Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173643 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Ariati
"Untuk dapat berbahasa dengan baik orang harus mengetahui dan mentaati kaidah kaidah dari bahasa yang bersangkutan. Kaidah-kaidah ini kita sebut tatabahasa. Pada umumnya yang disebut tatabahasa meliputi bidang ilmu bunyi, ilmu kata dan ilmu kalimat. Dalam skripsi ini saya akan membahas sebagian dari masalah bidang ilmu bunyi (fonologi) yaitu dua ma-cam konsonan: konsonan distan dan konsonan kontigu. Untuk pembahasan kedua konsonan tersebut lebihbaik terlebih dahulu akan dibahas ilmu mengenai fonem atau fonologi secara umum. Fonologi secara umum harus di uraikan terlebih dahulu untuk mencegah kekeliruan yang muncui karena banyaknya istilah-istilah yang sama dengan arti yang berlainan. Fonologi dari tiap-tiap bahasa tidaklah sama. Demikian pula penggolongan konsonan distan dan konsonan kontigu untuk tiap bahasa pun tidak sama. Dalam skripsi ini saya memilih konsonan distan dan konsonan kontigu dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Kemudian mengadakan perbandingan kedua konsonan itu dalam dua bahasa tersebut. Untuk perbandingan saya mengambil bentuk dasar kata dari kedua bahasa tersebut dengan ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1978
S15882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nittrasatri Handayani
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dianita Indrawati
"Makalah ini membahas refleksi konsonan Proto-Austronesia menjadi konsonan rangkap homorgan bahasa Madura dalam perspektif linguistik historis komparatif. Dalam bahasa Madura, konsonan rangkap atau gugus konsonan ada yang yang homorgan dan rangkap identik. Artinya, konsonan rangkap itu merupakan konsonan yang sama. Konsonan rangkap tersebut merupakan refleksi dari konsonan tunggal dan konsonan rangkap Proto-Austronesia. Hampir semua konsonan dalam bahasa Madura merupakan konsonan rangkap identik. Refleksi konsonan Proto-Austronesia menjadi konsonan rangkap bahasa Madura dapat melalui analogi, asimilasi, disimilasi, pewarisan linier, dan pewarisan dengan perubahan.

This paper discussdabout consonant reflection of Proto-Austronesian that became consonant cluster of homorgan Madurese language in comparative historical linguistic perspective. In the language of Madura, consonant cluster or clusters have homorgan and duplicate identical. It mean that, the double consonants are the same consonants. Consonant cluster was a reflection of a single consonant and consonant cluster Proto-Austronesian. Almost all consonants in the language of Madura was consonant cluster identity. The Reflection consonant of Proto-Austronesian which became consonant cluster ofMadurese language can be seen through analogy, assimilation, dissimilation, linear inheritance, and inheritance with the changes."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 JIKKT 4:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andriyanti Dwi Putri Mulyono
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas mengenai kata tiruan bahasa Korea lingkup benda alam dalam komik yang berjudul ldquo;4 kheot Cartoon Hanguko Eutaeeo. Euiseongeo rdquo; karya Lee Kyeong Eun dan Choe Hui Jeong dan ldquo;yeppeun gongju euiseongeo donghwa euitaeo dongsi rdquo; karya Moon Man Seok dan Jeong Mi Geum. Penulis menganalisis makna yang dihasilkan dari bentuk variasi vokal dan konsonan kata tiruan bahasa Korea. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa 19 kata tiruan dalam korpus memiliki bentuk variasi vokal dan konsonan yang mempengaruhi nuansa dan makna kata tersebut. Kata tiruan dengan vokal? lsquo;a rsquo; dan? lsquo;o rsquo; , memberikan nuansa yang lebih terang dan kecil dibandingkan dengan kata yang bervokal ? lsquo;eo rsquo; dan ? lsquo;u rsquo;. Konsonan ganda dan konsonan aspiratif memberikan nuansa yang lebih kuat dan keras dibandingkan dengan kata yang berkonsonan tunggal.

