Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105210 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tresnati Sridwiani
"Perkembangan kegiatan penterjemahan Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan basil pengalaman masyarakat dan mencerminkan kebudayaan setiap kelompok masyarakat. Kema-juan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan mengakibatkan meningkatnya kebutuhan berkomunikasi, tidak hanya dalam satu kelompok masyarakat tetapi juga antar kelompok masyarakat. Meningkatnya kebutuhan berkomunikasi antar kelompok masyarakat terlihat antara lain dari perkembangan kegiatan penterjemahan di segala bidang. Faktor-faktor panting dalam terjemahan Nida (1966:90-97) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang banyak menimbulkan masalah dan yang harus diperhatikan dalam terjemahan ada_lah (1) ekologi, (2) kebudayaan materiil, (3) kebudayaan sosial, (4) religi, dan (5) bahasa. Perbedaan ekologi, kebudayaan materiil, kebudayaan sosial dan religi membawa akibat Perbedaan kosa-kata bahasa kelompok tertentu dengan bahasa kelompok masyarakat yang lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S14566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jenie Tamara
"Dalam usaha memenuhi kebutuhannya, masing--masing bangsa merasa perlu untuk menjalin hubungan dengan dunia luar, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun dalam bidang kebudayaan, ilmu pengetahuan dan lain-lainnya. Hal ini merupakan salah satu alasan adanya kegiatan penterjemahan di semua negara. Tujuan dari kegiatan penterjemahan antara lain adalah sebagai alat menuju pada kemajuan tehnologi mo_dern, sebagai alat komunikasi dengan bangsa-bangsa lain dan juga untuk memperkenalkan kebudayaan dan cita-cita hi_dup suatu bangsa kepada bangsa lain. Yang dimaksud dengan penterjemahan adalah kegiatan untuk menghasilkan kembali amanat (message) yang dinyatakan dalam bahasa sumber (selanjutnya disingkat BSu) dengan menggunakan padanan terdekat dan wajar (the closest natur_al equivalent) dalam bahasa sasaran (selanjutnya disingkat BSa) (Nida & Taber, 1969:12). Dengan demikian penterjemah bertindak sebagai penerima BSu dan sekaligus sebagai pengirim BSa. Hal ini menyebabkan seorang penterjemah harus me_nguasai BSu dan BSa sebaik-baiknya serta mengetahui latar belakang budaya BSu dan BSa agar dapat benar-benar memahami amanat yang terkandung dalam BSu untuk mencari padan_an yang terdekat dan wajar dalam BSa. Pada hakekatnya masalah pokok dalam penterjemahan adalah masalah perpadanan_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kerstin Djatnika
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinda Haslimin
"Terjemahan merupakan basil dari suatu proses komunikasi antar masyarakat. Mengingat pentingnya peranan kamunikasi dalam kehidupan manusia di jaman maderen ini, maka terjemahan merupakan salah satu media yang sangat diperlukan. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan akan penterjemahan semakin meningkat karena terjemahan akan membantu lancarnya kamunikasi antar masyarakat atau antar bangsa di dunia. Seperti diketahui dengan banyaknya buku-buku yang diterjemahkan, suatu masyarakat atau suatu bangsa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai aleh masyarakat atau bangsa lain dan dapat Saling tukar pendapat dan informasi. Memang tidak dapat disangkal lagi bahwa terjemahan sangat panting artinya bagi masyarakat atau bangsa di dunia, bahkan melalui terjemahan dapat diketahui kehidupan maupun keanekaragaman kebudayaaan yang ada di muka bumi ini..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmy Harsosuwignyo
"Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_;Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_ Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_ Fungsi terjemahan bagi manusia. Terjemahan adalah suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Terjemahan telah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Misalnya untuk kemajuan penyebaran agama Kristen, dilakukanlah penterjemahan Kitab Suci ke pelbagai bahasa di dunia ( Nida dan Taber: 1974:vii ). Contoh lain misalnya di Indonesia sendiri yaitu pada zaman Hindu. Dengan timbulnya kerajaan-kerajaan yang berlandaskan kebudayaan India, dengan sendirinya dirasa_kan kebutuhan untuk menterjemahkan kitab-kitab tentang pranata kerajaan dan agama dari India, baik agama Buddha maupun agama Hindu, dari bahasa Sansekerta ke bahasa Nu_santara. Dalam hal ini yang sampai pada kita ialah naskah-_naskah terjemahan dalam bahasa Jawa Kuno. Misalnya kitab_-kitab ke agamaan Werhaspati Tatwa, Sapta Bhuwana, Catur Yuga widhi Sastra, Tatwa Jnana dari agama Hindu. Kemudian kitab-kitab Kamahayanikan, Sanyoka Darana, Sang Hyang Pamutus dan Kalpa Buddha. Kemudian diterj emahkan juga kitab-_kitab tentang hukum dan pranata kerajaan yaitu Manawa Dharma Sastra, kitab-kitab tentang moral yaitu Sara Samuc_caya, Tantri Kamandaka, Kamandaka Raja Niti dan lain-lain ( Pigeaud, 1967:51-53 dan 304 ). Selain kitab-kitab yang telah disebut tadi, menurut Zoetmulder ( 1974:231 dan 96 ) pada zamaa itu juga diterjemahkan kitab-kitab sastra seperti Ramayana pada abad IX dan Mahabharata pada abad X _ XI_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Faika Salendru-Razak
