain tentang kehadiran tokoh-tokoh wanita single tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Rismaya
"Walaupun para pendatang dari Inggris tidak pernah membayangkan akan mendirikan institusi perbudakan terhadap orang-orang Negro, tak sampai seabad setelah kedatangan mereka di koloni, dasar-dasar dari suatu institusi yang ganjil telah dibentuk (Jordan,1968: 44).
Orang-orang Selatan menyebut institusi perbudakan sebagai suatu institusi yang ganjil dalam pengertian bahwa institusi itu unik dalam kehidupan orang-orang Selatan. Alam serta iklim selatan cocok untuk pertanian, sementara orang-orang Negro dapat memenuhi tenaga kerja yang diperlukan. Jadi seolah dijumpai keadaan yang saling mengisi, di mana kedua belah pihak sama-sama mendapat keuntungan.
Keadaan alam serta iklim daerah selatan memungkinkan untuk diusahakannya perkebunan dalam skala besar dan pendatang-pendatang tersebut segera mengusahakan pertanian, seperti; tembakau, padi dan indigo. Segera setelah mereka mengusahakan pertanian yang lebih intensif, para petani itu dihadapkan pada suatu masalah serius, yaitu kurangnya tenaga kerja. Pengusahaan perkebunan ternyata memerlukan tenaga kerja yang banyak; mulai dari pembersihan hutan; pengurusan dan pemetikan memerlukan tenaga kerja yang tidak sedikit, sementara teknologi belum maju sehingga semua pekerjaan harus dikerjakan dengan tenaga manusia.
Kedua keadaan ini, yaitu keadaan alam yang cocok untuk pertanian perkebunan dan tersedianya orang-orang Negro untuk di pekerjakan telah mengakibatkan semakin berkembangnya usaha pertanian besar yang telah menghasilkan cash crop di daerah selatan, dan telah mendorong orang-orang untuk melakukan usaha pertanian secara besar-besaran. Maka muncullah apa yang kemudian kita kenal dengan perkebunan. Dan akibatnya ialah orang-orang Negro harus didatangkan dalam jumlah yang lebih besar.
Ketika jumlah orang-orang Negro di koloni semakin banyak, orang-orang putih mulai merasakan kecemasan kalau-kalau kehadiran orang-orang Negro ini akan mengaburkan kebudayaan mereka.
Dengan masuknya suatu suku bangsa yang baru, biasanya cara hidup dan kebudayaan suku bangsa tersebut akan terbawa dan berbaur dengan cara hidup dan kebudayaan masyarakat yang didapatnya, sehingga seringkali akan mengaburkan keaslian budaya masyarakat terdahulu tersebut. Orang-orang putih di Selatan tidak menginginkan hal seperti itu terjadi. Mereka menginginkan agar daerah Selatan tetap sebagai daerah orang putih, baik dalam cara hidup maupun kebudayaannya. Hal ini telah menimbulkan niat dalam pikiran orang-orang putih untuk membuat undangundang khusus untuk mengatur kehidupan orang-orang Negro berbeda dari orang putih. Keinginan ini ditunjang pula oleh kenyataan bahwa orang-orang Negro adalah dari ras yang berbeda; bahwa mereka telah dibeli dengan status yang tidak bebas; dan bahwa mereka bukan orang orang kristen. Pada masa itu ada anggapan bahwa memperbudak orang-orang yang tidak beragama bukanlah suatu kejahatan atau dosa."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto
"Novel Jawa sebagai salah satu ragam kesusastraan Jawa mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kurun waktu yang terentang sejak munculnya Serat Riyanto sampai sekarang ini, diperkirakan telah lahir lebih dari seratus novel Jawa. Jumlah novel Jawa yang banyak dihasilkan tersebut memuat beragam masalah yang diangkat dan dituangkan oleh pengarang novel Jawa dalarn karya-karyanya. Berbagai gambaran tentang keadaan atau kehidupan masyarakat dituangkan ke dalam novel Jawa sebagai topik cerita. Salah satu di antaranya adalah perbincangan mengenai wanita yang menjadi topik cerita teks novel Sumpahmu Sumpahku yang dipilih oleh penulis sebagai bahan obyek penelitian skripsi ini.