ABSTRACT
This journal discusses Korean imitation word of natural objects in Lee Kyeong Eun and Choe Hui Jeong rsquo s ldquo 4 kheot Cartoon Hanguko Eutaeeo. Euiseongeo rdquo and Moon Man Seok and Jeong Mi Geum rsquo s ldquo yeppeun gongju euiseongeo donghwa euitaeo dongsi rdquo comics. The writer analyze the effect of vowel and consonant variation in Korean imitation words meaning. In doing this research, the writer used descriptive qualitative method. The result shows that 19 imitation words in the corpus have variations of vowels and consonants that affect the nuance and meaning of the word. Imitation word with lsquo a rsquo and lsquo o rsquo vowels, give lighter and smaller nuance than the word with lsquo eo rsquo and lsquo u rsquo vowels. The intensive consonants and aspirated consonants gives stronger and harder nuance than the simple consonants."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anar Tiur
"ABSTRAK
Linguistik sebagai bidang studi yang sangat menarik merupakan pendorong bagi saya untuk menulis skripsi ini. Karena selama mengikuti kuliah, saya dan teman - teman lainnya sexing menemui kesulitan dalam menghadapi masalah kala, maka timbul keinginan saya untuk meneliti lebih ianjut kekhususan bentuk-bentuk kala dalam bahasa Belanda dan Cara nenerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Kekhususan bentuk kala dalam tata bahasa Belanda yang ti_dak dikenal dalam bahasa Indonesia inilah yang menimbul_kan perasaan ingin tahu bagi saya , yaitu mengenai bagaimana pemakaian bentuk-bentuk kala tersebut dalam bahasa Belanda dan bagaimana penerjemahan bentuk-bentuk kala tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Yang sangat menarik adalah bahwa satu bentuk kala dapat dipakai untuk sesuatu makna yang sangat berlainan dengan makna asalnya, umpamanya Had ik het gister toch maar gedaan Kalau saja kemarin saya kerjakan hal itu. dalam kalimat ini bentuk kala lampau selesai Chad gedaan) dipakai dalam arti irealis, dan hal seperti ini sering menimbulkan kesulitan dalam penerjemahan. Oleh karena alasan-alasan di ataslah maka saya memilih topik ini.

"
1984
S15775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Loui Farahan
"Setiap bahasa di dunia ini memiliki bunyi bahasa yang berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya. Begitu pula dengan bahasa Jerman dan bahasa Jepang. Kedua bahasa ini memiliki sistem bunyi bahasa dan pelafalan yang berbeda. Interferensi dapat terjadi pada seseorang dalam pelafalan bunyi terutama bunyi bahasa asing, jika ia tidak memperhatikan sistem bunyi bahasa tersebut. Dalam tugas akhir ini dibahas interferensi pelafalan bunyi konsonan dalam bahasa Jerman oleh penyanyi berbahasa ibu bahasa Jepang Cyua dan Mika Kobayashi, yang menyanyikan lagu berbahasa Jerman. Selain itu, dibahas juga jenis interferensi yang dilakukan oleh kedua penyanyi tersebut. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berasal dari lagu yang berjudul Vogel im Käfig dan Bauklötze. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori Weinreich dan Ternes dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada interferensi/penyimpangan dari sistem bunyi bahasa Jerman, dan apa saja bentuk interferensinya pada kedua lagu tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya interferensi pelafalan bunyi konsonan [ç], [h], [k], [ʁ], [ʃ], [ts], [v], [x], [z] dalam bahasa Jerman oleh kedua penyanyi tersebut. Berdasarkan jenis interferensi menurut Weinreich dan Ternes, terjadi 3 jenis interferensi yang dilakukan oleh kedua penyanyi tersebut, yaitu penggantian bunyi [ʁ], [ʃ], [ts], [v], [z], penghilangan bunyi [ç] dan [x], dan penambahan bunyi [h] dan [k].

