Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185805 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christine Sutanto
"Dalam pengamatan penulis, seorang, seekor, sebuah dan sebagainya tidak berbeda dengan fungsi-fungsi singularisator, sedangkan Si, Sang, Yang, Itu, -nya, Para dan Kaum dengan funsi definitor. Dalam terjemahan-terjemahan kata-kata tersebut dapat digunakan untuk mengungkapkan kembali ketiga kata sandang dalam bahasa Belanda; een, het dan de. Umumny akata sandang bahasa Belanda berkonstruksi dengan kata benda atau kata yang dibendakan dan letaknya di mukanya. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa kemungkinan konstruksi bentuk-bentuk yang dianggap sebagai kata sandan, yakni dengan kata benda, kata sifat, kata kerja, kata bilangan, kata keterangan lagi pula letaknya tidak selalu di muka kata-kata tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S15778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Augustina Isakh
"Dalam skripsi ini kata sandang Belanda akan dibahas dalam kaitannya dengan substantif yang menyertainya, yang dijabarkan dalam analisis sintagmatis dan analisis paradigmatis; berbagai kasus khusus pemakaian kata sandang de, het, een, dan _ yang nonidiomatis; Berta ciri-ciri sintaksisnya. Selain itu juga akan dibahas ciri-ciri pembeda semantis kata sandang Belanda menurut beberapa pakar linguistik Belanda. Sebagai tambahan juga dibahas mengenai kata tunjuk dalam Bahasa Belanda, yang meliputi deze, die, dit, dan oat. Dalam meneliti kata sandang ini penulis mengadakan penelitian pustaka dan penelitian korpus. Pertama-tama penulis mengumpulkan berbagai sumber rujukan pustaka yang berkaitan, dengan kata sandang. Setelah itu bahasan yang berasal dari sumber tadi dilengkapi dengan penelitian korpus. Dari hasil penelitian tersebut penulis menyimpulkan bahwa kata sandang tidak memiliki makna, namun kata sandang memiliki fungsi, yaitu menentukan kata benda dan mensubstantifkan suatu kata, sehingga erat sekali keterikatan antara kata sandang dan kata benda. Berdasarkan tatabahasa baku Belanda, kata sandang termasuk salah satu kelas kata yang barmakna gramatikal, karena kehadirannya di dalam kalimat harus didampingi Oleh kelas kata benda, sehingga keterikatan tersebut akan memunbulkan makna baru."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Indah Perwitasari
"Penelitian mengenai tekanan kata dalam bahasa Belanda ini ditulis dengan tujuan mencari sistem tekanan kata dalam bahasa Belanda yang jelas, yang dapat menjelaskan mengapa tekanan jatuh pada suku kata pertama (eanada), kedua (bikini), atau ketiga (ohocola) dari kanan. Fonologi linear banyak digunakan untuk mencari dan membahas sistem tekanan. Hasil yang didapat kurang memuaskan karena masih banyak hal yang tidak terpecahkan, misalnya bagaimana ketiga contoh di atas mendapatkan tekanannya masing-masing. Skripsi ini menggunakan fonologi metris untuk membahas tekanan. Fonologi metris berdasarkan suku kata. Ada dua jenis suku kata yang mempunyai kecenderungan besar mendapat tekanan, yaitu suku kata berat, terdiri dari VC dan suku kata superberat, terdiri dari VCC atau VVC. Untuk memperjelas uraian tentang tekanan digunakan pohon kata. Fonologi metris juga mengenal kaki, sifat peka kuantitas, tanda dan arah pada kaki dan pohon kata, yang kesemuanya merupakan parameter yang digunakan untuk menentukan dan menjelaskan tekanan kata dalam bahasa Belanda. Selain itu masih ada lagi beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan tekanan kata, yaitu kaki ekasuku dan keluar matraan cepat dan lambat. Dari pembahasan kedua fonologi disimpulkan bahwa untuk membahas tekanan kata lebih baik menggunakan fonologi metris daripada fonologi linear."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S15810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anar Tiur