"Fungsi teriemahan bagi manusia. Terjemahan merupakan suatu proses komunikasi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Pekerjaan terjemahan telah dilakukan selama berabad-abad. Fungsi sebenarnya dari terjemahan ialah untuk menyampaikan amanat yang terdapat dalam suatu bahasa ke bahasa lain. Terjemahan panting bagi manusia karena dengan adanya terjemahan kita dapat mengetahui dan menge_nal lingkungan dan kehidupan masyarakat lain. Selain itu kita dapat berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan ma_syarakat lain tanpa harus menguasai bahasa masyarakat ter_sebut. Untuk meningkatkan pengetahuan suatu masyarakat, ma_ka perlu diketahui ilmu pengetahuan dan teknologi tidak saja di negara itu sendiri tetapi juga di negara lain. Namun sering terjadi kasulitan dalam hal ini karena tidak semua orang menguasai bahasa lain. Untuk mengatasi perso_alan yang timbul akibat perbedaan bahasa, maka banyak karya-karya ilmiah yang diterjemahkan. Karena itu dapat dikatakan bahwa kebutuhan akan terjemahan makin meningkat sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S14527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listyaningrum Adigunanto
"Penterjemahan sudah ada semenjak manusia mulai mengadakan komunikasi antara sesamanya, baik dalam kelompok atau antar kelompok, baik da1am bahasa yang sama atau berbeda (Rahman, 1981: 4). Dari sejarah kita menge_tahui bahwa bangsa-bangsa kuno di Eropa dan Asia seperti bahasa Romawi, Funisia, Arab, Parsi dan Cina telah menge_nal penterjemah. Karya-karya di bidang sastra, ilmu pengetahuan agama, kebudayaan dan sebagainya diterjemahkan dari bahasa asalnya ke bahasa lain. Kegiatan ini berlangsung terus menerus sampai sekarang. Kegiatan penterjemahan mulai maju pesat pada masa penterjemahan Kitab Suci Injil ke dalam berbagai bahasa (Rahman, 1981:4). Pada masa itu para misionaris dengan giat menyebarkan agama Kristen ke segala penjuru dunia. Dengan tujuan penyebaran agama, para misionaris menterjemahkan Kitab Suci Injil tersebut. Begitu pula halnya dengan agama besar lainnya, terutama agama Islam, yang disebarkan melalui terjemahan Kitab_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S14098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pratiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk memerikan padanan sintem komposisi nominal Bahasa Prancis dalam Bahasa Indonesia dilihat dari bentuk dan sifat padanannya.
Penelitian dilakukan melalui pustaka . Data diperoleh dengan cara mencuplik unsur bahasa Prancis yang berbentuk sintem komposisi nominal dalam buku Le Jongleur a LEtoile, dan dan terjemahannya Pemain MandlinBerbintangEmas serta L'Ingenu dan terjemahannya Si Lugu. Kemudian sintem-sintem komposisi nominal dan padanannya tersebut dianalisis.
Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori terjemahan, satuan-satuan sintaksis dan wawasan semantik.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa padanan sintem komposisi nominal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia dapat berbentuk monem, sintem reduplikasi, sintem derivasi, sintem komposisi, sintagma dan klausa. Sebagian besar padanan sintem komposisi nominal bahasa Prancis dalam bahasa Indonesia memadai dilihat dari konteks itu sendiri maupun dengan bantuan catatan kaki. Akan tetapi masih ada padanan yang kurang memadai dan tidak memadai.

"
1990
S14546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Miranti Suri
"ABSTRAK
Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah penerjemahan judul buku cerita bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia dilihat dari bentuk dan pesannya serta fungsi bahasa yang menonjol dalan kedua bahasa tersebut.
Konsep-konsep yang digunakan dalam analisis bertumpu pada wawasan terjemahan, tataran gramatikal dan fungsi bahasa dalam komunikasi.
Data yang berhasil dikumpulkan terdiri dari 20 (dua puluh) cerita bergambar, 32 (tiga puluh dua) komik, dan 8 (delapan) buku saku.
Setelah melakukan analisis berdasarkan data, penulis berkesimpulan bahwa penerjemah tidak mengalami kesulitan dan hambatan dalam menerjemahkan judul buku cerita bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemah berhasil mengalihkan pesan judul bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia dan tetap mempertahankan bentuknya.
Sebagian besar judul bahasa Prancis dan judul bahasa Indonesia sama-sama menonjolken fungsi konatif dan fungsi referensial. Fungsi lain yang menonjol adalah fungsi ekspresif, fungsi puitik dan fungsi fatik.

"
1990
S13827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuningsih Ferita Damayanti
"Bahasa Prancis memiliki lebih banyak jenis pronomina personalia dengan berbagai bentuk dan fungsinya dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka diasumsikan bahwa pronomina personalia bahasa Prancis tidak selalu diterjemahkan menjadi pronomina personalia bahasa Indonesia, yang disebut depronominalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memerikan bentuk-bentuk padanan depronominalisasi dalam penerjemahan pronomina personalia bahasa Prancis ke bahasa Indonesia dan penyebab gejala tersebut. Masalah yang diteliti adalah bentuk-bentuk padanan depronominalisasi apa saja yang diberikan dalam penerjemahan pronomina personalia bahasa Prancis ke bahasa Indonesia, penyebab dari depronominalisasi tersebut, pergeseran yang terjadi dan probabilitas perpadanannya.
Sumber data berupa dua buah karya sastra berbahasa Prancis dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori-teori penerjemahan, yang meliputi konsep parpadanan dalam penerjemahan, pergeseran, serta probabilitas perpadanan; teori pronomina personalia bahasa Prancis; teori mengenai kata acuan dan kata sapaan dalam bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S14526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>