Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pandjaitan-Nasution, O.E.
"Sebagai reaksi atas kurangnya penghargaan terhadap individu manusia, Kierkegaard menekankan pada pandangan bahwa tiap individu manusia adalah konkrit dan unik, ataupun bahwa manusia itu adalah individu yang berada: bukan saja bahwa manusia adalah individu yang berada untuk dirinya sendiri, tapi manusia adalah juga individu yang berada di hadapan Allah. Dengan demikian, dalam perspektif Kiergaard manusia tampil sebagai eksistensi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S16042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohde, Peter Preisler, 1902-1978
Copenhagen: Press Departement of the Ministry for Foreign Affairs, 1955?
921 ROH s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kierkegaard, soren
Putten C.J.: Terwee, [t.th.]
121 KIE v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kierkegaard, soren
Amsterdam: Amsterdam Uitgeversmaatschappij Holland, [date of publication not identified]
BLD 231 KIE o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Ardhi Mulia
"Skripsi ini membahas mengenai religiusitas sebagai sarana mencapai eksistensi manusia secara optimal menurut filsafat Muhammad Iqbal. Sebuah kajian eksistensialisme kritik Iqbal tentang fatalisme Islam dan Materialisme Barat Modern. Manusia sebagai makhluk eksistensial dituntut untuk memenuhi eksistensi dirinya, bersifat aktif, dinamis, dan kuat. Manusia tidak seharusnya pasif, statis, bahkan menarik diri dari kepentingan duniawi dan tunduk secara buta pada ajaran tertentu. Materialisme Barat modern telah menghilangkan aspek metafisika dan mengakibatkan timbulnya krisis eksistensial manusia, alienasi, dan dehumanisasi.

This thesis discusses about religiosity as a means of achieving an optimal human existence according to the philosophy of Muhammad Iqbal. A study of Iqbal's critique of existentialism, fatalism of Islam and the West Modern Materialism. Human beings are required to meet the existential existence itself, is an active, dynamic, and strong. Human beings not supposed to passive, static, and even withdraw from worldly interests and blind submission to certain subjects. Modern Western materialism have omitted aspects of metaphysics and causes of human existential crisis, alienation, and dehumanization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kierkegaard, soren
London : Random House, 1994
808.3 KIE f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Senna Aditiya
"ABSTRAK
Eksistensialisme merupakan filsafat yang memfokuskan diri dan menjadikan
eksistensi manusia menjadi tema utamanya. Kierkegaard yang disebut sebagai
bapak eksistensialisme memiliki penekanan atas individualitas yang harus dimiliki
oleh manusia untuk mencapai eksistensi diri. Suasana batin ketika berhadapan
dengan keseharian maka akan menghasilkan sebuah ironi yang nantinya ironi
tersebut akan membawa manusia ke dalam tahap-tahap eksistensialisme.
Noah dalam film Noah merupakan tokoh yang merepresentasikan pemikiran
eksistensialisme Kierkegaard. Dalam film ini, Noah berhadapan dengan pilihanpilihan
eksistensial yang membuat dirinya mengalami momen eksistensial.
ABSTRACT
Existentialism is a philosophy that focuses and makes human existence become
the main theme. Kierkegaard that called as the father of existentialism has an
emphasis on individuality that must be possessed by human beings to achieve
self-existence. Moods when dealing with everyday life will produce an irony and
that irony will be bringing people into the stages of existentialism.
Noah in the Noah movie is a figure that represents Kierkegaard’s existensialism
understanding. In this movie, Noah dealing with existential choices that made
himself experiencing an existential moment."
2014
S59914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kierkegaard, Soren, 1813-1855
"Brilliantly synthesizing human insights with Christian dogma, Soren Kierkegaard presented, in 1844, The Concept of Anxiety as a landmark "psychological deliberation," suggesting that our only hope in overcoming anxiety was not through "powder and pills" but by embracing it with open arms. While Kierkegaard's Danish prose is surprisingly rich, previous translations--the most recent in 1980--have marginalized the work with alternately florid or slavishly wooden language. With a vibrancy never seen before in English, Alastair Hannay, the world's foremost Kierkegaard scholar, has finally re-created its natural rhythm, eager that this overlooked classic will be revivified as the seminal work of existentialism and moral psychology that it is."