Each language has its system, phonetically. Just like German, it has a phonetic system that can be interfered with when pronouncing it if the phonetic system is ignored. This research aims at the interference of German consonant pronunciation by Japanese singers, Cyua and Mika Kobayashi, who sing German songs. In this research, the types of interference according to Weinreich and Ternes will be discussed. This research uses a descriptive qualitative method to describe the interferences happened by both singers. The results of this study shows that the interference in the pronunciation of German consonants by both singers, such as [ç], [h], [k], [ʁ], [ʃ], [ts], [v], [x], [z] occurred. Based on the types of interference according to Weinreich and Ternes, there are 3 types of interference made by the two singers such as phone substitution ([ʁ], [ʃ], [ts], [v], [z]), phone omission ([ç] and [x]), and the addition of the phone ([h] and [k])."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moeharti Soesani Moeimam
"Teori dari Keenan dan Comrie (1977), hierarki keterjangkauan/HT (accessibility hierarchy), digunakan sebagai ancangan awal untuk tin¬jauan perbandingan antara klausa relatif bahasa Belanda dan bahasa Indonesia berdasarkan pertimbangan bahwa teori ini pernah diterapkan oleh Keenan dan Comrie pada pembahasan baik klausa relatif dari bahasa Indo Eropa (misaInya bahasa Jerman) maupun klausa relatif dart bahasa Austronesia (misalnya bahasa Batak Toba). Hierarki keterjang¬kauan adalah suatu teori yang memperlihatkan adanya hierarki, sebagai ciri utama dari kaidah berimplikasi, dari posisi-posisi frasa nominal. Posisi frasa nominal itu didasarkan pada fungsi dari suatu konstituen (dalam hal ini: penghubung) yang koreferensial dengan konstituen in¬duk (dalam hal anteseden) dalam klausa relatif. Apabila dalam suatu bahasa terdapat suatu bentuk klausa relatif, berarti terdapat penggunaan P (berkoreferensi dengan anteseden) dengan fungsi tertentu dalam klausa relatif yang sejajar dengan posisi frasa nominal dalam HT.
Hasil penerapan HT pada klausa relatif bahasa Belanda menunjukkan ketaatan bahasa itu terhadap kaidah berimplikasi dari HT. Penentuan posisi frasa nominal yang didasarkan pada fungsi penghubung dalam klausa relatif dengan mudah dapat dilakukan. Berbeda dengan bahasa Belanda, penerapan HT pada bahasa Indonesia mengalami hambatan. Fungsi penghubung dalam klausa relatif bahasa Indonesia perlu lebih dahulu di. identifikasikan. Berdasarkan pengidentifikasian tersebut, terlihat bahwa di dalam bahasa Indonesia pembedaan antara OL dan OTL, seperti dalam bahasa Belanda, tidak relevan. Dengan pembedaan antara OL dan OTL tidak relevan, berarti teori HT (SU > OL > OTL KM >GEN OPEM) sebenarnya (Adak berlaku untuk bahasa Indonesia. Untuk itu, dalam penelitian ini, sesuai dengan keadaan bahasa Indonesia, disusun model teori lain dengan prinsip hierarki yang dipertahankan tetap se¬jajar dengan teori HT. Dalam model teori ini, posisi tidak lagi di¬dasarkan pada fungsi penghubung tetapi pada peran penghubung dalam klausa relatif, sehingga terbentuk model teori seperti berikut:"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T39934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Tjahjasari Mutiara
"Linguistik merupakan mata pelajaran yang sangat menarik yang telah mendorong penulis untuk menyusun skripsi. Kekhususan bentuk pasif, baik di dalam bahasa Belanda maupun di dalam bahasa Indonesia, telah menimbulkan perasaan ingin tahu mengenai bagaimana hal_nya pemakaian bentuk itu dalam hubungan terjermahan dari teks berbahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Tulisan mengenai hal-hal bahasa Belanda dan bahasa Indonesia yang berbentuk buku-buku maupun yang berupa tulisan dalam bentuk artikel--artikel atas dasar hasil penelitian atau penyelidikan banyak kita jumpai, tetapi penyelidikan khusus perbandingan bentuk pasif dalam kedua bahasa ini, dengan menganbil hasil terjernahan se_bagai bahan penyelidikan, belum pernah dilakukan oleh para ahli bahasa yang khusus menyelidiki dan memberikan keterangannya yang lengkap; oleh karena itu penyelidik_an perbandingan dua bahasa ini dapat diangap sebagai penyelidikan yang bersifat pendahuluan. Perbandingan ini mempergunakan metode deskriptif komparatif. Maksud perbandingan ini untuk mendapatkan data dan keterangan yang kiranya akan cukup bermanfaat bagi pengajaran timbal balik kedua bahasa tersebut, terutama seka1i bagi penerjemahan yang sekarang ini..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1980
