Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 233519 Document(s) match with the query
cover
Lina Yuliana
"Keberadaan perpustakaan SMA yang baik sangat penting, karena setelah menyelesaikan SMA, siswa-siswi akan memasuki perguruan tinggi. Ketika melanjutkan ke perguruan tinggi mereka dituntut untuk belajar mandiri. Apabila siswa-siswi SMA tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi, ia akan bekerja pada suatu lembaga yang kemungkinan besar dituntut untuk mencari informasi secara mandiri dalam rangka menyelesaikan tugas sehari-hari dan harus menggunakan perpustakaan pada tempat mereka bekerja (Subagyo, 1995 : 4). Perpustakaan sekolah dapat menjadi bekal utama mereka dalam upaya belajar mandiri untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Di SMA Negeri 8 Jakarta, perpustakaan sekolah yang pada awalnya didirikan hanya sebagai ruangan tempat penyimpanan buku dan belum memiliki tempat baca bagi pengunjungnya. Sarana yang ada hanya lemari dan tempat buku-buku paket, beberapa buah buku cerita beserta buku pengetahuan murni lainnya dengan jumlah yang masih terbatas. Walaupun dengan penampilan seperti ini, perpustakaan di SMA Negeri 8 tetap bisa menarik perhatian masyarakat SMA Negeri 8 Jakarta, yang menggunakan perpustakaan sekolah untuk melakukan penelitian sederhana dan juga sebagai tempat rekreasi yang efektif bagi para siswanya. Penelitian sederhana yang dimaksud disini adalah kegiatan karya ilmiah, praktek laboratorium, dan percobaan-percobaan ilmiah lainnya. Sedangkan sarana rekreasi yang dimaksud adalah seperti meluangkan waktu untuk membaca koleksi perpustakaan yang sifatnya menghibur seperti membaca novel, koran, atau majalah untuk menambah pengetahuan umum mereka. Di kebanyakan sekolah, termasuk sekolah-sekolah negeri, koleksi perpustakaan yang dikelolanya terbatas pada buku-buku paket kiriman pemerintah karena tidak memiliki koleksi yang lain, kalaupun ada koleksi lainnya jumlah judul dan eksemplarnya sedikit serta kondisi bukunya sudah lusuh karena sudah lama dan sering dipinjam oleh siswa dan guru. Bahkan, sebagian dari sekolah-_sekolah tersebut ada yang tidak memiliki ruang perpustakaan secara khusus karena keterbatasan ruang dan dianggap keberadaannya kurang begitu penting (Hermawam, 2004). Salah satu faktor utama menghambat suatu perpustakaan untuk berkembang adalah dana. Tapi dalam penelitian ini penulis tidak membahas tentang manajemen perpustakaan. Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah tentang kebutuhan informasi siswa-siswi SMA Negeri 8 Jakarta dalam kegiatan belajarnya, dan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh siswa-siswi SMA Negeri 8 Jakarta berkaitan dengan minat mereka? Selain perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi dan belajar tentu masih banyak lagi sumber-sumber informasi lain yang dapat digunakan oleh siswa-siswi SMA Negeri 8 Jakarta dalam memenuhi kebutuhan mereka. Karena itu adakah sumber informasi lain yang mereka gunakan selain perpustakaan sekolah dalam memenuhi kebutuhan mereka? Siswa-siswi juga akan ditanyakan pendapat mereka terhadap perpustakaan SMA Negeri 8 Jakarta sebagai sumber informasi berkaitan dengan kebutuhan yang mereka inginkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Catur Westi
"Penelitian mengenai pemakaian bahasa prokem ini dilakukan di SMA Negeri 8 Jakarta. Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana pemakaian bahasa prokem oleh para remaja, dan bagaimana keberadaan bahasa prokem di masa yang akan datang. Pengumpulan data diperoleh melalui penyebaran kuesioner pada 100 orang responden yang kemudian dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis meliputi pemakaian bahasa prokem responden yang berhubungan dengan kawan bicara, situasi percakapan, dan topik pembicaraan. Kesimpulan akhir menunjukkan bahwa pemakaian bahasa prokem begitu meluas dalam berbagai situasi dan topik pembicaran serta dengan kawan bicara. Remaja mempunyai potensi yang besar dalam memperluas bahasa prokem ke kalangan di luar mereka. Kecenderungan tersebut memperlihatkan bahwa bahasa prokem akan dapat terus bertahan hidup."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S10839
