Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51737 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ihdinal Hikmatin Tajdidah
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini adalah menemukan keutuhan wacana dalam roman Rue du-Havre melalui unsur-unsur struktur karya yaitu alur, pengaluran, tokoh, penokohan, dan penyajian Tatar ruang.
Penelitian akan dilakukan melalui pendekatan struktural. Disamping berlandaskan pada batasan tentang wacana menurut H. Kridalaksana, penelitian juga akan menggunakan teori M. Charolles tentang aturan koherensi dalam suatu wacana, teori R. Barthes tentang hubungan sintagmatik dan paradigmatik, serta teori M.P. Schmitt dan A. Viala tentang sekuen.
Penelitian diawali dengan mernilah cerita roman dalam satuan-satuan isi cerita yang kemudian dikelompokkan berdasarkan pusat-pusat cerita. Melalui pengelompokan tersebut, dapat terlihat bahwa sekuen-sekuen pada tiga bagian pertarna dalam roman berpusat pada tokoh yang namanya menjadi judul bagian_bagian tersebut (yaitu: Julien, Francois dan Catherine). Sedangkan sekuen-sekuen pada bagian IV cenderung berpusat pada tokoh Julien. Penampilan bagian 1, 11 dan IIl memberi kesan bahwa bagian-bagian itu dapat berdiri-sendiri. Sementara untuk memahami cerita pada bagian IV, selalu harus dihubungkan dengan bagi_an-bagian lain dalam karya, terutama bagian 1. Untuk itu harus ditemukan suatu hubungan iogis yang membentuk logika narasi roman.
Ternyata setelah dilakukan penelitian, tidak ditemukan suatu hubungan Iogis yang mencakup keseluruhan cerita dalam roman. Hubungan logis keselu_ruhan karya tidak dapat dipisahkan dari alur cerita Julien. Sementara alur tokoh lain tidak terlalu berpenganih dalam alur keseluruhan cerita.
Untuk memperjelas hasil penelitian di atas dalam kaitannya dengan keu_tuhan wacana roman, kemudian dilakukan analisis tentang keutuhan wacana secara tersendiri. Hash penelitian mengungkapkan bahwa selain bagian IV, bagian_bagian dalam roman RDH memiliki keutuhan wacana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa roman RDH memiliki keutuhan secara mikrostruktur. Keutuhan wacana roman tersebut juga didukung oleh keutuhan wacana secara global/dalam keseluruhan karya. Kendati demikian, keutuhan secara makrostuktur tersebut tidak seketat keutuhan wacana secara mikrostruktur.
Keutuhan wacana tersebut ditunjang oleh penyajian tokoh dan ruang. Jati diri tokoh disampaikan melalui aturan pengulangan yang menekankan pada salah satu ciri dominan tokoh. Pengulangan suatu ciri tertentu tokoh di sepanjang cerita memberikan gambaran yang utuh tentang tokoh yang akhimya menunjang keutuhan wacana. Tokoh-tokoh RDH juga digambarkan mengalami perkembangan watak. Adanya aturan perkembangan ini membuat cerita berkembang hingga keutuhan wacana terjaga. Penyajian ruang dalam roman RDH menampilkan dominansi ruang jalan Havre melalui pengulangan penyebutan_nya di sepanjang cerita. Kehadiran ruang ini membuat cerita pada tiap bagian roman dapat dikaitkan hingga menjamin adanya suatu keutuhan wacana.

"
1995
S14330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M.A. Endang Tatiana K.
"Huis Clos adalah salah satu karya Jean-Paul Sartre yang bertutur tentang hubungan antarmanusia (dalam lakon diwujudkan dengan hubungan antartokoh). Hubungan antar manusia tersebut merupakan bagian dari flsafat. Sartre yang paling banyak dibicarakan sehingga masalah ini menarik untuk diteliti Iobih lanjut.
Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan antartokoh dalam lakon Huis Clos karya Jean-Paul Sartre. Metode yang dipakai adalah metode struktural, sedangkan teori yang digunakan adalah teori drama dalam buku Lire le Theatre karya Anne Ubersfeld mengenai alur, pengaluran, tokoh dengan himpunan ciri pembedanya, tokoh sebagai pengujar, latar ruang dan latar waktu. Sebagai pelengkap, digunakan teori proses komunikasi menurut Schmitt dan Viala dalam buku Savoir Lire.