New York: Liveright Publishing Corporation, 2014
233.14 KIE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Achmad
"ABSTRAK
Salah satu kekuatan yang ikut menjadi penyebab absurditas (kekaburan) makna keberadaan manusia adalah pemahaman generalistis (menyamaratakan) terhadap manusia. Pemahaman ini membuka peluang bagi kepunahan makna individu manakala diikuti penilaian dan sikap yang senantiasa mengaitkan individu dengan keberadaan komunitasnya. Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855), fiLsuf berkebangsaan Denmark yang merupakan bapak eksistensialisme, telah menempatkan eksistensi manusia sebagai tema utama pemikiran kefilsafatannya. Dengan bercermin dari pengalaman hidupnya, Kierkegaard menjadikan predikamen (kedudukan sulit) kehidupan manusia sebagai approach system (cara pendekatan) dalam membebaskan makna 'ada' bagi konkresitas manusia yang telah lama terperangkap di dalam tirani ahstraksi (simpulan tak berwujud). Menurutnya, untuk kepentingan pembebasan tersebut, manusia hams dapat memahami bahwa hidup adalah sebuah perjuangan menjadi suhjektif (diri sendiri). Perjuangan menjadi subjektif (diri sendiri) ditujukan untuk memperjelas realitas keberadaan individu yang berbeda secara konkret dengan individu lainnya. Individu, sebagai wujud manusia konkret dengan dimensi kedirian individualnya, berkeleluasaan untuk bereksistensi secara bebas berdasar pada kesadaran akan tanggung jawab (consciousness of responsibility) atas pilihan tindakan yang dilakukan. Dimensi kedirian individual yang terdiri dari : dimensi fisikal, emosional, rasional, metafisikal dan spiritual, memberikan warna pembeda antara individu yang satu dengan lainnya. Perempuan dan laki-laki hanyalah term (istilah) yang membedakan individu secara fisikal. Persoalan kemampuan dan kesempatan bereksistensi sama sekali tidak terkait dengan perbedaan fisikal tersebut. Perbedaan antara keduanya hanya ada dalam tradisi perlakuan berbeda yang tentunya menjadi ancaman bagi eksistensi individu, khususnya perempuan. Pendidikan, merupakan ranah kehidupan yang potensial membangun kesadaran eksistensial manusia sebagai makhluk konkret. Melalui pendidikan, aku individual idcalnya dapat menata dan membangun kesadaran akan eksistensi kediriannya. Hanya pendidikan yang membebaskan, dalam artian memahamkan kehadiran manusia sebagai individu dan bukan sebagai kelompok atau gerombolan, yang mampu membuka peluang bagi proses pengungkapan eksistensi kedirian individu"
2007
T37492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaitun
"Kondisi alami manusia secara Naturalistik menunjukan adanya satu mekanisme tertentu yang berbeda-beda. Hal ini berpengaruh pada potensi, preferensi dan sikap dari manusia itu sendiri. Perbedaan yang sifatnya lami tertenam dalam diri manusia ini tidak bisa dihiraukan begitu saja. Terlebih jika menyangkut hal aktivitas dari manusia itu sendiri. Dalam pendidikan, praktek yang berpotensi atau bahkan menyeragamkan manusia tidak bisa dilakukan. Karena pendidikan harus membuka ruang lebar pada kebebasan manusia agar bisa tumbuh sesuai dengan mekanisme yang membentuk dirinya.

The Human Nature in Naturalistic view shows that every single man has his structure mechanism; it was different in each people. It leads to different potency, preference, and the behavior of the man. The differences was natural innate to human and can not be ignored, especially if it is related to the human activity. In the term of Education, the practice of education which potentially does the same thing without seeing the natural condition of human can not be done. Because, education must give the place of freedom for its participant so that they can be growth as its mechanism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16034
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>