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Taufiq Rohman
"Penelitian ini bertujuan nntuk memperoleh data ernpiris keterkaitan antara status sosial ekonomi orang tua dan sosialisasi keluarga dalam menunjang prestasi belajar siswa di sekolah. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara mendalam. Agar data mempunyai validitas yang kuat, maka dilakukan cross chek terhadap orang tua, teman siswa serta guru dari sampel utama tersebut. Guna memperoleh gambaran yang nyata, selain wawancara dilakukan juga observasi, serta penyebaran angket kepada 100 orang responden (siswa), pengamatan serta pengumpulan data sekunder sebagai data pendukung. Pemilihan 8 sampel utama dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan khusus dengan rnelalui kriteria tertentu dan keterbatasan waktu penelitian , terdiri dari 4 siswa jurusan IPA yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "tinggi" , dan 4 orang siswa jurusan IPS yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "rendah".
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Artinya bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi tinggi, walaupun banyak kesempatan memiliki berbagai fasiiitas yang diberikan keluarga seperti bimbingan beiajar, les privat, kebutuhan bulcu, komputer, penyediaan ruang belajar khusus dan lain sebagainya, belum menjamin berpretasi tinggi di sekolah. Sedangkan di sisi yang lain bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi rendah, walaupun tidak dilengkapi fasilitas keluarga, tetapi sebagian dari sampel tersebut ada yang beprestasi tinggi. Hasil penelitian memberikan kecenderungan bahwa kemampuan untuk memiliki dan menggunakan berbagai fasilitas pendidikan, ternyata hampir sebagian besar responden yang memiliki prestasi belajar "tinggi" memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Sedangkan yang tidak mcmanfaalkan secara maksimal fasilitas-fasilitas tersebut walaupun dari golongan status sosial ekonomi tinggi, temyata prestasi belajar siswa "rendah".
Hasil wawancara yang mendalam terhadap responden utama dan didukung oleh pengamatan terhadap 100 siswa, temyata ada variabel lain yang cukup menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, variabel tersebut adalah sosialisasi anak di dalam keluarga. Artinya siswa yang berasal dari status sosial ekonomi "tinggi", kalau tidak ada perhatian dad orang tua dan alokasi pembagian belajar yang tepat di rumah serta tidak aktif (jarang) berkomunikasi dengan keluarga, temyata ada kecenderungan bahwa prestasi belajar siswa tersebut ?rendah?, begitu juga sebaliknya, dan dari responden pendukung ditemukan pula bahwa kebanyakan siswa yang mendapatkan pelajaran tambahan seperti : les privat, bimbingan belajar, dan kelompok belajar, mempunyai prestasi tinggi, hanya sebagian kecil saja siswa yang mempunyai prestasi rendah.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh status sosial ekonomi saja, tetapi juga faktor lain yang berasal dari sosialisasi siswa dalam keluarga. Salah satu faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah kemampuan (IQ).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada orang tua, gum sebagai pendidik, manajemen sekolah, komite sekolah , peneliti lain serta institusi pendidikan ( Dinas Pendidikan dan Departemen Pendidikan Nasional ) untuk lebih memperhatikan anak/siswa dalam proses pembelajarannya dengan melihat latar belakang kondisi status sosial ekonomi yang dimiliki sehingga nantinya siswa tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang diinginkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Esanda Luthfia Nashir
