Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100247 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aroma Elmina Martha
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
TA3631
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S6299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pradianti Gavrilia
"ABSTRAK
Kegiatan pertambangan rakyat yang disebut oleh masyarakat Bangka dengan Tambang Inkonvensional (TI), semakin marak hampir mencakup ke segala aspek ekosistem alam baik darat maupun laut yang mana tidak memiliki izin dalam proses kegiatan penambangan. Dengan semakin maraknya kegiatan pertambangan TI dikabupaten Bangka Selatan maka Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan membentuk Tim Terpadu PETI dalam rangka upaya penanggulangan masalah penertiban serta penghentian segala bentuk pertambangan tanpa izin. Pembentukan Tim Terpadu PETI ini berdasarkan Keputusan Bupati Bangka Selatan No.188.45/67A/SAT POL PP/2014 tentang Pembentukan Tim Terpadu Penanggulangan Pertambangan tanpa Izin yang mana mengacu pada Perda No 4 Tahun 2011 Tentang Pertambangan Mineral.
Fokus penelitian ini adalah pada implementasi kebijakan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan penanganan tambang timah inkonvensional (TI) mengalami berbagai permasalahan berupa keterbatasan Keterkaitan standar dan tujuan, sumberdaya, komunikasi antar organisasi dan aktivitas implementasi, karakteristik badan pelaksana, kondisi sosial, ekonomi dan politik serta disposisi pelaksana sangat mempengaruhi implementasi kebijakan. Ketidakjelasan dalam pelaksanaan standar dan tujuan, masih kurangnya dukungan sumberdaya kebijakan baik itu kurangnya sumberdaya manusia, sumberdaya dana, sumberdaya fasilitas dan sumberdaya informasi, serta aspek diluar organisasi seperti kondisi sosial, ekonomi memberikan hambatan dalam proses pelaksanaan implementasi kebijakan dan pencapaian keluaran implementasi kebijakan.

ABSTRACT
Artisanal mining activities called by the Islands community with Unconventional Mine (TI), the more bloom almost cover all aspects of natural ecosystems to both land and sea which are not authorized in the process of mining activities. With the rise of mining activities, the IT dikabupaten South Bangka Regency Government of South Bangka Integrated Team illegal formed in an effort to curb the problem prevention and cessation of all forms of mining without permission. Integrated Team illegal formation is based on Decree of the Regent South Bangka No.188.45 / 67A / SAT POL PP / 2014 on the Establishment of an Integrated Response Team Mining without a license which refers to Bylaw No. 4 of 2011 on Mineral.
This research focus is on the implementation of the policy. This study uses a qualitative method. The results showed that the implementation of policies to deal with unconventional tin mine (TI) experienced a variety of problems such as limitations of standard linkage and objectives, resources, communication between the organization and implementation activities, the implementing body characteristics, social, economic and political as well as the disposition executive influence policy implementation. The lack of clarity in the implementation of standards and goals, still a lack of resources support good policies that lack of human resources, financial resources, resources, facilities and information resources, as well as aspects of outside organizations such as social conditions, economic provide obstacles in the implementation process of policy implementation and the attainment of policy implementation"
2015
T43898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budimanta
"This dissertation discusses about the tin mining in Bangka community in Penagan village, Province of Bangka-Belitung Islands, particularly on relations of strength in the activity structure of tin mining performed by the miners (individuals or groups) in organizing the control, exploitation, management and distribution of the resources in the area. Tin mining activities performed by Bangka people in Penagan is called TI forming inseparable part of Bangka people life. In these activities, the miners are connected in the context of relation of power based on the strength of each miner. The relation of strength and powers is not only demonstrated by the statue and role between Boss and subordinates in TI activities but also among TI with other miners interested in tin resources.
In this dissertation, i will show the relation of power in the social structure being the function of mutual relations of strength among the miners based on the capabilities and capacity of each miner in such structure. The powers of each miner includes capital and symbols of relaionship regularly reproduced to strengthen the existing relation. Mutual relation is functionally empowered by the miners to maximize the economic benefit from available resources in the walks of life of the ccommunity. Tin mining structure is a siymbiotic and mutual cooperation network (mutual and profit exchange) primarily among the miners based on economic benefit of tin resource, where the fund will then become collective standard of the miners and business groups. The strength held by each miner in the context of tin resources control and tin mining activities indicate no dualism of the strength of the miner binding of free. In term of mining context, the existing strength is independent or binding. There is no miner who can directly control by the power it owns in tin mining activities. This is attributable to the fact that tin, as a resource in social system of tin mining is considered as collective resources.
