Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 911 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariesta Sicilia
"Prasasti adalah salah satu peninggalan sejarah yang penting. Prasasti Dawangsari adalah prasasti berisi tentang pemujaan dewa Gan?e?a. Dalam isi prasasti Dawangsari dikatakan Gan?e?a, dengan nama Win?yaka, yang dengan menampakan wujudnya dapat menghilangkan kejahatan di dunia. Hal ini diperkuat dengan ditemukan arca Gan?e?a yang sudah aus dengan ukuran yang sangat besar di dekat tempat penemuan prasasti Dawangsari. Selain itu dalam prasasti juga diketahui tentang adanya orang s?dhu yang memuja dewa Gan?e?a. Prasasti Dawangsari juga menggunakan metrum yang memperlihatkan adanya usaha agar prasasti itu memiliki kekuatan atau agar menyerupai mantra.
Inscription is one of the important historic relics. Dawangsari inscription is an inscription about the worship of Gan?e?a. In the Dawangsari inscription, said that Gan?e?a, with the name Win?yaka, which reveals its form can eliminate the evil in the world. This is strengthened by the statues Gan?e?a found with a very large size near by Dawangsari inscription discovered. Moreover, the inscription is also known about the existence of people who worship the Gan?e?a god, known as s?dhu. Dawangsari inscription also use metrum showing the inscription was have an attempt to have the power or to resemble a mantra."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S11500
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Komaruzaman
"Prasasti sebagai sumber tertulis sebagai data utama yang bernilai tinggi (primary element) mempunyai peranan penting bagi penulisan sejarah kuna. Selain sebagai sumber penulisan sejarah, bila diteliti dengan seksama, isi prasasti dapat memberikan gambaran tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, kemasyarakatan, perekonomian, agama, kepercayaan, dan adat-istiadat dalam masyarakat Indonesia kuna. Pengkajian prasasti sebagai upaya untuk merekonstruksi sejarah kuna Indonesia sudah sejak lama dilakukan. Namun banyak prasasti yang belum diteliti secara tuntas dan hanya diterbitkan dalam bentuk alih aksaranya saja atau dengan terjemahannya, namun belum dilakukan suatu tinjauan kritis terhadap isinya. Prasasti Lawadan dikeluarkan oleh Sri Sarwweswara Triwikramawataranindita Spigalancana Digjayotungadewanama dan berangka tahun 1127 Saka. Merupakan salah satu prasasti yang belum diteliti secara tuntas. Prasasti Lawadan 1127 S itu merupakan prasasti terakhir yang diketemukan sebelum raja ini dikalahkan oleh Ken Angrok pada tahun 1144 S. Jika dilihat dari jumlah prasasti yang menyebut nama Krtajaya yaitu hanya 7 buah, sedangkan ia bertahta sekitar 30 tahun jumlah itu sangat sedikit sehingga keterangan sejarah yang diperoleh juga sangat minim. Penelitian yang dilakukan baik itu oleh Brandes ataupun Damais hanya sebatas alih aksaranya saja. Untuk itu suatu pembacaan ulang dengan disertai suatu telaah isinya berupa tinjauan kritis dirasakan perlu untuk dilakukan. Pembacaan ulang yang telah dilakukan menghasilkan beberapa hal diantaranya bahwa ada beberapa kesalahan pembacaan yang telah dilakukan oleh Brandes dan citralekha. Selain itu pembacaan ulang ini dapat mengisi atau melengkapi beberapa bagian kosong pembacaan Brandes. Beberapa keistimewaan Prasasti Lawadan diantaranya pada bagian lancana dibubuhkan nama raja yang mengeluarkan prasasti ini yaitu Krtajaya. Selain itu prasasti ini diawali dengan mantra pujian terhadap dewa dan hal ini tidak terdapat pada prasasti Krtajaya lainnya. Prasasti Lawadan memberikan keterangan bahwa penduduk desa Lawadan beserta daerah sewilayahnya telah menerima anugerah raja yang berupa pembebasan pajak dan penerimaan sejumlah hak-hak istimewa. Hak-hak istimewa itu meliputi berbagai hal, seperti melakukan kegiatan-kegiatan tertentu di depan umum, mengenakan jenis-jenis pakaian dan perhiasan tertentu, memakan makanan istimewa, memiliki rumah dengan ciri-ciri tertentu serta memiliki pula tempat duduk, balai-balai, payung, serta tanaman di rumah mereka. Setelah melalui suatu tinjauan kritis yang dilakukan terhadap unsur-unsur ekstern meliputi bentuk prasasti, paleografi, dan kronologis serta unsur-unsur intern yang meliputi bahasa dan isi prasasti dapat disimpulkan bahwa Prasasti Lawadan ditulis sesuai dengan angka tahun yang dimuatnya, bukan merupakan prasasti yang palsu atau tiruan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11527
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Museum Nasional Indonesia, 2019
930.12 PRA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuntayamah
"Skripsi ini membahas tentang pendirian sīma di desa Munduoan dan Haji Huma oleh Rakai Patapan Pu Manuku kepada wakilnya yang bernama Sang Patoran. Tujuan pemberian anugerah sīma ini adalah untuk menggembalakan kambing milik raja. Berdasarkan kritik ekstern yang dilakukan, Prasasti Munduoan terbukti secara otentik dibuat pada masanya. Sedangkan kritik intern menunjukkan bahwa prasasti ini sangat kredibel Prasasti Mundu'an merupakan prasasti tembaga tertua yang berisi mengenai penetapan sebuah sīma. Pada awal mulanya, penangugerahan sebuah sima merupakan wewenang seorang penguasa wilayah turun temurun, namun sejak akhir abab ke-9 M penganugerahan sīma menjadi wewenang raja seutuhnya.