"Pandemi COVID-19 berdampak pada berbagai aspek termasuk pendidikan, mencakup tingkat stres dan motivasi belajar siswa kelas XII SMA. Prevalensi tinggi pada tingkat stres di masa pandemi maupun transisi kerap kali ditemui, terutama pada siswa-siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat stres dan motivasi belajar siswa-siswi kelas XII SMA wilayah Jakarta Timur di masa transisi pandemi COVID-19. Sampel penelitian ini adalah 434 siswa-siswi SMA di Wilayah Jakarta Timur dengan desain penelitian deskriptif korelasional, pendekatan kuantitatif cross-sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen Perceived Stress Scale (PSS-10) dan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ). Hasil penelitian dilakukan dengan Uji T-Test menghasilkan adanya hubungan signifikan antara tingkat stres dan motivasi belajar siswa-siswi kelas XII SMAN Wilayah Jakarta Timur pada Masa Transisi Pandemi COVID-19 (P Value=0,014). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti merekomendasikan seluruh pihak termasuk institusi pendidikan untuk melakukan berbagai upaya yang dapat meminimalisir tingginya tingkat stres, meningkatkan motivasi belajar, melakukan bimbingan konseling, dan mengevaluasi program pendidikan baik secara umum maupun secara khusus melalui kebutuhan dasar, kesehatan mental keluarga, anak, dan komunitas.

The COVID-19 pandemic impacted various aspects such as education, stress levels, and learning motivation of class XII high school students. A high prevalence of stress levels during pandemics and transitions is often found, especially among students. This study aims to identify the relationship between stress levels and learning motivation of class XII students at East Jakarta regional high school during the transition period of the COVID-19 pandemic. The sample of this research was 434 high school students in East Jakarta with a correlational descriptive research design and a cross-sectional quantitative approach. This study used the Perceived Stress Scale (PSS-10) and Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) instruments. The results of the research were carried out using the T-Test which resulted in a significant relationship between stress levels and learning motivation of class XII students in East Jakarta Regional Public High School during the COVID-19 Pandemic Transition Period (P Value = 0.014). Based on the research findings, the researchers recommend all parties together with educational institutions to make various efforts in order to minimize high levels of stress, increase learning motivation, conduct counseling, and evaluate educational programs both in general and specifically through basic needs, family mental health, children, and community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carissa Ramadhania Oktaviani
"Kebugaran kardiorespiratori merupakan kemampuan jantung dan paru-paru untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi ke jaringan terutama otot untuk memungkinkan latihan berkelanjutan. Kebugaran kardiorespiratori mengukur kapasitas maksimal oksigen seseorang menggunakan VO₂max. Kebugaran yang rendah pada remaja dapat menurunkan konsentrasi belajar, menurunnya prestasi, juga bermanifestasi pada penyakit degeneratif di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi nilai estimasi VO₂max dengan status hidrasi, status gizi, asupan zat gizi, aktivitas fisik, dan jenis kelamin pada siswa-siswi SMA Negeri 34 Jakarta tahun 2025. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari 2025 kepada 99 siswa-siswi kelas XI SMA Negeri 34 Jakarta yang telah memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan data variabel nilai estimasi VO₂max diambil menggunakan metode Queen’s College Step Test dan untuk variabel lainnya menggunakan metode PURI (Pengambilan Urin Sendiri), kuesioner, wawancara food recall, serta pengukuran antropometri. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi dan uji t-independen. Hasil analisis menunjukkan 22,2% siswa-siswi tergolong tidak bugar. Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan asupan cairan dengan tingkat kebugaran kardiorespiratori. Berdasarkan hasil tersebut, disarankan bagi sekolah untuk mengadakan pemeriksaan kebugaran rutin dan memberikan edukasi mengenai gizi seimbang dan pentingnya konsumsi air putih.