S15883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leander, Meisyninda Gloriana
"Penelitian mengenai penggunaan alih kode dan campur kode telah dilakukan terhadap ketujuh informan yang merupakan keturunan Orang Depok Asli yang tinggal di Depok, pada bulan April 2006 sampai bulan Mei 2006. Adanya kebijakan pemerintah Hindia Belanda untuk mewajibkan pembelajaran bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar di sekolah menyebabkan Orang Depok Asli menjadi masyarakat bilingual karena mereka mengenal dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Belanda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh penjelasan mengenai ciri_-ciri bahasa Belanda-Pecuk mirip dengan varian bahasa Belanda yang digunakan oleh para informan ketika mereka melakukan alih kode dan campur kode, fungsi penggunaan alih kode oleh para informan serta jenis alih kode yang mereka lakukan, kemampuan tata bahasa para informan dalam membentuk kata dan frasa bahasa Belanda yang bercampur ke dalam bahasa Indonesia, dan kelas kata dalam varian bahasa Belanda yang paling banyak digunakan para informan dalam campur kode ke dalam bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Pengumpulan data yang berupa hasil rekaman diambil dengan cara melakukan percakapan dengan para informan di kediamannya masing-masing. Percakapan tersebut membicarakan hal-hal yang bersifat informal, misalnya masalah keluarga, pekerjaan, gereja, makanan, teman lama, dan kenangan masa kecil. Ragam bahasa yang digunakan pun merupakan ragam bahasa santai, baik bahasa Indonesia maupun bahasa Belanda. Hasilnya menunjukkan bahwa bahasa Belanda yang digunakan oleh para informan merupakan bahasa Belanda ragam santai dan akrab. Varian bahasa tersebut memiliki kemiripan dengan bahasa Belanda-Pecuk pada tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Dengan demikian alih kode yang dilakukan oleh para informan merupakan alih kode dari bahasa Indonesia ke varian bahasa Belanda yang mirip dengan bahasa Belanda-Pecuk. Daum alih kode yang dilakukan ke dalam varian bahasa Belanda ragam santai tersebut hanya memiliki beberapa fungsi seperti yang dirangkum oleh Giesbers (1989:29-30). Tetapi dari 19 fungsi alih kode penulis hanya ditemukan 8 fungsi alih kode yang dilakukan oleh informan. Hasil lain juga menunjukkan bahwa kemampuan informan dalam bercampur kode hanya sampai pada tataran kata. Hal tersebut dapat kita lihat melalui perbandingan jumlah kata dan frasa yang bercampur dalam bahasa Indonesia pada percakapan dengan informan, terbukti bahwa jumlah kata lebih banyak digunakan daripada frasa dan kelas kata yang paling banyak digunakan adalah kelas kata benda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anti Krishardianti
"Adanya keinginan untuk mengetahui proses pembentukan verba berprefik be- dalam bahasa Belanda dan bagaimana pengaruh penambahan prefiks her- pada verba berprefiks be- merupakan titik tolak penulisan skripsi ini. Langkah awal tersebut, dilanjutkan dengan mengadakan pembahasan morfologis, sintaksis dan semantis dari verba berprefiks tersebut. Dan sebagai tujuannya, selain membuat deskripsi mengenai verba berprefiks be- dan herbe- juga ingin menjelaskan keproduktivitasan masing-masing prefiks tersebut. Untuk menunjang pembahasan korpus, dipakai beberapa teori seperti teori S.C. Dik dan J.G. Kooij (1981), Geerts (1985), A. Santen (1984), H. Schultink (1964), J.W. de Vries (1975) dan lain-lain. Kesimpulan yang didapat, pembentukan verba berprefiks be- dan herbe- mengarah pada perubahan morfologis, sitaksis dan semantis. Mengenai keproduktivitasan kedua prefiks ini tergantung dari kemampuannya bergabung dengan bentuk dasar tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>