Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5840 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Pujianti
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas pertumbuhan dan peranan dua organisasi buruh yang berbeda konsep tetapi memiliki tujuan akhir yang sama yakni untuk meningkatkan kesejahteraan kaum buruh tambang batubara Ombilin Sawah Lunto agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada tahun 1920-an pergerakan serikat pekerja seperti PKBT berjalan secara radikal dan revolusioner dengan diwarnai oleh protes-protes terbuka dan terorganisir yang dilakukannya bersama buruh tambang batubara Ombilin Sawah Lunto. Aksi ini juga di dukung oleh partai politik yang bersifat kontra terhadap pemerintah kolonial Belanda. Setelah terjadinya pemberontakan Silungkang 1926/1927 kondisi ini berubah seiring dengan dikeluarkannya peraturan ketat oleh pemerintah. Pergerakan serikat pekerja pun ikut berubah dengan memilih jalan yang lebih lunak yakni kooperatif terhadap pemerintah kolonial. VBSTOL merupakan serikat pekerja yang memilih jalan tersebut. Organisasi buruh ini memilih jalan memperjuangkan nasib kaum buruh melalui dunia pendidikan dengan mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandsche School) di daerah Kayu Tanam dan Sawah Lunto.

Abstract
The thesis discusses the development and role of two labor organizations, which basically had different concepts, but actually had the same goal, namely to improve the welfare of the coal mine labors in Ombilin, Sawah Lunto, so that these labors had a chance to get a better life. These study concluded that in the 1920s, the labor movement, such as PKBT had been radical, revolutioner and full of protests. This activities they did together with the labour of the Ombilin Sawah Lunto coalmines. This action was also supported by opposing labour political parties against the Dutch Colonial Government. This situation changed in the year 1926/1927 after the Silungkang uprising since the Colonial Government became more strict. The opposing organization then changed the activities from using force to a more indicate attitude, they were more cooperative to the Government. VBSTOL was the organization which chose the way. This labor organization preferred to improve the labors_ fate through education by establishing INS schools in Kayu Tanam and Sawah Lunto."
2010
S12668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Soewarsono
"Skripsi 'Kaum Pergerakan dalam Gerakan Buruh (Persa_toean Pergerakan Kaoem Boeroeh, 1918-1921), merupakan sebuah penelusuran terhadap keterlibatan atau aktivitas beberapa figur pergerakan nasional dalam soal-soal perburuhan, khususnya dalam gerakan buruh, sejalan dengan kondisi tingkat kehidup_an buruh karena pecahnya Penang Dunia Pertama (PD-1). Di antara figur-figur tersebut adalah Sosrokardono, Alimin, Haji Agus Salim, Semaoen, Soerjouranoto, Mas Marco Kertodikromo, dan Tjokroaminoto. Selain dari aktivitas membantu dan mendorong berdirinya berbagai serikat buruh (pekerja), seperti diperlihatkan peran Sosrokardono dalam pembentukan Perserikatan Pegawai Pegadean Boemipoetra (PPPB). Keterlibatan nampak pula dari ak-tivitas membantu aksi pemogokan yang dilancarkan buruh sebagaimana yang dilakukan oleh Semaoen dalam kasus-kasus pemogokan di Semarang sepanjang tahun 1918 hingga 1920, dan Soerjopranoto pada pemogokan buruh industri pula tahun 1920. Bahkan nampaknya ikut pula, pada akhirnya, dalam meletakkan dasar pola dan soal-soal bagi gerakan buruh yang berkembang kemudian. Ini terlihat jelas dengan mengamati proses terbentuknya sebuah pusat organisasi buruh (vakcentraal) yang diusahakan oleh mereka, meniru prestasi yang dicapai kalangan aktivis perburuhan di lingkungan dinas dan perusahaan pemerintah kolonial, yang berhasil membentuk Verbond van Landsdienaren (VVL). Vakcentraal yang disepakati dibentuk oleh kalangan per_gerakan tersebut, Persatoean Pergerakan Kaoem Boeroeh (PPKB), meskipun diusahakan secara keras karena membutuhkan beberapa kali pertemuan, pertemuan Semarang 1918, kongres PPPB ke-III 1919, kongres CSI ke-IV 1919, pertemuan Jogjakarta 1919, ter_nyata tidak berlangsung lama. PPKB hanya mampu bertahan kurang lebih selama satu setengah tahun (Desember 1919 hingga Juni 1921), karena sesudah itu terpecah menjadi dua, PPKB (yang dipertahankan) dan Revolutionnaire Vakcentrale (RV). Suatu pemecahan yang selain bersumber dari adanya rivalitas di antara tokoh-tokoh utama PPKB, nampaknya juga berakar dari perbedaan pemahaman mengenai pola dan soal-soal dalam pergerakan buruh, khususnya dalam kaitannya, dengan gagalnya rencana pemogokan umum PFB sebagai salah satu anggota PPKB."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Prasetya Dwi Marta