Cardiorespiratory fitness is the ability of the heart and lungs to deliver oxygen and nutrients to body tissues, especially muscles, to enable sustained physical activity. Cardiorespiratory fitness measures a person's maximum oxygen capacity using VO₂max. Low cardiorespiratory fitness in adolescents can negatively affect concentration, reduce academic performance, and increase the risk of degenerative diseases in later life. This study aims to analyze the correlation between estimated VO₂max and hydration status, nutritional status, nutrient intake, physical activity, and gender among students of SMA Negeri 34 Jakarta in 2025. This quantitative research used a cross-sectional design and involved 99 eleventh-grade students who met the inclusion criteria. VO₂max estimation was obtained using the Queen’s College Step Test, while other variables were measured using the PURI method (self collected urine test), questionnaires, food recall interviews, and anthropometric measurements. Data were analyzed using correlation tests and independent t-tests. The results showed that 22,2% of the students were classified as unfit. A significant correlation was found between cardiorespiratory fitness and gender, as well as water intake. Based on these findings, it is recommended that schools implement routine fitness assessments and provide nutrition education focusing on balanced diets and the importance of adequate water consumption."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Purwanti
"Tesis ini mencoba melihat mengenai implementasi nilai-nilai "Budi BAMBU" (Baik Arif Mumpuni Berani Ulet ) dengan menggunaan pisau analisa dari Lickona. BAMBU, merupakan nilai-nilai budi strategis yang dikembangkan untuk membangun karakter di SMAN 106 Jakarta. Jenis penelitiannya adalah studi kasus, dasar ini yang kemudian mengarahkan pada pendekatan kualitatif sebagai metode yang digunakan. Data kuantitatif digunakan untuk mendukung proses analisa yang dilakukan. Informan yang dipilih dalam proses pencarian data merupkan stakeholder yang terlibat lansung dalam pelaksanaan kegiatan ini, atau dengan kata lain dipilih secara perposive. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, penelusuran dokumen, studi pustaka dan angket/kuesioner.
Berdasarkan temuan lapangan, dalam nilai Budi BAMBU dibagi menjadi tiga yaitu pembuat kebijakan, pengguna kebijakan di dalam sekolah dan pengguna kebijakan di luar sekolah. Secara umum, Nilai-nilai ?budi BAMBU? secara umum stakeholders sudah memahami dan melaksanakan nilai-nilai "BAMBU". Dalam hal pelanggaran yang dilakukan dapat ditoleransi serta dilakukan dilakukan pembinaan sebagai konsekuensinya. Secara umum nilai budi BAMBU diterapkan dalam kehidupan di sekolah.
Berdasarkan pengolahan hasil penelitian ditemukan tiga tipe kepribadian yaitu tipe idealis, kompromistis dan berfikir kritis. Pada penelitian ini ditemukan pula model yang dilakukan oleh sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai "BAMBU" sebagai bentuk rekomendasi model dalam pembentukan karakter siswa.

This thesis attempts to look at the implementation the values of 'Budi BAMBU' by the use of knives analysis of Lickona. BAMBU, the values developed strategic minds to build character in SMAN 106 Jakarta. Type of research is a case study, this base which then leads to a qualitative approach as the method used. Quantitative data used to support the process of the analysis carried out. Informants were selected in the search process the data is a stakeholders involved directly in the implementation of these activities, or in other words chosen at perposive. Data collection was performed using in-depth interviews, observation, document tracking, literature study and questionnaire.
Based on the findings from the field, the value of 'Budi BAMBU' divided into three, namely policy makers, user policies in schools and outside school policy manual. In general, values of "Budi BAMBU" in general stakeholders already understand and implement the values of "Budi BAMBU". In the event that violations can be tolerated and do be developed as a consequence. In general, the cultivation BAMBU applied in school life.