Pembicaraan mengenai wanita di dalam ragam karya sastra khususnya ragam sastra novel amatlah beragam. Berangkat dari asumsi penulis bahwa novel Sumpahmu Sumpahku membicarakan wanita transisi yang penuh konflik sebagai topik cerita, menjadikan daya tarik tersendiri bagi penulis di antara keanekaragaman topik cerita yang ada. Oleh karenanya penulis ingin lebih jauh melihat citra wanita yang ditampilkan dalam novel tersebut.
Melalui pembahasan struktur ceritanya dapat disimpulkan bahwa citra wanita dalam novel Sumpahmu Sumpahku adalah citra wanita transisi. Pada satu sisi terlihat keinginannya untuk maju, tetapi di sisi lain pada dirinya masih terdapat ciri-ciri yang menunjukkan wanita tradisi. Secara fisik tokoh wanita dalam novel ini digambarkan sebagai seorang wanita yang berparas cantik. Akan tetapi dari segi fungsi atau perannya, tokoh wanita dalam teks khususnya tokoh utama ditampilkan dalam posisi yang kurang beruntung, antara lain mengalami penderitaan dan bernasib malang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangesti
"Penelitian mengenai sikap wanita Cina dalam menghadapi perubahan sebagai akibat pengaruh barat dalam novel East Wind: West Wind telah dilakukan sejakbulan September hingga Desember 1993. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Cina sebagai akibat penetrasi pengaruh Barat. Secara lebih mendalam, penelitian ini ditujukan untuk mengungkapkan sikap wanita Cina menghadapi perubahan sosial akibat pengaruh Barat dalam pandangan Pearl S. Buck yang ditelaah menurut novelnya East Wind: West Wind. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Data_ - datanya diperoleh dari sumber-sumber kepustakaan yang terdapat di berbagai perpustakaan, terutama perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga sikap yang ditunjukkan oleh para wanita Cina dalam menghadapi perubahan sosial akibat penetrasi pengaruh Barat. Sikap yang pertama adalah sikap menentang segala sesuatu yang berasal dari Barat. Sikap seperti ini umumnya dilakukan oleh wanita yang berasal dari generasi tua(pada masa itu). Wanita yang berasal dari generasi yang lebih muda terpecah menjadi dua golong-an. Golongan yang pertama adalah wanita yang sangat menye_tujui pengaruh-pengaruh positif dari. Barat, sedangkan golongan yang lainnya ialah wanita yang terjepit di antara tradisi Cina dan pengaruh Barat. Golongan yang terakhir ini merasa bingung untuk mengungkapkan sikapnya terhadap perubahan sosial yang terjadi secara tiba-tiba."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Ratna Ningtyas
"Tesis ini membahas interaksi interkultural antara etnik Yahudi dan etnik Cina dalam novel Peony 1948 karya Pearl S. Buck. Interaksi tersebut tidak berjalan secara mulus karena para tokoh memiliki ideologi budaya yang berbeda. Polarisasi kelompok antara tokoh esensialis dan nonesensialis mengawali konflik yang rumit. Interaksi interkultural antartokoh dipenuhi dengan upaya tarik menarik dan pengaruh memengaruhi sehingga muncul kontestasi ideologi budaya. Kontestasi ideologi budaya terlihat dalam perbedaan pemahaman terhadap tanah nenek moyang dan pernikahan campur.
Kontestasi ideologi Zionisme dan ideologi budaya yang terbuka dengan asimilasi direpresentasikan oleh Madame Ezra dengan David dan Ezra. Peony, sebagai tokoh utama, memiliki peran penting untuk menentukan pemenang dari kontestasi ideologi budaya yang bergulir. Tesis ini bertujuan menunjukkan pemenang dari kontestasi ideologi budaya adalah asimilasi. Beberapa factor melatarbeklakangi kemenangan asimilasi dalam kontestasi tersebut. Hibriditas juga menjadi salah satu faktor yang menguatkan ideologi budaya yang terbuka dengan asimilasi.

This research discusses about intercultural interaction between two different ethnics, Jews and Chinese, in the novel Peony 1948 by Pearl S. Buck. Instead of simply generating intercultural interaction, it raises an interaction based on different cultural ideology. Group polarization among essentialist and non essentialist opens up complex conflicts. Interactions among the characters of diverse ethnic backgrounds are tinged with efforts to influence, change, and persist in each other rsquo s cultural ideology. Such a process creates the indication of contestation of cultural ideology. It is reflected in each group rsquo s understanding of homeland and mixed marriage.