"Skripsi ini membahas tentang peranan kaum buruh pribumi di Jawa yang tergabung dalam serikat buruh dan federasi serikat buruh melawan penindasan yang dilakukan oleh kaum kapitalis asing dan pemerintah kolonial Hindia Belanda pada masa Perjuangan Pergerakan Nasional Indonesia. Kaum buruh ini memperjuangkan nasib mereka yang tertindas dan dieksploitasi oleh kaum kapitalis asing yang dilindungi oleh pemerintah kolonial Hindia belanda. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pada tahun 1920-an pergerakan kaum buruh dalam serikat buruh dan federasi serikat buruh berlangsung secara radikal dan revolusioner yang diwarnai dengan aksi protes dan mogok kerja terbuka yang terorganisir. Aksi ini juga didukung oleh organisasi bumiputra seperti Sarekat Islam dan PKI yang bersifat kontra terhadap kapitalisme asing dan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada puncaknya, perjuangan itu menempuh jalan revolusioner yang diwarnai dengan pemberontakan PKI tahun 1926 di Jawa. Namun, aksi pemberontakan ini dapat ditumpas oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda karena dinilai kurang matang dalam perencanaan dan aksinya.

The tesis discusses about the role of indigenous labors in Java who joined in the labor union dan federation labor union against pressure from the alien capitalist and Dutch Colonial Government in a time of National Movement of Indonesia. This indigenous labors struggle their live from pressured by alien capitalist who gets protected by Dutch Colonial Government. These study concluded that in the 1920s the labors movement in labor union and federation of labor union had been radikal and revolutionaire with full of protest and open organize strike. This action was also supported by opposing indigenous organisation like Sarekat Islam and PKI against alien capitalist and the Dutch Colonial Government. In climax, that struggle rule the way of revolutionaire with communist rebellion in Java 1926. But, this rebellion can terminated by the Dutch Colonial government because this rebellion is not to fit in plan and action."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S12229
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Pratiwi Putri
"Pemukiman Tangsi Buruh Tambang batubara adalah pemukiman kolonial yang berada di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Pembangunan Pemukiman Tangsi terpola mengikuti jalur ekploitasi pertambangan yang direncanakan oleh pemerintah Hindia Belanda.  Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan penelitian yang dikaji adalah Bagaimana bentuk dan hubungan antar Pemukiman Tangsi di Kota Sawahlunto? Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi bentuk Pemukiman Tangsi dan mengetahui gambaran perkembangan  Pemukiman Tangsi pada masa Hindia Belanda. Penelitian ini menggunakan metode analisis bersifat deksriptif yang terdiri dari analisis khusus dan analisis kontekstual. Analisis khusus terdiri dari bentuk bangunan, ukuran, teknologi, gaya fitur, dan objek, sedangkan analisis kontekstual akan menitikberatkan pada sebaran dari Pemukiman serta hubungan antar Pemukiman Tangsi. Berdasarkan hasil analisis di delapan Pemukiman Tangsi yang terdiri dari Pemukiman Tangsi Rantai, Pemukiman Tangsi Gunung Durian, Pemukiman Tangsi Kampung Surian, Pemukiman Tangsi Tanah Lapang, Pemukiman Tangsi Sungai Durian, Pemukiman Tangsi Baru, Pemukiman Tangsi Sikalang dan Pemukiman Tangsi Gunung Air Dingin menunjukkan adanya perkembangan bentuk bangunan Pemukiman Tangsi berdasarkan letak dan klasifikasi buruh tambang.