Research methodology used in this dissertation is qualitative research method with observation technique and in-depth interview. Specifically, it uses ethnography method resulth in deep and holistic examination on tin mining performed by Bangka community in Penagan. The period of data collection began from the early 2005 until August 2006. I use the approach referring to the relations of power and strength among the miners in the tin mining structure which includes control, management and organizing of tin resources. The relation of powers among the miners is based upon the strength of the miners to influence and or to control other miners."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
D820
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
" Penambangan timah di Kabupaten Bangka telah menimbulkan banyak kerusakan lingkungan termasuk sungai. Kualitas air, habitat perairan dan keanekaragaman sumberdaya ikan terancam serta sistem kearifan lokal masyarakat yang ada akan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aktivitas penambangan timah terhadap kualitas perairan dan keanekaragaman jenis ikan serta kearifan lokal masyarakat terkait perlindungan dan pemanfaatan sumberdaya perairan sungai. Penelitian dilakukan dari Februari sampai Mei 2013 melalui pengambilan contoh ikan menggunakan jaring insang dengan beberapa ukuran mata jaring. Pengukuran beberapa parameter kualitas air dilakukan dan dianalisis menggunakan Indeks Pencemaran (IP) dan indeks habitat untuk melihat gangguan pada habitat akibat penambangan timah. Data kearifan lokal dikumpulkan dengan pengamatan lapangan dan wawancara mendalam kepada tokoh masyarakat serta para pemangku adat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambangan timah mempengaruhi kualitas air terutama kecerahan, kekeruhan dan padatan total tersuspensi (TSS; Total suspended solid). Berdasarkan nilai IP sungai di wilayah penambangan timah menunjukkan tercemar sedang dan kondisi habitat dalam kondisi gangguan berat. Rendahnya kualitas air akibat sedimentasi limbah penambangan timah mengakibatkan menurunnya keanekaragaman dan komposisi jenis ikan di perairan. Sementara itu sistem kearifan lokal masyarakat bertahan dengan tetap mematuhi aturan adat meskipun perairan telah terganggu."
551 LIMNO 21:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsurizal
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1982
S33226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferri Yanuar
"Di daerah Propinsi Bangka Belitung. malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang klasik dan sudah berlangsung sejak lama yang sampai saat ini masih belum dapat teratasi. Kabupaten Bangka sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Bangka Belitung mempunyai angka kejadian malaria yang cukup tinggi. Angka AMI (Annual Malaria Incidence). yaitu sebesar 45%0 pada tahun 2002, dengan jumlah penderita malaria klinis mencapai 25.937 pada tahun yang sama. Tingginya kasus malaria di Kabupaten Bangka tidak hanya memberikan dampak terhadap sektor kesehatan saja, tetapi juga akan berpengaruh terhadap sektor ekonomi masyarakat. Tahap awal untuk menilai kerugian ekonomi akibat malaria adalah dengan studi Cost of illness. Tingginya kasus tersebut akan menyebabkan banyaknya waktu produktif yang hilang karena sakit dan tingginya biaya yang dikeluarkan untuk mencari pengobatan. Biaya yang lebih besar dapat terjadi bila penderita malaria tersebut sampai dirawat di rumah sakit. Berdasarkan data dari RSUD Sungailiat terlihat bahwa jumlah kasus malaria yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi, yaitu sebanyak 234 kasus pada tahun 2001 dan 689 kasus pada tahun 2002; menempati urutan pertama dari total kasus rawat inap. Penelitian ini ditujukan untuk melihat berapa besar biaya-biaya yang ditimbulkan karena sakit malaria pada pasien yang sedang dirawat di rumah sakit.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran biaya - biaya yang ditimbulkan oleh penyakit malaria pada penderita yang dirawat di RSUD Sungailiat, baik biaya langsung (direct cost) maupun biaya tidak langsung (indirect cost). Tujuan khusus penelitian adalah untuk mengetahui karakteristik pasien malaria, berapa besar biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dikeluarkan oleh pasien malaria untuk mencari pengobatan sebelum dan seiama dirawat di rumah sakit dan diketahuinya rata-rata larva hari sakit -clan hari rawat -di rumah sakit, serta beberapa faktor yang berhubungan dengan total biaya yang -dikeluarkan karena sakit. Lingkup penelitian ini hanya mencakup cost of illness dari sudut pasien malaria saja tanpa melihat biaya institusi rumah sakit, sehingga yang dihitung adalah tarif pelayanan yang dibayarkan oleh pasien bukan biaya satuan untuk pelayanan tersebut.
