Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139055 dokumen yang sesuai dengan query
cover
F.X. Bhima Setya Budhi
"ABSTRAK
Yang saya bahas dalam skripsi ini adalah teknik ber_cerita yang dipergunakan dalam 2 (dua) buah karya Arthur Schnitzler berjudul Leutnant Gustl yang terbit tahun 1900 dan Fraulein Else yang terbit tahun 1924. Teknik bercerita ini mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri yang menurut saya menimbulkan keindahan sastra. Teknik bercerita itu disebut innere Monolog. Menurut Kamus istilah Sastra yang disusun oleh DR. Panuti Sudjiman, teknik bercerita tersebut dalam sastra Indonesia disebut ekacakap dalaman.
(Sudjiman, 1984: 24). Fokus cerita kedua buku tersebut terletak pada per-golakan batin yang dialami oleh tokoh-tokohnya, dengan latar belakang cerita yang berlain-lainan. Leutnant Gustl berlatar belakang suasana kebanggaan militer di Wina pada masa pemerintahan kerajaan dan kekaisaran Monarkhi Donau_

"
1985
S14648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryani Kusumaningrum
"Kemajuan dalam bidang perekonomian yang terjadi di Jerman membawa pada perubahan perilaku masyarakatnya. Perilaku yang terbentuk secara tidak langsung dari obsesi yang terpendam akan sesuatu yang sebelumnya tidak bisa dimiiiki. Kehidupan yang dijalani hanya berdasarkan obsesi ini menjadi bentuk dasar cerita Das Brot der fruhen Jahre karya Heinrich Boll, karena ia melihatnya sebagai bentuk dari kesia-siaan. Menurut Boll masyarakat tidak mengetahui untuk apa sebenarnya mereka hidup, karena hanya berorientasi pada satu hal saja yaitu pemuasan obsesi mereka dengan mengabaikan aspek-aspek kehidupan lainnya. Melalui skripsi ini ingin ditunjukkan bagaimana sebenarnya situasi Jerman pada masa Keajaiban Ekonomi serta untuk melihat kritik Heinrich Boll terhadap perilaku masyarakat Jerman pada masa ini.
Heinrich Boll menuangkan pandangan kritisnya melalui hubungan tokoh utamanya, yaitu Walter Fendrich, dengan roti. Walter Fendrich memiliki obsesi yang sangat besar akan roti, karena kelaparan berkepanjangan yang dideritanya di masa lalu. Masa lalu yang tidak dapat ia lupakan, walaupun ia sangat ingin melupakannya. Obsesi terhadap roti tanpa ia sadari mempengaruhi hubungannya dengan tokoh-tokoh lainnya, bahkan hubungannya dengan sang pacar, yaitu Ulla Wickweber. Hingga suatu hari, setelah pertemuannya dengan Hedwig Muller, Walter menjadi sadar akan arti kehidupan sebenarnya. Betapa ia selama ini hanya menjalani suatu kehidupan yang sia-sia, karena telah mengabaikan hal-hal lain dalam kehidupannya selain roti. Ia memandang dan menilai segala sesuatu hanya berdasarkan rasa laparnya akan roti. Walter kemudian pergi meninggalkan kehidupan mapannya. Suatu kehidupan dimana semua benda mempunyai harga.
Dari uraian-uraian seluruh bab, dapat disimpulkan bahwa melalui tokoh Walter Fendrich dalam cerita Das Brot der fruhen Jahre dapat dilihat kecenderungan perilaku masyarakat Jerman pada masa keajaiban ekonomi. Melalui cerita ini Heinrich Boll mengharapkan supaya masyarakat Jerman sadar dan kesia-siaan hidup yang selama ini mereka jalani. Selain itu Heinrich Boll ingin menunjukkan bahwa masa lalu, sejelek apapun, bukanlah sesuatu yang harus dilupakan dan bukan pula sesuatu yang menjadi satu-satunya tolok ukur dalam menjalani kehidupan di masa depan. Masa lalu membantu kita untuk lebih arif daiam menjalani kehidupan di masa depan, dan dengannya kita terhindar dari kesalahan yang kita perbuat di masa lalu."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S14670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Wilhelmina, auhor
"ABSTRAK
Karya-karya Kafka sering terasa sulit dimengerti sehingga memberi kesan tertutup terhadap pembacanya terutama bagi mereka yang berasal dan masyarakat bahasa yang berbeda. Sifat tertutup ini ternyata dapat diterobos dengan mengadakan pengamatan secara khusus beberapa elemen cerita seperti susunan kalimat, pemilihan kata, pemakaian perspektif cerita dan lain lain, Skripsi ini bertujuan memperlihatkan bahwa perspektif cerita adalah sebuah elemen yang sangat menonjol bahkan dapat dipakai sebagai kunci pemahaman permasalahan dalam dua karya Franz Kafka, Das Urteil dan 'Ein Traum_
Pembahasan skripsi ini mempergunakan beberapa pendekatan yang memungkinkan adanya perbandingan dengan beberapa karya Franz Kafka lainnya seperti Die Nachbar, Auf der Galerie dan lain lainnya. Teori perspektif yang dipergunakan adalah teori dari Josef Stanzel, sedangkan teori psikoanalisa yang dipakai adalah teori psikoanalisa Sigmund Freud.
Hasil penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan terhadap kedua cerpen terpilih; Das Urteil dan Ein Traum membuktikan bahwa analisa perspektif cerita dalam kedua cerpen ini dapat dipakai sebagai kunci pemahaman permasalahan cerita. Pembahasan skripsi ini juga telah membuktikan bahwa Kafka memakai elemen ini untuk menggambarkan berbagai hal yang bersifat psikologis seperti hubungan antara seorang anak laki-laki, dalam Das Urteil dan proses lahimya sebuah karya sastra berdasarkan teori Sigmund Freud, dalam cerpen Ein Traum.