Tangsi Residence for coal miners is a colonial residence in Sawahlunto City, West Sumatera. The construction of Tangsi Residence for coal miners is patterned following the exploitation mining pathway planned by the Dutch government. Based on this background, the current study’s question is the shape and relationship among Tangsi Residence City Recent studies questions relationship between the shape and the relationship among Tangsi Resident. Focus of this study is reconstruct (the context of) the Tangsi Residence’s shape and discover the development illustration of Tangsi Residence during the Dutch era. the (this) study used a descriptive-analytical method comprising specific and contextual analyses. The specific analysis consists of building shapes, sizes, technologies, feature styles, and objects. Meanwhile, the contextual analysis focuses on residential distribution, the relationship among Tangsi Residence, and the relationship between Tangsi Residence and surrounding objects. Based on the analyses in eight Tangsi Residence areas, i.e., Tangsi Rantai, Tangsi Gunung Durian, Tangsi Kampung Surian, Tangsi Tanah Lapang, Tangsi Sungai Durian, Tangsi Baru, Tangsi Sikalang, and Tangsi Gunung Air Dingin, development was present in Tangsi Residence shape, such as barrack shape, koppel shape, and house shape based on the miner classification. Furthermore, the residential location displays a relationship between Tangsi Residence and surrounding objects, e.g., coal mine pits or other supporting buildings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alit Gurmilang
"ABSTRAK
Penelitian ini diimplementasikan pada blok konsesi minyak dan gas bumi yang terletak di daerah onshore South West Bukit Barisan bagian tengah Sumatera Barat yang merupakan formasi Sawah Tambang Cekungan Ombilin dan pengujian lanjutan dapat juga dilakukan pada Formasi dan Cekungan yang berbeda dengan tetap menggunakan metode ini.Metode 3D CT-Log yang dilakukan pada sampel batuan whole core dan core plug sidewall core menggunakan teknik Tomography 3D pada alat CT Scan, SGR dan Gas Permeameter Gasperm , menghasilkan profile nilai densitas pada batuan Reservoar dimana targetnya adalah mendapatkan kesamaan pola pattern dengan cara membandingkan nilai-nilai data Total Gamma Ray, Grain/Bulk Density terhadap hasil keluaran densitas CT Number sehingga hasilnya dapat ditampilkan kedalam satu tampilan format Log Data.Pada hasil, dibuat secara linier nilai crossplot CT Number terhadap nilai grain/bulk density sehingga didapatkan nilai densitas berdasarkan nilai CT Number pada batuan sandstone dan shale pada lokasi penelitian.

ABSTRACT
This study was implemented on the block concession of oil and natural gas located in onshore South West Bukit Barisan of the Central West Sumatra that appertain to Sawah Tambang formation, Ombilin Basin and advanced testing can be also performed on the different formation and basin using this method.3D CT Log Methods conducted on rock samples whole core and plug core sidewall cores using Tomography 3D tool CT Scan techniques, SGR and Gas permeameter Gasperm , resulting profile density values on the rock reservoir where the target is to get to a similar pattern pattern by comparing the Total Gamma Ray, Grain Bulk density values by CT density output Number so that results can be displayed into a display format of Log Data.On the results, crossplot of Number CT value vs grain bulk density linierly has been made, so the result of density from CT Number value has been carried out and applied to sandstone and shale on the study area."
2017
T47432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Nur Rahma
"Dalam arkeologi, adaptasi tidak hanya dapat terjadi pada organisme, namun juga pada budaya. Budaya menjadi sarana menyesuaikan diri yang cepat dan fleksibel bagi manusia. Salah satu contohnya adalah penyesuaian yang dilakukan oleh masyarakat kolonial Belanda dalam membuat bangunan kantor. Perbedaan lingkungan yang signifikan menurunkan kenyamanan bangunan yang dibuat semata-mata hanya berdasarkan pengetahuan rancang bangun gedung Eropa. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Masyarakat kolonial Belanda mewujudkannya melalui pembangunan material budaya berupa kantor dengan bentuk-bentuk yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Salah satunya adalah kantor pusat Staatsspoor en Tramwegen di Bandung. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan bentuk-bentuk bangunan kantor pusat SS en Tr di Bandung, serta bentuk-bentuk penyesuaian pada bangunan terhadap kebudayaan dan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan analisis bentuk dan analisis komparatif dengan membandingkan bangunan kantor di Bandung dan di Utrecht, Belanda. Hasilnya, terdapat 11 karakteristik bentuk bangunan pada kantor pusat di Bandung dan lima bentuk penyesuaian tidak ditemukan pada bangunan kantor di Utrecht.