"ABSTRAK
Linguistik sebagai bidang studi yang sangat menarik merupakan pendorong bagi saya untuk menulis skripsi ini. Karena selama mengikuti kuliah, saya dan teman - teman lainnya sexing menemui kesulitan dalam menghadapi masalah kala, maka timbul keinginan saya untuk meneliti lebih ianjut kekhususan bentuk-bentuk kala dalam bahasa Belanda dan Cara nenerjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Kekhususan bentuk kala dalam tata bahasa Belanda yang ti_dak dikenal dalam bahasa Indonesia inilah yang menimbul_kan perasaan ingin tahu bagi saya , yaitu mengenai bagaimana pemakaian bentuk-bentuk kala tersebut dalam bahasa Belanda dan bagaimana penerjemahan bentuk-bentuk kala tersebut ke dalam bahasa Indonesia. Yang sangat menarik adalah bahwa satu bentuk kala dapat dipakai untuk sesuatu makna yang sangat berlainan dengan makna asalnya, umpamanya Had ik het gister toch maar gedaan Kalau saja kemarin saya kerjakan hal itu. dalam kalimat ini bentuk kala lampau selesai Chad gedaan) dipakai dalam arti irealis, dan hal seperti ini sering menimbulkan kesulitan dalam penerjemahan. Oleh karena alasan-alasan di ataslah maka saya memilih topik ini.

"
1984
S15775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya keinginan untuk mengetahui di mana letak perbedaan makna kalimat bentuk perfectum dan plusquamperfectum dalam bahasa Belanda, merupakan titik tolak penulisan skripsi ini. Langkah awal tersebut, dimulai dengan menjabarkan sistem verba yang ditinjau dari segi morfologis, sintaktis dan semantis, ketnudian dilanjutkan dengan pembagian bentuk kala dalam bahasa Belanda. Teori Droste (1958), Ebeling (1962), Geerts (1984), Janssen (1989), van den Toorn (1976) dan lain-lain digunakan sebagai patokan pembahasan perbedaan bentuk perfectum dan plusquamperfectum. Simpulan yang dapat ditarik, bahwa perbedaan bentuk perfectum dan plusquamperfectum terletak pada perbedaan maknanya, di mana pada bentuk perfectum hanya ada unsur saat bicara (S) dan tindakan (W) sedangkan pada bentuk plusquamperfectum selain kedua unsur di atas dibutuhkan juga titik acuan di masa lampau (R). Persamaan kedua bentuk kala itu bahwa kedua-duanya sama mengacu ke masa lampau."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilie Suratminto
"Pokok bahasan tesis ini adalah tentang beberapa aspek dalam proses belajar mengajar bahasa asing, terutama mengenai asumsi umum sebagai berikut:
· bahwa pengajaran bahasa harus dimulai dengan banyak latihan mendengar dan membaca;
· bahwa harus ada hubungan yang erat antara kemahiran membaca dan kemahiran mendengar sejak tingkat awal.
Berdasarken asumsi-asumsi tersebut dapat dihipotesiskan bahwa apabila membaca dibantu dengan mendengar dalam proses belajar bahasa asing tingkat pemula, maka retensi leksikal akan meningkat.
Untuk menguji hipotesis ini telah dilaksanakan eksperimen terhadap dua grup mahasiswa asing yang sedang belajar bahasa Belanda tingkat pemula di Fakultas Sastra Rijksuniversiteit Leiden Belanda. Kepada mereka diberikan dua jenis teks bacaan (A dan B) yang paralel dengan kondisi test dengan mendengar dan tanpa mendengar. Setiap teks tersebut terdiri dari dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan pilihan ganda atau MC (multiple choice) dan pertanyaan isian tertutup (cloze test) atau CT.
Jika hipotesis tersebut benar, hasil eksperimen akan menunjukkan bahwa membaca dibantu dengan mendengar akan memperoleh skor lebih tinggi bila dibandingkan dengan skor pada kondisi test tanpa mendengar.
Hipotesis akan berkebalikan apabila ternyata bahwa kondisi mendengar tidak ada efek, dengan kata lain tidak ada perbedaan skor antara kedua kondisi test yang berbeda.