Langkah pertama pembahasan adalah analisis alur yang dilakukan dengan menggunakan skema aktan. Hasil analisis rnenunjukkan bahwa hubungan antartokoh dalam lakon ini adalah hubungan subyek-obyek. Kemudian dari analisis pengaluran yang dilakukan berdasarkan babak dan adegan terlihat bahwa konflik hubungan antartokoh muncul pada adegan kelima dan bahwa konflik tersebut tidak akan pernah berakhir.
Langkah selanjutnya adaiah analisis tokoh. Dari analisis tokoh dengan ciri pembedanya terlihat bahwa ciri-ciri mental para tokoh menjadi dasar terbentuknya hubungan antartokoh, sedangkan dari analisis tokoh sebagai pengujar terlihat usaha para tokoh untuk menjadikan tokoh lain sebagai obyek meialui dialog di antara mereka.
Langkah terakhir pembahasan adalah analisis latar ruang dan waktu. Hasil analisis memperlihatkan bahwa unsur ruang dan waktu membuat para tokoh terperangkap selama-lamanya dalam hubungan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitarasmi Hatmosrojo
"ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah untuk melihat apakah Le Garde du Coeur sebagai salah satu karya krancoise Sagan juga mengandung tema kesepian, sebagai salah satu ciri karya-karya Sagan yang disebutkan oleh beberapa kritikus yang pendapatnya telah dikutip. Melalui penelitian ini, penulis ingin memperlihatkan bagaimana tema kesepian ditampilkan di dalam pengaluran, alur, indeks tokoh dan latar ruang Le Garde du Coeur.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan struktural. Teori yang dipakai adalah teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik yang ditunjang oleh teori mengenai sekuen oleh M.P. Schmitt dan A. Viala.
Karena rasa kesepian merupakan sebuah keadaan mental, maka di dalam penelitian sekuen-sekuen dibagi menurut jenis peristiwa dan deskripsi. Sekuen deskripsi sendiri dibagi lagi menjadi deskripsi bukan tokoh, deskripsi fisik dan deskripsi mental. Jumlah sekuen deskripsi mental ternyata lauh lebih banyak dari jumlah sekuen jenis lain. Ada pula banyak sekuen yang menampilkan rasa atau keadaan kesepian kedua tokoh utama.
Di dalam alur tampak bahwa tindakan-tindakan tokoh yang menjadi penggerak cerita didorong oleh rasa kesepian mereka. Maka alur cerita juga menampilkan rasa dan atau keadaan ke-sepian.
Keadaan tersebut rmuncul secara lebih jelas di dalam indeks tokoh dan latar ruang. Kedua tokoh utama, yaitu Dorothy Seymour dan Lewis Miles merupakan orang yang merasa kesepian. Hubungan mereka berlangsung karena masing-masing merasa dapat menghilangkan rasa kesepiannya apabila tetap bersama. Keadaan jiwa tokoh Lewis yang tak normal merupakan akibat dari kehidupannya yang tak berteman, sepi dan kosong.
Ruang rumah Dorothy mencerminkan keadaan sepi yang menekan perasaan Dorothy. Dalam rumah yang besar dan luas itu, Dorothy tinggal seorang dirs. Kehadiran Lewis dapat mengisi ruang rumah Dorothy yang sepi dan kosong. Ruang perkampungan palsu di studio film merupakan cermin kehidupan kedua tokoh utama yang sepi, kosong dan tak wajar. Ruang tersebut juga melambangkan kehidupan masyarakat Hollywood di dalam karya yang digambarkan serba palsu, tak berteman dan tak wajar.
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tema kesepian dalam roman Le Garde du Coeur dibangun melalui indeks tokoh dan ruang.

"
1995
S14475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mokodompit, Esther J.
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan adanya keutuhan sintagmatik dan paradigmatik dalam Roman L'Ecole des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve, mengingat fakta bahwa ketiga teks dalam roman ini pada awalnya diterbitkan secara terpisah pada saat yang berbeda-beda.
Pendekatan yang akan dipakai dalam menganalisa adalah pendekatan struktural. Sedang teori yang dipakai adalah teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik Roland Barthes dan teori sekuen Schmitt dan Viala.
Roman L'Ecole des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve terdiri atas tiga teks panjang, yaitu L'Ecole des Femmes, Robert dan Genevieve. Tiap teks memiliki pengaluran sendiri. Pengaluran dalam teks pertama bersi_fat kronologis, dengan 20 tahun elips antara teks pertama bagian I dan teks pertama bagian 2. Pengaluran dalam teks kedua bersifat deskriptif. Pada teks ketiga, pengaluran bersifat kronologis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sekuen-sekuen yang terdapat dalam ketiga teks tersebut bersifat saling melengkapi.