Desain .penelitian adalah survei, yang dilaksanakan di bagian rawat inap RSUD Sungailiat Kabupaten Bangka. Waktu penelitian ini berlangsung selama bulan Maret - Juni 2003, dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 94 responden. Data primer dikumpulkan langsung dan pasien malaria yang dirawat dan dokter rumah sakit.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mereka yang terbanyak dirawat di rumah sakit adalah laki-laki, pendidikan rata-rata SLTA, umur rata-rata 30 tahun dan sebagian besar responden (67,1%) adalah penduduk asli Bangka. Sebelum dirawat di rumah sakit, sebanyak 77,7% responden mencari pengobatan terlebih dahulu ke fasilitas kesehatan. Biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh responden untuk pengobatan ini sebesar Rp. 28.310,00 yang terdiri dari biaya untuk transportasi, jasa dokter dan obat serta pemeriksaan laboratorium. Selain mencari pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan, sebanyak 54,3% responden membeli obat sendiri dan umumnya mereka membeli obat di warung. Jenis obat yang dibeli adalah obat untuk demam karena gejala malaria yang mirip dengan demam biasa dan ketidaktahuan responden tentang penyakit malaria. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat Rp. 2.350,00.
Rata-rata hari rawat responden di rumah sakit responden adalah selama 3 hari dengan variasi antara 1 - 7 hari dengan kelas perawatan terbanyak di Kelas III (78,7%). Responden dibawa ke rumah sakit rata-rata setelah 1,5 hari setelah menderita sakit. Biaya yang dikeluarkan oleh responden selama dirawat di rumah sakit rata-rata sebesar Rp. 351.985.00 yang terdiri dari biaya untuk kamar perawatan, obat dan bahan medis, jasa/visit dokter, pemeriksaan laboratorium. emergensi dan tindakan lainnya. Responden masih mengeluarkan biaya untuk orang yang menunggui selama dirawat di rumah sakit dengan rata-rata biaya sebesar Rp_ 49.545,00 yang dikeluarkan untuk makan dan transportasi. Total hari sakit responden antara 2 - 9 hari dengan rata-rata selama 5 hari. Rata-rata pendapatan responden yang hilang karena sakit adalah Rp. 133.450,00, sementara rata-rata pendapatan yang hilang dari orang yang menunggui responden selama dirawat Rp. 53.215,00.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh responden selama sakit malaria rata-rata Rp. 669.175,00. Kelompok biaya yang terbesar dikeluarkan oleh responden adalah untuk biaya langsung, yaitu 56,9% atau Rp. 381.155,00 digunakan untuk membeli obat dan bahan medis, jasa/visit dokter, pemeriksaan laboratorium, emergensi dan tindakan lainnya serta biaya kamar perawatan di rumah sakit. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 288.020,00 digunakan untuk biaya transportasi ke fasilitas kesehatan, biaya makan dan minum, biaya keluarga yang menunggui pasien dan opportunity cost/kesempatan yang hilang karena sakit malaria yang berupa hilangnya pendapatan pasien dan orang yang menungguinya selama sakit malaria.
Hasil analisis bivariat menunjukkan, ada dua variabel yang berhubungan dengan total biaya selama sakit, yaitu tingkat penghasilan pasien dan jenis Plasmodium. Sementara untuk variabel lama hari rawat di rumah sakit, total hari sakit, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan Jenis pekerjaan tidak menunjukkan adanya hubungan dengan total biaya yang dikeluarkan.