Untuk menguji hasil skor dalam eksperimen ini dipergunakan dua model analisis statistik, yaitu analisis variansi dan analisis regresi. Hasil eksperimen dapat dievaluasi sebagai berikut:
1. Skor test membaca teks B dalam kondisi mendengar pada kedua jenis test (MC dab CT) lebih tinggi dari pada skor test pada kondisi tanpa mendengar. Hal yang sama terjadi pada teks A, tetapi hanya pada jenis pertanyaan MC.
2. Skor test teks A pada kondisi mendengar pada jenis pertanyaan CT lebih rendah dari pada skor test pada kondisi test tanpa mendengar.
3. Ramalan skor test dengan analisis regresi dari membaca tanpa dibantu dengan mendengar ke membaca dengan dibantu mendengar menunjukkan bahwa responden yang sudah mencapai skor maksimum faktor mendengar justru mengganggu.
4. Melalui analisis variansi ditemukan bahwa ada efek test dan interaksi yang signifikan pada kedua test.
Berdasarkan hasil eksperimen ditarik catatan sebagai berikut:
1. Kedua jenis teks bacaan yang dipergunakan dalam eksperimen masing-masing mempunyai spesifitas yang berbeda, walaupun kedua teks tersebut mempunyai derajat kesulitan kosa kata dan tatebabasa yang sama. Derajat kesulitan tersebut yang dipakai sebagai dasar penentuan dua teks yang berbeda menjadi paralel tidak cukup, tanpa memperhatikan isi teks yang kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi skor test.
2. Pengajaran kemahiran membaca pada tingkat pemula harus dibantu dengan mendengar. Prestasi skor test teks B pada kondisi mendengar menunjukkan kenaikan retensi leksikal.
3. Pemilihan responden dalam eksperimen ini berdasarkan sistem acak (random sampling), dengan jumlah responden yang kecil menunjukkan bahwa kedua teks tersebut spesifikk. Kemungkinan dengan jumlah responden yang lebih besar dari pada eksperimen ini akan terdapat perbedaan yang lebih signifikan, misalnya pengaruh kondisi test dan sebagainya.
4. Hasil penelitian ini dapat diujikan pada responden yang dipilih berdasarkan faktor yang relevan misalnya berdasarkan faktor usia, jenis kelamin, latar belakang budaya atau bahasa ibu (eksperimen spesifik). Untuk di Indonesia cukup menarik diketahui apakah kedua teks tersebut yang dipergunakan dalam eksperimen ini benar-benar spesifik dan apakah polanya juga sama dengan penelitian ini.
5. Pada anelisis regresi garis regresi tidak mendatar tetapi menanjak semuanya. Hal ini berarti bahwa hasil regresi ini menantang untuk diadakan eksperimen replikasi dengan pola yang sama dengan jumlah responden yang lebih besar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yati R. Suhardi
"Kira kira lima belas tahun terakhir ini para ahli Ilmu sosial memberikan perhatian pada bahasa. Dari hasil penyelidikan mereka dapat diperoleh suatu kesimpulan yang menarik. Dalam linguistik tradisionil (termasuk tata bahasa transformasi-generatif) variasi-variasi bahasa tidak diperhatikan. Linguistik membatasi diri pada penyelidikan tata bahasa dimana bahasa-bahasa dipelajari sebagai sistem yang 'otonom'. Masyarakat bahasa dilihat sebagai kelompok bahasa yang homogen dimana semua anggotanya menggunakan sistem bahasa yang persis sama. Variasi bahasa, yang membuat masyarakat bahasa menjadi heterogen, dilihat sebagai masalah 'penggunaan bahasa' dan dengan demikian oleh para ahli tata bahasa ditempatkan di luar sistim bahasa (Walraven, 1977:192). Interpretasi sosiolinguistis tentang bahasa dan ma_syarakat bahasa berbeda dari penglihatan para ahli bahasa tradisionil. Bagi sosiolinguis bahasa bukanlah suatu sistem yang seragam dan suatu masyarakat bahasa bukanlah suatu kelompok menusia dengan kemampuan bahasa yang identik (Walraven, 1977:198)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S15942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Kelasworo
"Analisis mengenai pengertian pronomina relatif dalam bahasa Belanda ini, membuat suatu penjelasan atas pertanyaan, bagaimana pronomina relatif mengacu pada antesedennya serta analisis sintaksis mengenai ekstraposisi klausa relatif pada kelompok kata benda.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dari buku-buku tata bahasa Belanda. Seringkali data tersebut berupa contoh kalimat yang kemudian dianalisis dari segi permasalahan lain. Untuk dapat menganalisis data tersebut, maka diterapkan teori gramatika generatif (Bennis & Hoekstra, 1989) yang didukung pula oleh pelajaran-pelajaran yang didapat selama perkuliahan.