In archaeology, adaptation not only can occur in an organism but also culture. Culture becomes a means of swift and flexible adaptation for humans. For instance, the adaptation that was made by the Dutch colonial society in making a building. It appears that constructing a building based on European knowledge of forms resulted in a certain discomfort. On that account, the depiction of their new environment is essential for building construction. The Dutch colonial society manifested it through material cultures such as offices building with formal adaptation to the culture and environment. The Headquarter Offices of Staatsspoor en Tramwegen is one of the exemplifications of the latter. This paper aims to describe the formal aspects of the buildings as well as identify the forms of adaptation from a cultural and environmental perspective. Such results were procured by certain methods of formal and comparative analysis by identifying and comparing the office buildings in Bandung with the one in Utrecht, Netherland. As a result, there are 11 formal characteristics of Headquarter Offices in Bandung, and five forms resulted from an adaptation process that is not found in Headquarter Offices in Utrecht."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Diannisa Nur Rahma
"Dalam arkeologi, adaptasi tidak hanya dapat terjadi pada organisme, namun juga pada budaya. Budaya menjadi sarana menyesuaikan diri yang cepat dan fleksibel bagi manusia. Salah satu contohnya adalah penyesuaian yang dilakukan oleh masyarakat kolonial Belanda dalam membuat bangunan kantor. Perbedaan lingkungan yang signifikan menurunkan kenyamanan bangunan yang dibuat semata-mata hanya berdasarkan pengetahuan rancang bangun gedung Eropa. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan yang menyesuaikan dengan lingkungan mereka yang baru. Masyarakat kolonial Belanda mewujudkannya melalui pembangunan material budaya berupa kantor dengan bentuk-bentuk yang menyesuaikan dengan iklim tropis. Salah satunya adalah kantor pusat Staatsspoor en Tramwegen di Bandung. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk menguraikan bentuk-bentuk bangunan kantor pusat SS en Tr di Bandung, serta bentuk-bentuk penyesuaian pada bangunan terhadap kebudayaan dan lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut, digunakan analisis bentuk dan analisis komparatif dengan membandingkan bangunan kantor di Bandung dan di Utrecht, Belanda. Hasilnya, terdapat 11 karakteristik bentuk bangunan pada kantor pusat di Bandung dan lima bentuk penyesuaian tidak ditemukan pada bangunan kantor di Utrecht.
..... In archaeology, adaptation not only can occur in an organism but also culture. Culture becomes a means of swift and flexible adaptation for humans. For instance, the adaptation that was made by the Dutch colonial society in making a building. It appears that constructing a building based on European knowledge of forms resulted in a certain discomfort. On that account, the depiction of their new environment is essential for building construction. The Dutch colonial society manifested it through material cultures such as offices building with formal adaptation to the culture and environment. The Headquarter Offices of Staatsspoor en Tramwegen is one of the exemplifications of the latter. This paper aims to describe the formal aspects of the buildings as well as identify the forms of adaptation from a cultural and environmental perspective. Such results were procured by certain methods of formal and comparative analysis by identifying and comparing the office buildings in Bandung with the one in Utrecht, Netherland. As a result, there are 11 formal characteristics of Headquarter Offices in Bandung, and five forms resulted from an adaptation process that is not found in Headquarter Offices in Utrecht."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Damayanti
"Material Potential Acid-Forming (PAF) mine waste batubara yang digunakan sebagai material backfill saat reklamasi tambang dapat membentuk Ait Asam Tambang (AAT) yang memudahkan mobilisasi logam berat dan dapat mencemari air tanah. Abu layang yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dikenal dengan kemampuan mentralisasi asam sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sebagai chemical liner pada kegiatan reklamasi untuk mencegah pembentukan AAT. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas lindi yang dihasilkan mine waste dengan penambahan abu layang melalui simulasi column leaching test. Penelitian ini menggunakan variasi persentase berat abu layang sebesar 0% (kontrol); 20%; 25%; dan 30%. Hasil penelitian menunjukkan mine waste tanpa penambahan abu layang menghasilkan lindi dengan pH ±3. Nilai pH lindi meningkat dengan penambahan abu layang, dimana persentase abu layang 30% menunjukkan rata-rata nilai pH tertinggi yaitu 6,68. Penambahan abu layang menunjukkan konsentrasi logam Fe, Mn, Zn, Cu, dan Pb pada lindi yang lebih rendah dibadingkan lindi yang berasal dari mine waste saja. Maka berdasarkan hasil penelitian ini abu layang dapat digunakan sebagai material backfill untuk mencegah pembentukan AAT.