The focus of this study is about establishment of sīma in village of Mundu'an and Haji Huma by Rakai Patapan Pu Manuku to his representative named Sang Patoran. The aim of his giving is to look after king's goat. According to extern critics prasasti Mundu'an is an authentic document from 9 century A.D. Meanwhile it is indicate a credible data according to the intern critics. Prasasti Mundu'an is the oldest copper inscription contained establishment of a sīma. In the beginning of 9 century A. D sīma was granted by a local leader; yet in the end of that century, sīma's establishment was whole granted by the king."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S11738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tres Sekar Prinanjani
"Skripsi ini membahas prasasti Wukiran 784 Ś yang dikeluarkan oleh Rakai Pu Kumbhayoni. Prasasti ini menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno. Pembahasan meliputi terjemahan dan aspek-aspek yang terdapat pada prasasti. Bahasa Sansekerta yang diterjemahkan berdasarkan aturan tata bahasanya, begitu juga dengan bahasa Jawa Kuno. Selain itu, terdapat pembahasan tentang identifikasi tokoh, peristiwa, kronologi, tempat, dan juga fungsi dari penggunaan dua bahasa dalam prasasti Wukiran. Hasil dari penelitian tentang prasasti Wukiran dikaitkan dengan situs Ratu Baka dan prasasti-prasasti Ratu Baka lainnya.

This study tells about Wukiran inscription 784 Ś that made at Rakai Pu Kumbhayoni rules. Wukiran inscription have two languages, Sanskrit and Old Javanese. The focus of this study is not only about translation from Sanskrit and Old Javanese to Indonesian but all aspects that found in this inscription. The method to translate Sanskrit to Indonesian based on Sanskrit Grammar. There are explanation about figure (person and God), event, chronology, place, and language function. The result of this study connected with Ratu Baka Site and other Ratu Baka inscriptions."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12051
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vernika Hapri Witasari
"Skripsi ini merupakan pembahasan prasasti Pucangan Sanskerta yang meliputi analisa tata bahasa Sanskerta untuk melihat pemahaman sang citralekha terhadap tata bahasa Sanskerta di zamannya. Kemudian akan di interpretasikan, baik interpretasi tokoh, peristiwa, waktu, dan geografi dengan Prasasti Pucangan Jawa Kuna. Prasasti Pucangan telah alihaksarakan dan diterjemahkan oleh Prof.H.Kern dan diterbitkan pada Verspreid Geschriften VII. Karena terdapat kesalahan pembacaan dan penafsiran oleh para ahli terdahulu, maka prasasti Pucangan Sanskerta di kaji ulang pada skripsi ini.