Hasilnya menunjukkan bahwa pengertian pronomina relatif dalam bahasa Belanda yang selama ini diketahui belum mencakup pengertian yang sesungguhnya. Pronomina relatif tidak selalu mengacu kepada kata yang sudah disebut sebelumnya akan tetapi pada kata benda yang merupakan saudra kandung (zuster) dengan S' dari NP sama pada struktur-D. Analisis yang terakhir menunjukkan bahwa ekstraposisi tidak selalu bisa diterapkan dalam kalimat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S15912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahlia Djohan
"ABSTRAK
Bahasa Belanda merupakan bahasa yang memegang peranan cukup panting dalam sejarah Indonesia, Masa kolonialisme Belanda di Indonesia yang berlangsung selama tiga setengah abad telah mengakibatkan adanya kontak bahasa yang kemudian memacu terjadinya proses pemungutan kata. Terdapat sekitar 5000 kata pungutan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia yang popular dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari. Sebaliknya terdapat sekitar 400 kata pungutan bahasa Indonesia dalam bahasa Belanda yang walaupun tidak semuanya popular digunakan oleh masyarakat Belanda, kata-kata tersebut secara jelas tertera dalam kamus besar bahasa Belanda Van Dale Groot Woordenboek der Nederlandse Taal (1999: Cetakan XIII).
Kontak yang terjadi antara bahasa Indonesia dan Belanda merupakan akibat dari adanya hubungan sejarah antara Indonesia dan Belanda yang bermula pada tahun 1596 yang kemudian mengakibatkan pada masa-masa selanjutnya banyak orang Belanda yang berbahasa Indonesia dan orang Indonesia yang berbahasa Belanda sehingga kemudian terjadi proses pemungutan kata antara kedua bahasa.
Perbedaan struktur tata bahasa Indonesia dan tata bahasa Belanda mengakibatkan disesuaikannnya beberapa kata pungutan bahasa Indonesia ke dalam sistem bahasa Belanda. Penyesuaian yang terjadi dapat merupakan penyesuaian morfologis, penyesuaian fonologis, atau penyesuaian semantis.

"
2001
S15814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anti Krishardianti
"Adanya keinginan untuk mengetahui proses pembentukan verba berprefik be- dalam bahasa Belanda dan bagaimana pengaruh penambahan prefiks her- pada verba berprefiks be- merupakan titik tolak penulisan skripsi ini. Langkah awal tersebut, dilanjutkan dengan mengadakan pembahasan morfologis, sintaksis dan semantis dari verba berprefiks tersebut. Dan sebagai tujuannya, selain membuat deskripsi mengenai verba berprefiks be- dan herbe- juga ingin menjelaskan keproduktivitasan masing-masing prefiks tersebut. Untuk menunjang pembahasan korpus, dipakai beberapa teori seperti teori S.C. Dik dan J.G. Kooij (1981), Geerts (1985), A. Santen (1984), H. Schultink (1964), J.W. de Vries (1975) dan lain-lain. Kesimpulan yang didapat, pembentukan verba berprefiks be- dan herbe- mengarah pada perubahan morfologis, sitaksis dan semantis. Mengenai keproduktivitasan kedua prefiks ini tergantung dari kemampuannya bergabung dengan bentuk dasar tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S15774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>