Potential Acid-Forming (PAF) material in coal mine waste is used as backfill material during mine reclamation and could form Acid Mine Drainage (AMD) which facilitates the mobilization of heavy metals and pollutes groundwater. Fly ash sourced from the Coal-Fired Power Plant (CFPP) is known for its ability to neutralize acids. Therefore, fly ash potential to be used as a chemical liner in reclamation activities to prevent AAT formation. The purpose of this study was to determine the quality of the leachate produced by mine waste with the addition of fly ash through a column leaching test. This study used variations of fly ash weight of 0 w/w% (control); 20% w/w; 25%; and 30% w/w. The results showed that mine waste without the addition of fly ash produced leachate with a pH of ±3. The pH value of leachate increased with the addition of fly ash, where the fly ash 30% w/w showed the highest average pH value (6.68). The addition of fly ash showed that the concentration of Fe, Mn, Zn, Cu, and Pb metals in the leachate was lower than that of the leachate from mine waste alone. Based on the results of this study fly ash could be used as a backfill material to prevent AAT formation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Ariesandi
"Sebagai salah satu BUMN yang ada di Kecamatan Lawang Kidul Kabupaten Muara Enim, dengan kegiatan perusahaan berupa penambangan batubara, wujud tanggung jawab sosial PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) dilaksanakan melalui beberapa kegiatan/aktivitas/program, Salah satu diantaranya yaitu pemberdayaan dan pengembangan industri kecil melalui Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial yang telah dilakukan PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) bagi masyarakat Kecamatan Lawang Kidul, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya, serta manfaat yang dirasakan oleh masyarakat Kecamatan Lawang Kidul dari pelaksanaan program tersebut pembinaan Usaha kecil dan Koperasi. Data mengenai pelaksanaan program pembinaan usaha kecil dan koperasi peneliti peroleh melalui wawancara langsung kepada informan. Yang terdiri dari pihak PTBA dan masyarakat penerima program (mitra binaan), Observasi (pengamatan) serta studi dokumentasi dilakukan terhadap arsip-arsip yang memuat kebijakan pelaksanaan tanggung jawab sosial khususnya pelaksanaan program Pembinaan Usaha KeciI dan Koperasi oleh PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero).
Secara umum, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Program Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi sebagai salah satu wujud pelaksanaan tanggung jawab sosial PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) terhadap masyarakat masih kurang sepadan jika dibandingkan dengan dampak negatif terhadap alam yang bersifat permanen sebagai akibat aktivitas penambangan batubara."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isworo Pujotomo
"Batubara kualitas rendah merupakan bahan bakar fosil yang cadangannya cukup besar dan tersebar di seluruh dunia. Sekitar 60 % batubara Indonesia masuk dalam kategori ini.
Dibandingkan bahan bakar fosil lain, batubara berdampak negatip terhadap lingkungan terutama dari segi buangan cerobongnya. Buangan cerobong PLTU batubara yang dapat mengganggu ekosistem dan kesehatan manusia antara lain SO2 (dioksida sulpur), abu, NOx (oksida nitrogen) dan CO2 (dioksida karbon).
Dengan teknologi pencucian batubara aliran pusar bubur kental magnetit, kadar abu dan sulpur batubara lignit masing - masing berkurang 51,21% dan 24,14% serta nilal kalor meningkat 25,54 %. Biaya pembangkitan listrik PLTU mulut tambang 200 MW dengan bahan bakar lignit cuci Rp.410,41 / kWjam dan dengan batubara lignit Rp. 353,59 / kWjam. Perbedaan biaya pembangkitan sebesar kurang lebih Rp 57,- / kWjam merupakan biaya cuci batubara lignit dan dapat dianggap sebagai biaya pengurangan polusi abu, sulpur dan biaya peningkatan nilal kalor batubara lignit.
Peningkatan biaya pembangkitan ini dapat dihindari dengan langsung menggunakan batubara lignit sebagai bahan bakar PLTU mulut tambang tanpa dicuci.

Low quality coal is a fossil fuel, largely deposited and spread in the world. Approximately 60 percent of Indonesian's coal deposits belong to this category.
Compared to other fossil fuels, coal has a negative environmental impact especially from chimney emissions. Chimney emissions of coal-fired power plant, disturbing ecosystems and human health are such as S02 (sulphur dioxide), ash, NO, (nitrogen oxide) and CO2 (carbon dioxide).
Using dense medium cyclone technology, ash and sulphur of lignite coal decreased 51,21% and 24,14% calorific value increased 25,54 %. Generating cost of a 200 MW mine-mouth washed lignite coal fired power plant is Rp. 410,41 / kWh and that of a 200 MW mine-mouth lignite coal fired power plant is Rp. 353,59 /kWh. The generation cost difference of about Rp. 57,- / kWh, is the cost of washing lignite coal and can be assumed ash and sulphur reduction cost and calorific value increasing cost.
Increased generation cost can be avoided by directly using lignite coal as mine-mouth fired power plant fuel without washing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T5740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>