"
1995
S14654
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Djoko Setiawan
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan beragam pada masyarakat Belanda pada awal abad 19 dan bagaimana Arthur van Schendel melihat masalah tersebut. Penelitian dilakukan dnegan cara meneliti data di dalam roman tersebut, kemudian melalui pendekatan sosiologis, data tersebut dilihat hubungannya dengan kenyataan sejarah yang terjadi pada masa tersebut.
Dari penelitian tersebut penulis mendapatkan kesimpulan (1) pengkotakan masyarakat berdasarkan agama (verzuiling) yang terjadi pada awal abad 19 merupakan warisan pertentangan yang bermula pada awal abad 16 yaitu yaitu ketika Pengeran Willem van Oranye dan kaum Kalvinis memenangkan pertempuran melawan Spanyol; (2) Atas keadaan tersebut Artur van Schendel memberikan kritik-kritiknya dan menginginkan adanya kehidupan yang saling berdampingan tanpa adanya pertentangan satu sama lainnya. Ungkapan tersebut diungkapkan dalam scene perkawinan Maarten yang beragama Proetestan dengan Marie yang beragama Katholik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Estella
"ABSTRAK
Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Penciptaannya bagaimanapun juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mengelilingi pengarang sebagai pencipta karya sastra itu sendiri. Faktor tersebut merupakan penga_laman manusiawi pengarang yang,didapatnya dari mengalami, melihat, mendengar atau membaca. Dan karena pengarang merupakan bagian dari masyarakat maka mau tidak mau kar_yanya menampilkan gambaran kehidupan, dengan kata lain merupakan pengungkapan kehidupan-kehidupan, karena ia mengungkap_kan apa yang telah disaksikan, apa yang dialami, dipermenungkan dan dirasakan orang tentang kehidupan. Dan hasil karya ini sebagai salah satu alat komunikasi sudah tentu menggunakan bahasa sebagai medium, di mana bahasa itu merupakan ciptaan sosial. Dengan demikian terdapatlah hubungan antara pengarang, masyarakat dan sastra, dan dalam sosiologi sastra hubungan tersebut dipelajari_

"
1984
S14714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Putra
"Karya-karya Franz Kafka pada umumnya ditandai oleh dominannya kehadiran ironi verbal dan ironi tragik. Begitu halus dan baiknya kehadiran kedua jenis ironi itu sehingga pembaca tidak sempat lagi menyadari bahwa karya yang sedang dihadapinya sangat sarat dengan ironi verbal dan ironi tragik. Paradoks, aimbiguitas dan ambivalensi merupakan unsur-unsur utama yang harus mendapat perhatian serius dalam membahas ironi dengan berbagai aspeknya. Ironi verbal dan ironi tragik membuka kemungkinan yang amat luas bagi munculnya berbagai macam tafsiran atas satu permasalahan yang sama dan tidak jarang tafsiran tersebut satu sama lainnya sangat bertolak belakang. Pembahasan berbagai makna yang muncul melalui ironi verbal dan ironi tragik didasarkan pada definisi-definisi mengenai kedua jenis ironi itu yang diterima secara umum di kalangan pakar sastra. Mengingat sangat banyak dan seringnya kehadiran iro_ni verbal dan ironi tragik maka saya memilah-milah dan meng_klasifikannya ke dalam beberapa pokok permasalahan yang sa_ma sehingga ironi tersebut tidak bercampur baur satu dengan lainnya. Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa semenjak awal sampai akhir roman das Schloss ironi verbal dan ironi tragik muncul dalam hampir setiap kesempatan. Kedua jenis ironi itu saling isi-mengisi dan mengukuhkan sehingga karya Kafka ini tetap menjadi misteri. Kesimpulan penting lainnya adalah bahwa kebenaran taf'siran atas ironi verbal dan ironi tragik selalu bersifat sangat nisbi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14695
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Suryani
"Eline Vere adalah roman pertama yang ditulis oleh Louis Couperus, yang sekaligus menjadi penentu jati diri Louis Couperus sebagai penulis prosa. Seperti halnya roman Louis Couperus lainnya, yang pada umumnya bertema kekuatan noodlot atau takdir atas kehidupan manusia, Eline Vere menggambarkan hal serupa. Nasib manusia dibatasi oleh faktor keturunan dan lingkungan merupakan tema Eline Vere yang disimpulkan dari enam motif utama yang terdapat,di dalam cerita. Ada keraguan tentang aliran sastra yang menjiwai roman tersebut, karena ada dua kemungkinan aliran yang dominan di dalamnya, yaitu Naturalisme dan Dekadensi. Analisis tema, motif dan penokohan menunjukkan bahwa Eline Vere memiliki aspek dan ciri kedua aliran tersebut, dengan aspek Dekadensi yang lebih dominan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thermalita Lestari
"Skripsi ini membahas mengenai tema dalam cerpen Nalgae dengan menjelaskan gagasan-gagasan kecil serta unsur surealisme yang berkaitan dengan tokoh-tokohnya. Metode yang digunakan adalah metode close reading. Teori yang digunakan meliputi tema, tokoh dan penokohan, latar, dan surealisme. Hasil analisis yang diperoleh adalah unsur surealisme yang berupa tokoh dan latar berfungsi untuk menegaskan gambaran kondisi batin para tokoh yang dapat mendukung tema itu sendiri, yaitu ketidakmampuan aku dalam beradaptasi dengan kenyataan.