Contestation between Zionism and assimilation is represented by Madame Ezra, David, and Ezra. Peony, as the main character, has her important role to decide who the winner of the contestation of cultural ideology is. This research aims to reveal the winner of the contestation is assimilation. It perceives many factors are involved to make assimilation wins the contestation. Hybridity is also one of the factors that strengthen the cultural ideology of assimilation to win.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49555
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Putri Tarmono
"Karya sastra merupakan produk yang dapat mencerminkan kehidupan masyarakat. Salah satu isu sosialnya adalah mengenai wanita. Citra wanita dapat tergambar dari alur kehidupannya, oleh karenanya jika alur kehidupannya berbeda tentu akan menimbulkan karakter yang berbeda pula. Penggambaran citra wanita methakil merupakan sosok wanita yang tidak seperti wanita Jawa pada umumnya. Permasalahan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu 1. Bagaimana penggambaran citra wanita methakil dalam novel Wanita Methakil, dan 2. Bagaimana relevansi dan implikasi bagi wanita masa kini. Tujuan dalam penelitian ini yaitu memberikan gambaran mengenai citra wanita methakil dan memberikan suatu pendidikan karakter pada wanita masa kini. Deskriptif kualitatif di gunakan sebagai metode penelitian dengan pendekatan objektif sebagai cara untuk menganalisis citra di dalam novel. Hasil dari penelitian ini terdiri dari: 1. Citra wanita methakil terbagi atas karakter kurangnya kontrol diri dan bertanggung jawab, dan 2. Implikasi didapatkan melalui pendidikan karakter yang tergambar dalam citra wanita di Serat Candrarini sebagai pembelajaran bagi wanita masa kini agar tidak mengarah pada karakter wanita methakil yang buruk. Didapatkan kesimpulan bahwa citra wanita methakil adalah contoh karakter yang buruk sehingga dapat dijadikan sebagai batasan dalam berperilaku khususnya bagi wanita.

Literary works are products that can reflect the life of society. One of the social issues is about women. The image of a woman can be depicted from the flow of her life; therefore, if the flow of life is different, it will certainly lead to different characters. The depiction of Methakil's female image is of a female figure who is not like Javanese women in general. The problems in this study consist of two: 1. How is the depiction of the image of methakil women in the novel Wanita Methakil, and 2. what are the relevance and implications for women today? The purpose of this study is to provide an overview of the image of methakil women and provide character education for women today. Descriptive qualitative is used as a research method with an objective approach as a way to analyze the image in the novel. The results of this study consist of: 1. The image of a methakil woman is divided into characters with lack of self-control and responsibility; and 2. The implication is obtained through character education depicted in the image of women in Serat Candrarini as a lesson for women today so as not to lead to the bad character of methakil women. It is concluded that the image of a methakil woman is an example of a bad character, so that it can be used as a limitation in behavior, especially for women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rembulan Randu Dahlia
"Jurnal ini membahas mengenai beberapa gambaran perempuan Cina dan perannya pada zaman dinasti Qing (1644-1911) dalam novel The Good Earth karya Pearl S. Buck. Tokoh Perempuan dalam novel The Good Earth memiliki peranan penting dalam perubahan kisah tokoh utama, hal ini menggambarkan sejak dulu perempuan memiliki peranan penting.

This journal discusses about some Chinese women and their role in the Qing dynasty (1644-1911) in the novel The Good Earth authored by Pearl S. Buck's . Mostly Female characters in this novel: The Good Earth has an important role in changing the story of the main character, reflects that women at that time has had an important and subtancial role.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Stanni Shina Herlin
"Novel Astirin Mbalela (Lembaga Studi Asia, 1995) adalah salah satu dari sekian banyak karya Suparto Brata. Novel Astirin Mbalela isinya sarat dengan masalah wanita yang ingin maju dan mandiri. Tokoh utama yang menggerakkan alur cerita adalah tokoh wanita yang bernama Astirin. Astirin digambarkan sebagai sosok wanita Jawa yang berani menentukan nasibnya sendiri. Ia adalah sosok wanita Jawa yang sudah tidak terlalu terikat oleh nilai-nilai tradisional Jawa seperti patuh dan menerima keadannya. Ia ingin menjadi wanita yang mandiri dan maju. Untuk melihat permasalahan yang terjadi di dalam novel tersebut, yaitu menjadi wanita yang ingin maju dan mandiri, dilakukan analisis terhadap alur dan tokoh, karena kedua unsur tersebut paling dominan dan memiliki keselarasan serta keterpaduan. Metode yang digunakan untuk melihat permasalahan tersebut adalah metode struktural atau pendekatan intrinsik. Dengan metode tersebut dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan antara alur, tokoh dan latar. Analisis terhadap ke tiga unsur tersebut memperlihatkan bahwa hubungan antar alur, tokoh, dan latar sangat erat serta memiliki hubungan sebab-akibat. Disamping analisis alur, tokoh dan latar secara khusus dibahas pula mengenai citra wanita / perempuan Jawa dalam novel AM melalui pendekatan atau kajian budaya dari analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa citra tokoh Astirin sebagai tokoh utama dalam novel AM adalah sosok wanita / perempuan Jawa modern.