Hubungan logis yang tunggal untuk ketiga teks sekali_gus dimungkinkan dengan adanya sekuen-sekuen yang saling melengkapi tersebut. Hubungan logis yang tunggal untuk ketiga teks sekaligus juga membuktikan bahwa ketiga teks saling terikat dan merupakan suatu keutuhan.
Penokohan terbentuk melalui tampilnya gambaran yang berbeda-beda atas tokoh yang lama dalam tiap-tiap teks. Gambaran yang utuh atas tokoh diperoleh setelah menyatu_kan dan menyarikan gambaran yang berbeda-beda atas tokoh tersebut dalam ketiga teks sekaligus, sedemikian rupa sehingga terlihat adanya saling ketergantungan dan keterkaitan antara ketiga teks. Terdapat kesatuan latar, yaitu ruang dan waktu peris-tiwa.
Hasil penelitian membuktikan bahwa roman L'Eco1e des Femmes, suivi de Robert et de Genevieve merupakan suatu keutuhan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
S14384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam Putri Puspitasari
"ABSTRAK
Homoseksualitas menjadi salah satu tema yang banyak diangkat dalam perfilman Prancis. Salah satu film Prancis yang mengangkat tema homoseksualitas adalah La Belle Saison yang disutradarai oleh Catherine Corsini. Artikel ini membahas tentang benturan nilai-nilai konservatif dan nilai-nilai nonkonservatif di Prancis pada tahun 70-an terhadap isu homoseksualitas. Penggunaan metode kajian sinema dari Boggs dan Petrie diterapkan untuk memaparkan struktur naratif film yang mencakup elemen alur, penokohan, dan latar ruang-waktu. Konsep konflik dari Lewis A. Coser dan Thorsten Sellin digunakan untuk memperlihatkan bahwa benturan budaya yang terjadi dapat menentukan sikap dan pandangan seseorang. Hasil analisis memperlihatkan bahwa benturan yang terjadi akibat dari adanya dua budaya yang saling bertentangan belum dapat diselesaikan. Salah satu cara untuk menghindari konflik benturan tersebut adalah avoiding. Avoiding yang ditampilkan dalam film ini adalah salah satu pihak yang berkonflik lebih baik mundur dari wilayah yang menolak eksistensi homoseksualitas.

Homosexuality has become one of the themes that have appeared in many French films. One of the French films that raised the theme of homosexuality is La Belle Saison, a film directed by Catherine Corsini. This article discusses the clash of conservative values and non-conservative values in France in the 70s on the issue of homosexuality. Using the cinema study method of Boggs and Petrie, the analysis begins by describing the narrative structure of the film which includes elements such as, plot, characterization, also setting of space and time. By using the concept of conflict of Lewis A. Coser and Thorsten Sellin, it shows that the cultural clash that occurs can determine a persons attitudes and views. The results of the analysis showed that the clash that occurred as a result of the existence of two conflicting cultures could not be resolved. One way to avoid conflict from these conflicts is compromise. The compromise presented in this film is that one of the conflicting parties is better off from the region which rejects the existence of homosexuality"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tenny Sulystyorini
"Tujuan penelitian ini adalah memperlihatkan bagaimana sifat-sifat misantrop ditampilkan melalui tokoh Alceste dan memperlihatkan konflik yang terjadi antara tokoh ALceste dengan tokoh-tokoh lainnya karena sifat misantrop tokoh Alceste.
Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan struktural dan teori yang dipakai adalah teori Roland Barthes mengenai hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Analisis unsur-unsur sintagmatik yaitu pengaluran dan alur dilakukan dengan menyusun urutan satuan isi cerita lebih dahulu. Kemudian dilakukan pengelompokan satuan isi cerita berdasarkan tokoh-tokoh yang hadir dalam cerita. Hasil pengelompokan satuan isi cerita tersebut mengungkapkan bahwa tokoh Alceste adalah tokoh utama cerita yang mempunyai sifat misantrop. Peristiwa-peristiwa yang ada menampilkan sifat-sifat misantrop yang dimiliki oleh tokoh Alceste. Karena sifat misantropnya itu pulalah ia tidak pernah berhasil menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Bahkan hubungan cinta yang dijalin Alceste dengan Ce1imene pun menemui kegagalan. Ia juga terlibat konflik dengan tokoh-tokoh lainnya karena sifat mi antrop tersebut. Sete_lah itu disusun fungsi-fungsi utama beserta bagan untuk menemukan logika cerita. Hasil analisis alur memperlihatkan bahwa cerita selain digerakkan oleh rasa benci Alceste pada manusia dan keengganannya untuk bergaul, cerita juga dige_rakkan oleh rasa cinta Alceste yang dalam pada Celimbne.