This thesis discusses about the theme of Yi Sang's work Nalgae by explaining its small ideas and surrealism elements associated with the characters. The method used in this study is a method of close reading. The theory used include themes, characters and characterizations, setting, and surrealism. Analytical results proved that the elements of surrealism in the form of character and setting serves to emphasize the mental condition of the characters that can support the theme itself, namely the inability of "I" to adapt in reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shelma Rachmahyanti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas novel Njai Isah karya Sie Lip Lap dan Tjerita Njai Dasima karya G. Francis. Kedua novel ini mengisahkan kehidupan perempuan pribumi yang menjadi gundik orang Eropa atau Tionghoa pada zaman kolonial. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sastra. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Melalui metode deskriptif analitis terbukti bahwa ada perbedaan terhadap konsep nyai yang ada dalam cerita Njai Isah karya Sie Lip Lap dan Tjerita Njai Dasima karya G. Francis yang dilatarbelakangi oleh sudut pandang pencerita.

ABSTRACT
This thesis analyses the novel Njai Isah by Sie Lip Lap and Tjerita Njai Dasima by G. Francis. Both of these novels tell the story of native women who became mistresses to Europeans and Chinese people in the colonial period. The research is completed using the analytical descriptive method. Using this method, it is proven that there are different concepts of nyai within the story in Njai Isah by Sie Lip Lap and Tjerita Njai Dasima by G. Francis, which are based on writers perspective. Keywords Malay Tionghoa literature, comparison, concubinage, colonial period, Sie Lip Lap, G. Francis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Fransiscus
"Pengeksplorasian sebuah fakta sejarah menjadi sebuah roman sejarah merupakan sebuah keniscayaan apabila sekat-sekat penulisan sejarah secara jujur dan profesional sudah tertutup. Mengingat hakekat sastra lebih terpusat pada unsur estetiknya maka wajar pulalah sebuah kisah sejarah yang menjadi bahan penulisan roman sejarah penuh dengan bias atau dramatisasi fakta. Bagi seorang yang mencintai dunia kusastraan, dramatisasi kisah sejarah itu bukanlah hal yang harus dicibir. Bagaimanapun seorang penulis roman sejarah yang baik bukanlah sekedar mendramatisasi kisah yang diambilnya. Roman sejarah yang ditulis tidaklah sekedar dicomot begitu saja dari hamparan fakta sejarah yang ada. Dalam kisah sejarah yang diambil oleh Mangunwijaya terdapat sebuah tendesi yang begitu jelas. Fenomena tentang terlihatnya hubungan yang jelas antara fakta masa kini dan masa lalu menjadi landasan bagi Mangunwijaya menetapkan sejarah Mataram II sebagai bahan penulisan romannya. Kekuasaan yang semena-mena, kemunafikan, pengingkaran hak azasi manusia, dan kekejaman yang luar biasa masa lalu ternyata masih berlangsung terus hingga di zaman yang kita klaim sebagai era modern ini. Mangunwijaya mendramatisasi fakta sejarah Mataram II itu dengan fokus cerita pada adanya perlawanan-perlawanan yang sangat radikal dari sosok-sosok yang melambangkan kekurangberdayaan, yaitu kaum wanita. Dengan cerdik dan sinis, Mangunwijaya mengambil contoh perlawanan yang dilakukan para wanita itu dan strata terbawah di masyarakat. Roro Mendut, Genduk Duku, dan Lusi Lindri merupakan simbol perlawanan itu. Secara sinis Mangunwijaya memperlihatkan pada kita ternyata sikap ksatria itu bukan datang dari masyarakat yang mengakui mewarisi darah biru (para bangsawan). Sikap ksatria ternyata dapat dimiliki oleh siapa saja dan dari golongan masyarakat mama saja selama insan itu menyadari dan berani menyuarakan suara hati nuraninya. Sebab bukankah ada sebuah kalimat filosofis yang berbunyi, Cogito Ergo Sum? Saya berpikir maka saya ada."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>