Based on the processing results of the study found three personality types, namely the type of idealistic, uncompromising and critical thinking. In this study also found that the model is done by the school in implementing the values of "BAMBOO" as a form of recommendation models in the formation of student character.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Mini Adi Prianto
"Pemerintah menyadari pentingnya kebutuhan pendidikan bagi rakyatnya agar siap menghadapi tantangan dalam era globalisasi yang tengah melanda dunia. Pendidikan dirasakan sangat penting untuk mengembangkan potensi seseorang. Tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah mengusahakan suatu lingkungan dimana setiap anak didik diberi kesempatan untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, baik sesuai dengan kebutuhannya maupun kebutuhan masyarakatnya (Utami Munandar, 1990). Oleh karena itu, pemerintah menekankan pentingnya pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, kreatif dan berprestasi di berbagai bidang.
Hal ini tidak hanya berlaku untuk anak yang normal saja tetapi juga berlaku bagi anak-anak yang mengalami cacat maupun anak-anak dengan kemampuan dan kecerdasan yang luar biasa. Selama ini pemerintah telah mengusahakan berbagai pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi anak-anak cacat agar bisa maju dan berkembang. Dengan mengusahakan berbagai sarana dan alat bantu yang dibutuhkan. Namun bagi anak-anak dengan kemampuan yang unggul belum dapat mengembangkan potensinya dalam suatu sekolah khusus karena pemerintah selama ini hanya menyediakan sekolah-sekolah umum, sehingga anak-anak dengan kemampuan unggul berkembang bersama anak-anak normal. Anak-anak yang tergolong cerdas dan berbakat menjadi kurang dapat mencapai prestasi yang seharusnya ditampilkan karena rangsangan yang kurang sesuai. Sedangkan mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai bakat dan minatnya.
Sistem pendidikan di Indonesia pada dasarnya juga mendukung perlunya perhatian khusus bagi anak-anak yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Hal ini telah dikemukakan dalam GBHN tahun 1993 dan Pasal 8 ayat 2 UU Pendidikan No. 11 tahun 1989.
Secara implisit hal-hal tersebut mengisyaratkan perlunya menyelenggarakan sekolah unggul sebagai salah satu alternatif untuk melayani anak-anak yang berbakat unggul, atau disebut juga anak-anak dengan kemampuan dan kecerdasan luar biasa.
Secara khusus, sekolah unggul bertujuan menghasilkan keluaran pendidikan yang memiliki keunggulan dalam hal-hal sebagai betikut, yaitu (a) keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) nasionalisme dan patriotisme yang tinggi; (c) wawasan IPTEK yang mendalam dan luas; (d) motivasi dan komitmen yang tinggi. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zainuddin
"Perkembangan penalaran moral ditentukan oleh banyak faktor antara lain faktor lingkungan keluarga dan sekolah. Dalam lingkungan keluarga, proses pengasuhan khususnya ayah berperan dalam perkembangan penalaran moral remaja. Begitu juga dalam lingkungan sekolah, teman sebaya memiliki andil yang cukup berarti. Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih dikaitkan dengan peran sehagai pendukung ekonomi yang membutuhkan keterampilan intelektual (Phares, 1996) sehingga keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Sesuai dengan perkembangan zaman jumlah wanita yang bekerja meningkat, ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam pengasuhan anak.
Penelitian ini mengenai perkembangan penalaran moral remaja dikaitkan dengan peran ayah dan peran teman sebaya. Tujuan penelitian ini adalah (1) membuktikan apakah ayah berperan dalam pencapaian tahap penalaran moral remaja (2) membuktikan apakah teman sebaya berperan dalam pencapaian tahap penalaran moral remaja dan (3) membuktikan apakah ayah dan teman sebaya secara bersama-sama berperan dalam pencapaian tahap penalaran moral remaja.
Sampel penelitian ini adalah 160 siswa SMA Lab. School Rawamangun Jakarta kelas II tahun ajaran 2004/2005. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner persepsi remaja terhadap peran ayah yang disusun berdasarkan dimensi pengasuhan yang dikembangkan oleh Barber. Alat ukur lain adalah kuesioner persepsi remaja terhadap peran teman sebaya berdasarkan dimensi kelekatan remaja dengan teman sebaya dari Armsden & Greensberg. Untuk mengukur tahap penalaran moral remaja digunakan Defining Issues Test (DIT) yang dikembangkan oleh Rest. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi.