Analisis unsur-unsur paradigmatik dilakukan terhadap tokoh. Hasil analisis tokoh mengungkapkan bahwa sifat tokoh Alceste yang tertutup, tidak mau membuka diri, enggan ber_gaul, membenci sesamanya, suka berterus terang dan suka mengumpat menimbulkan konflik dengan tokoh-tokoh lainnya sehingga tokoh Alceste tidak dapat menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh lainnya. Sedangkan kehadiran dan tindakan tokoh-tokoh lain dalam drama ini semakin memperkuat tokoh Alceste untuk bersikap misantrop."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Cahaya
"Artikel ini membahas écriture féminine yang diperlihatkan dalam kumpulan esai Si Parasit Lajang karya Ayu Utami. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik deskriptif. Penelitian difokuskan pada isu perempuan yang diungkapkan di dalam kumpulan esai tersebut. Kumpulan esai ini memperlihatkan bahwa terdapat banyak permasalahan di tengah masyarakat yang membuat perempuan berada di dalam posisi inferior. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa esai-esai Ayu Utami mengenai perempuan termasuk ke dalam kriteria écriture féminine yang dikemukakan oleh Cixous.

This article discusses about écriture féminine found in the collection of essays Si Parasit Lajang by Ayu Utami. This research is one of the qualitative research using the descriptive technique. The research focuses on women’s issues mentioned in Si Parasit Lajang. This collection of essays reveals that there are many issues among the society that puts women in an inferior position. The result of this research shows that the essays written by Ayu Utami about women are considered as écriture féminine mentioned by Cixous.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Andam Dewi Saptarini
"Skripsi ini berisi penelitian mengenai tokoh mayat dalam drama Amedee ou Comment s'en debarrasser karya Eugene lonesco. Tujuan penelitian adalah untuk memahami hubungan mayat dengan keseluruhan karya serta untuk memahami makna mayat.
Metode yang dipakai adalah metode struktural. Teori yang digunakan untuk menganalis adalah teori tentang tearer yang dijabarkan oleh Anne Ubersfeld yang mencakup teori alur dan skema antar, tokoh, ruang dan waktu, serta teori tentang metafora dari Mariana Tutescu.
Hasil penelitian memperlihatkan hubungan mayat dengan unsur-unsur struktur karya yaitu dengan alur tokoh, ruang dan waktu. Analisis alur dilakukan dengan menyusun skema aktan. Hasil penelitian menunjukkan mayat berperan dalam alur. Keberadaan mayat mencetuskan konflik dan usaha subyek untuk membuangnya menyebabkan gerak alur. Pembahasan tokoh menunjukkan bahwa mayat mempengaruhi kondisi tokoh, tindakan tokoh dan hubungan antar tokoh. Tokoh menjadi terpenjara dalam rumah mereka, tidak bebas, tertekan, ketakutan dan menderita. Hubungan antar tokoh yang telah renggang atau tidak harmonis bertambah buruk dengan kehadiran mayat tersebut.
Dari analisis tokoh juga terlihat bahwa mayat adalah satu_satunya tokoh yang bebas dan menyebabkan tokoh lain tidak bebas. Mayat memenuhi ruang tempat tinggal tokoh. Dia mendesak tokoh. Selain mempengaruhi ruang fisik, kehadiran mayat juga mempengaruhi la vie interieure kedua tokoh yang lain. Ruang dalam drama ACS memiliki 3 fungsi yaitu fungsional, referensial dan simbolis.
Ruang yang tertutup rapat melambangkan manusia yang terasing dari sekelilingnya. Oposisi-oposisi ruang (ruang tertutup dan ruang terbuka, ruang penuh dan ruang kosong) mematerialisasikan perasaan_-perasaan tokoh-tokohnya yaitu tekanan dan kelegaan. Pertumbuhan mayat seiring dengan berjalannya waktu. Kehadiran mayat juga mempengaruhi waktu subyektif kedua tokoh yang lain.