Saran yang disampaikan adalah perlu penelitian yang lebih lengkap tentang COI malaria karena Bangka adalah daerah endemis malaria, Dinas Kesehatan perlu melibatkan sektor lain di dalam program pemberantasan malaria di Bangka, rumah sakit perlu melakukan analisis biaya satuan pelayanan di rumah sakit, khususnya untuk malaria dan bagi pemerintah daerah Bangka perlu memberikan perhatian khusus terutama bagi pendatang yang beresiko untuk terkena malaria.

Cost of Illness Malaria: A Case Study in Sungailiat Public Hospital Bangka Distric, 2003In Bangka Belitung Province, malaria is one of the classical health problem has been found since long time ago, and yet until to day still not been successfully solved. Bangka as one of district in Province of Bangka Belitung has high number of malaria cases. The AMI (Annual Malaria Incidence) was 45%o in 2002, and clinical malaria patients reached 25.937 in the same year. Malaria problem in Bangka District will not only impact the health sectors, but also affect the economic and social sectors. The Cost of Illness study is the first step to estimate the economic loss due to the malaria. As well one potential impact is the loss of the productive time of the people, including the expenses for the treatment and pain released to seek for medication as well as loss opportunity to earn money. This loss is even higher if they have to be hospitalized. The data from RSUD Sungailiat shows that number of malaria patient admitted to the hospital is quite high, 234 cases in year 2001 and 689 cases in year 2002; and has been the first top cases in Sungailiat Public Hospital. This research aimed to obtaining information on how much costs generated due to malaria of the patient being hospitalized.
This research aim is to obtain the cost of illness of malaria of the patient hospitalized in RSUD Sungailiat, both direct and indirect costs. The objectives of this research are to describe characteristics of the malaria patients, the direct and indirect costs to seek for medication, average length of stay (ALOS) patients at hospital, as well as some factors related with total cost of illness. This research only covers cost of illness from the aspect of the patient of malaria regardless the cost from the provider side.
This research is a survey, conducted in Sungailiat Public Hospital, Bangka District. Data has been collected during March - June 2003. The sample size was 94 respondent. Primary Data collected directly from the patient.
The study revealed that those who have been hospitalized due to the malaria are mostly male, senior high school graduated, 30 years old on average and mostly (67,1%) are originally from Bangka island. Before being hospitalized, 77,7% of the respondent seek care to the health facilities. Average cost spent by respondent was Rp. 28.310,00, consisted of transportation expense, drugs and physician charge and also the laboratory examination. Self medication was chosen by 54,3% of the respondent, by buying the drugs from "warung" (small shop). Mostly they bought the drugs for fever treatment because of they ignorance of malaria treatment. Average drugs expense was Rp. 2.350,00.
Average length of stay (AIDS) respondent was 3 days, varied 1 - 7 days mostly in Class III (78,7%). Respondent admitted to hospital after 1,5 day suffering. Patient expenses during hospitalized was equal to Rp. 351.985,00, consisted of expenses for the hotel room, medical consumables and drugs, medical services, laboratory examination/diagnosys, and other emergency services. The average expenses for the care taker during hospitalized was Rp. 49.545,00 for meals and the transportation. In total number of sick day of respondent between 2 - 9 days (5 days on average). Income loss (opportunity cost) due to malaria illness is Rp. 133.450,00, while for the care taker is 53.215,00.
Total cost of illness is Rp. 669.175,00, comprised both of direct and indirect costs. The direct cost is 56,9% from the total cost or equal to Rp. 381.155,00, mostly spent for medical consumables and drugs, medical services, hotel room, laboratory examination/diagnosis, and other emergency services as well as hospital. The indirect cost was amounted to Rp. 288.020,00 for the transportation to the health facilities, expenses for meals, care taker during hospitalized and income loss of the patient and the care taker as well as.
Result of the bivariate analysis showed that are two variables related with total cost during pain; income of the patients and type of Plasmodium. Length of stay, number of sick days, sex/gender, occupation and education of the respondent did not show any significant relationship with the cost of illness.
The study suggested that a more comprehensive cost of illness study would be needed, as well as intersectoral approach to combat malaria in Bangka and special attention for the immigrants with high risk for malaria from other places.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12988
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>