Novel Astirin Mbalela (Institute for Asian Studies, 1995) is one of the many works of Suparto Brata. Novel Astirin Mbalela contents laden with problems and women who want to move forward independently. The main character that drives the story line is a heroine named Astirin. Astirin described as a figure of a Javanese woman who dared to define their own destiny. He is the figure of a Javanese woman who was not so bound by traditional values such as Java, obedient and accept her situation. He wanted to become an independent woman and advanced. To view the issues raised in the novel, is a woman who wants to go forward and be independent, conducted an analysis of the plot and characters, because the two elements most dominant and have the alignment and integration. The method used to seeing these problems are intrinsic structural method or approach. With these methods can be seen that there are linkages between the plot, character and background. Analysis of the three elements showed that the relationship between plot, character, and background are very close and have a causal relationship. Besides the analysis of plot, character and background specifically discussed also about the image Javanese woman in the novel AM through approach or cultural studies from the analysis conducted can be concluded that the image Astirin figures as the main character in the novel AM is the figure woman of modern Java."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S11456
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reni I. Bachtiar
"Aspek yang menonjol di dalam ketiga novel tersebut adalah penggambaran tokoh-tokoh wanita utamanya yang memiliki banyak persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di daerah frontier.
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai ciri-ciri wanita pioneer dalam tokoh-tokoh utama wanita karya Willa Cather tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis untuk menghubungkan karya-karya tersebut dengan sejarah dan aspek-aspek wanita di abad kedelapan belas dan kesembilan belas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita ketiga novel tersebut banyak memiliki persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di jaman frontier. Karenanya, mereka merupakan tokoh-tokoh utama wanita pioneer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amaliatun Saleha
"Setelah berakhirnya Perang Dunia II, terjadi perubahan citra wanita Jepang yang cukup signifikan, terutama wanita Jepang berusia lebih dari 30 tahun. Perubahan tersebut adalah peningkatan jumlah wanita bekerja. Seiring dengan perkembangan industri di Jepang, maka kesempatan wanita untuk bekerja semakin besar. Peningkatan kesempatan bekerja bagi wanita ini, secara tidak langsung berimplikasi pada gejala penundaan pernikahan dan penurunan angka kelahiran di Jepang. Penelitian ini berfokus pada analisis mengenai pandangan masyarakat Jepang terhadap perubahan citra wanita Jepang saat ini, terutama wanita bekerja berusia lebih dari 30 tahun, baik yang melajang maupun yang sudah menikah, dan bagaimana citra wanita bekerja dalam masyarakat Jepang, yang digambarkan pada novel Taigan no Kanojo karya Mitsuyo Kakuta (2004). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra berperspektif feminis, dengan menggunakan teori wacana Michel Foucault dan model analisis wacana kritis Sara Mills. Berdasarkan analisis terhadap novel tersebut, disimpulkan bahwa: 1) Novel Taigan no Kanojo merupakan novel yang merepresentasikan realitas masyarakat Jepang saat ini, terutama yang berkaitan dengan wanita Jepang; 2) Citra wanita yang diharapkan oleh masyarakat Jepang adalah ibu rumah tangga yang berperan dalam wilayah domestik. Oleh karena itu, masyarakat Jepang memberikan pandangan negatif terhadap wanita bekerja, baik yang melajang maupun yang sudah menikah. 3) Berdasarkan pandangan masyarakat Jepang tersebut, dalam novel ini digambarkan bahwa citra wanita bekerja yang melajang adalah seseorang yang kurang profesional, dan citra ibu bekerja yang memiliki anak masih kecil adalah seseorang yang lebih mementingkan diri sendiri dan tidak dapat mendidik anaknya dengan baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T24313
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>