Analisis mengenai makna mayat melalui kajian tema-tema memperlihatkan bahwa mayat dalam drama ini melambangkan kematian cinta kedua pasangan tersebut. Atau dengan kata lain, mayat itu metafora dari kematian cinta. Selain simbol dari kematian, mayat dalam ACS merupakan simbol dari kebebasan. Pemahaman makna mayat akan memperjelas pemahaman drama ini karena mayat menjadi kunci dalam drama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Sanjayani
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan struktur naratif roman L'Amant. Metode penelitian yang digunakan adalah metode struktural yang menganggap suatu karya naratif sebagai sebuah kalimat yang amat panjang, yang unsur-unsurnya berhubungan secara fungsianal. Maksud fungsional di sini adalah unsur-unsur itu hanya berfungsi dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya. Metode struktural menganggap bahwa karya naratif tidak memerlukan acuan dari luar karya. Yang menjadi obyek analisis hanyalah unsur-unsur di dalam karya itu sendiri. Dengan berpijak pada metode struktural, teori yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori hubungan sintagmatik dan paradigmatik Roland Barthes serta teori sekuen Schmitt dan Viala.
Analisis hubungan sintagmatik dilakukan dengan menganalisis pengaluran dan alur roman L'Amant, Analisis pengaluran memperlihatkan adanya dominasi sekuen mental dan sekuen peristiwa masa lalu, serta adanya ketidakteraturanpenampilan alur roman karena di dalam roman ini terdapat cerita yang tidak kronologis, digresi cerita, ketidakpastian cerita dan penguiangan cerita. Hal ini disebabkan oleh keterbataean daya ingat Tokoh Penutur dalam menceritakan kisah masa lalunya. Dari analisis alur terlihat bahwa kisah masa lalu yang diingat dan dituliskan Tokoh Penutur adalah kisah tentang hubungan cintanya dengan Laki-laki Cina ketika remaja di Indocina.
Analisis hubungan paradigmatik dilakukan dengan menganalisis tokoh, penokohan serta penggambaran latar ruang dan waktu roman. Analisis tokoh, selain menunjang analisis pengaluran karena indeks tokoh memperlihatkan dominasi deskripsi mental, juga menunjang analisis alur. Hubungan antara Tokoh Penutur dengan tokoh-tokoh lain yang terdapat di dalam kehidupannya, yaitu hubungan yang bersi_fat cinta dan benci, menunjang gerakan alur roman. Ketia_daan nama diri tokoh-tokoh tertentu memperlihatkan hubung_an mereka dengan Tokoh Penutur yang tidak dekat. Analisis penokohan menampilkan indeks tokoh yang bertentangan yang menunjang analisis pengaluran, yaitu struktur naratif roman ini tidak teratur. Analisis penampilan latar ruang yang memperlihatkan adanya kesalahan informasi tentang ruang dan analisis latar waktu yang memperlihatkan adanya petunjuk waktu yang implisit, ketidakpastian waktu peris tiwa dan peleburan waktu, turut menunjang hasil analisis pengaluran.
Kesimpulan yang dapat ditarik setelah uielakukan analisis sintagmatik dan paradigmatik adalah struktur narstif roman L`Aman yang menampakkan ketidakteraturan dalam penceritaannya yaitu pengaluran, penokohan dan penggambaran latar ruang dan waktu, disebabkan oleh keter_batasan daya ingat Tokoh Penutur ketika menuliskan kisah kehidupan masa lalunya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandjaitan, Ratna W.
"ABSTRAK
Roman Sebagai Salah Satu Bentuk Karya Sastra Roman sebagai salah satu bentuk karya sastra ditulis dalam bahasa yang langsung, bebas dari ketentuan gaya atau pun komposisi. Roman bertitik tolak dari suatu kenyataan hidup dan fakta ini dikemu_kakan dalam bentuk suatu cerita yang dibuat seolah-olah benar berkat kemampuan imajinasi pengarang (Coulet:1976).
Sebuah karya sastra dapat disajikan dengan meminjam bentuk penyajian karya non sastra seperti bentuk buku harian atau bentuk surat menyurat. Dengan adanya kesempatan pinjam meminjam bentuk penyajian ini, maka corak penyajian sebuah roman pun menjadi lebih beragam.
Penyajian roman dalam bentuk surat menyurat, di Prancis, dikenal dengan istilah Roman Epistolair. Pada abad ke XVIII, bentuk penyajian roman yang demikian ini banyak dipakai oleh pengarang-pengarang terke_nal abad itu seperti Jean Jacques Rousseau dengan La Nouvelle Heloise, Montesquieu dengan Les Lettres de Persannes, dan masih banyak lagi. Peristiwa-peristiwa dalam roman epistoler (roman epistolair) dicerita_kan dalam suatu hubungan surat menyurat yang timbal balik antara tokoh_tokohnya.

"
1984
S13828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>