This thesis is discussion about the Sanskrit Inscription of Pucangan that is include the analysis of Sanskrit grammar in the inscription to found how far the citralekha had to understanding of Sanskrit grammar in that time. Afterwards, it would be interpretation to the figure, even, time and geography with Old Javaness Inscription of Pucangan. This inscription had been transcription and translation by Prof.H.Kern and publish in VG VII. But, because there is some mistake in transliteration and interpretation also from the other epigraf, so this inscription must be re-analysis in this thesis."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12034
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Latifa Soetrisno
"Prasasti sebagai sumber sejarah kuno mempunyai kualitas yang tinggi, karena apabila diteliti dengan seksama isinya dapat memberikan gambaran yang amat menarik tentang struktur kerajaan, struktur birokrasi, struktur kemasyarakatan, struktur perekonomian, agama, kepercayaan dan adat istiadat di dalam masyarakat Indonesia kuno. Dari sejumlah besar prasasti, banyak yang belum diteliti secara intensif. Sebagian besar prasasti diterbitkan dalam bentuk alih aksaranya Baja, itu pun tidak selurulrnya lengkap. Beberapa di antaranya dilengkapi dengan terjemahan, namun telaah atas isinya belum banyak dilakukan. Sehubungan dengan hal tersebut maka suatu pengkajian ulang terhadap prasasti merupakan tema dalam skripsi ini. Pokok bahasan yang diambil mengenai salah satu prasasti yang telah dialihaksarakan oleh Brandes, yaitu: prasasti Baru yang dikeluarkan oleh raja Airlangga tahun 952 S/ 1030 M. Meskipun pernah membuat alih aksara atas prasasti baru ini, namun Brandes tidak melakukan pembahasan yang mendalam terhadap isi prasasti ini.Mengingat pentingnya prasasti sebagai salah satu sumber sejarah kuno dan sekaligus berfungsi ganda sebagai historiografi maka juga dilakukan telaah terhadap isi pra_sasti baru, yaitu suatu pembahasan akan sebab-sebab penyerangan Airlangga ke Hasin. Di samping itu peristiwa penyerangan Airlangga lainnya yang terdapat dalam prasasti-pra_sasti Airlangga lainnya juga mendapat perhatian. Dari hasil pembahasan dikemukakan adanya dua kemungkinan yang diharapkan dapat menjelaskan masalah mengapa Airlangga berperang dengan raja Hasin. kemungkinan yang pertama terdasarkan atas pendapat yang diajukan aleh de Casparis, yaitu alasan Airlangga menyerang raja hasin sebenarnya merupakan salah satu usaha untuk mengoyahkan perlawanan musuh Airlangga yang terkuat yaitu raja Wengker, Airlangga pada akhirnya raja Wengker sudah tidak berdaya karena tidak ada bantuan dari Pura sekulunya. Sedangkan kemungkinan yang kedua ditafsirkan bahwa alasan dari penyerangan dari airlangga ke Hasin adalah tidak lepas dari adanya konsep kaliyuga. Akhir penelitian ini bukan saja menjawab masalah yang telah diajukan tetapi juga menimbulkan masalah baru yang menunggu waktu untuk pembahasan lebih lanjut"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Museum Nasional Indonesia, 2019
736.5 PRA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Abi Khakam
"Prasasti Kubu Kubu 827 Śaka merupakan prasasti yang dikeluarkan pada saat pemerintahan Śrī Mahārajā Rakai Watukura Dyah Balitung Ś rī Dharmmodaya Mahasambhu bertahta di Mataram Kuno. Prasasti ini berisi mengenai penetapan śīma di Desa Kubu Kubu kepada Rakryan Hujung Dyah Mangarak dan Rakryan Matuha Rakai Majawuntan atas keberhasilannya menyerang Bantan. Prasasti Kubu Kubu juga merupakan prasasti yang membuktikan bahwa raja Dyah Balitung pernah memperluas kekuasaanya ke Jawa Timur. Hasi dari penelitian ini telah membuktikan bahwa prasasti ini merupakan prasasti tinulad. Selain itu, dengan banyaknya kesalahan pembacaan pada penelitian sebelumnya, dilakukanlah peninjauan ulang terhadap prasasti ini.

Inscription of Kubu Kubu (827 Ś aka) is an inscription issued by Śrī Maharaja Rakai Watukura Ś rī Dyah Balitung Dharmmodaya Mahasambhu of ancient Mataram. This inscription tell us about the establishment of śīma of Kubu Kubu village. The reason is because the merit of Rakryan Hujung Dyah Mangarak and Rakryan Matuha Rakai Majawuntan for successfully attacking Bantan. The Inscription of Kubu Kubu is also a proof of the expansion of Dyah Balitung to the East Java. The research result shows that this inscription is tinulad. Moreover, the result shows some of the mistakes of the previous reading is the reason why this research focused to the review this inscription.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S55122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richadiana Kartakusuma
"Nama Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung Sri Dharmmodaya Mahasambhu dikenal sebagai salah satu dari raja raja yang bertakhta pada periode Mataram kuno. Di antara raja-raja yang memerintah pada waktu itu Dyah Balitung termasuk raja yang banyak mengeluarkan prasasti setelah Pu Lokapala. Sekalipun demikian, keterangan keterangan yang diperoleh sampai saat ini belum dapat mengungkapkan secara lengkap kejadian di masa pemerintahannya yang dua belas tahun lamanya (898-910 M) Keterangan yang dianggap agak jelas tentang diri Dyah Balitung baru diketahui dari salah satu prasastinya yang terkenal, yaitu Prasasti Mantyasih yang berangka tahun 907 M ..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S11614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>