Hasil penelitian menunjukkan ballwa peran ayah dan peran teman sebaya menunjukkan tidak ada hubungannya dengan perkembangan penalaran moral remaja. Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori mungkin disebabkan peran ayah khususnya di Indonesia memang tidak sebesar di negara Barat, walaupun ayah ikut terlibat dalam kegiatan rumah tangga namun umumnya masih berpegang pada norma-norma mengenai pembagian kerja. Selain itu alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Meskipun demikian, orangtua terutama ayah perlu juga memperhatikan hal seperti yang dikatakan dalam berbagai tinjauan teoritis bahwa ayah yang berperan aktif dalam pengasuhan remaja akan mengurangi terjadinya ketimpangan dalam pertumbuhan remaja tersebut khususnya perkembangan penalaran moral.
Saran utama yang diajukan sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perkembangan penalaran moral remaja agar didapatkan gambaran faktor-faktor lain yang ikut memberikan kontribusi. Saran juga ditujukan kepada keluarga, sekolah, dan praktisi pendidikan sehingga memiliki gambaran dalam rangka melakukan pembinanan terhadap moral remaja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Arief
"Pendidikan lingkungan sangat penting bagi para siswa. Hal ini dikarenakan pendidikan tersebut memberikan pengetahuan mengenai lingkungan hidup. Dari pengetahuan yang dimiliki para siswa mengenai masalah lingkungan hidup tersebut akan membentuk sikap serta perilaku mereka terhadap lingkungan hidup dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun demikian, pendidikan lingkungan secara khusus tidak diajarkan dalam kurikulum di tingkat SMA, namun masalah lingkungan telah diajarkan secara tersebar dalam berbagai mata ajaran. Hal ini terlihat dalam Pendidikan Agama, PMP, Bahasa Inggris dan berbagai mata ajaran lainnya.
Secara teoritis pendidikan lingkungan telah diperoleh selama 11 tahun yaitu dari Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Tingkat Pertama ini akan mempengaruhi aspek pengetahuan, perasaan dan perilaku mereka. Pada jenjang SMA ini pendidikan lingkungan sudah bersifat mendalam, luas baik secara teoritis maupun praktis Namun demikian dalam menyerap pelajaran di sekolah responden yang terdiri dari siswa SMA 8 dan siswa SMA 38 mengalami perbedaan. Umumnya 62,50 % siswa SMA 8 sangat tahu terhadap masalah lingkungan. Hal ini berbeda dengan siswa SMA 38 yang hanya 31,30 % sangat tahu masalah lingkungan. Rata-rata responden sangat tanggap terhadap lingkungan (61,87 %-). Sedangkan perilaku mereka dalam keterlibatan terhadap masalah lingkungan khususnya kebersihan cukup baik.
Respon mereka terhadap masalah lingkungan.seperti melihat tetangga membuang sampah di sembarang tempat mayoritas responden (51,9 % ) hanya mendiamkan (26,3 %). Nampak disini bahwa respon mereka masih sangat kurang untuk menanggapi persoalan diatas.
Walaupun demikian kesadaran mereka untuk membayar restribusi sampah, tindakan mereka dalam membantu bencana alam, tindakan untuk tidak mencorat-coret di tembok sudah memiliki tanggapan yang cukup baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagaian besar responden memiliki pola perilaku positif terhadap masalah-masalah lingkungan.
Mengenai tingkat pemahaman dan sikap mereka terhadap lingkungan tidak terdapat korelasi. Demikian juga tingkat pemahaman terhadap perilaku untuk taraf signifikan 1 % tidak ada korelasi. Namun dalam masalah sikap siswa dengan pola perilakunya dalam menghadapi masalah lingkungan terdapat korelasi."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>