Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175224 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kobi Siswantara Tejasukmana
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
TA3961
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hartaty Sarma Sangkot
"Perbaikan dan peningkatan kualitas sektor kesehatan dunia ditandai dengan adanya reorientasi pelayanan kesehatan. WHO menginisiasi pembentukan jaringan kerja Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dengan tujuan reorientasi institusi pelayanan kesehatan yang mampu mengintegrasikan promosi kesehatan dan edukasi serta pencegahan penyakit dan pelayanan rehabilitasi dengan pelayanan kuratif. Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diIndonesia, Rumah sakit sebagai Unit Kesehatan Perorangan (UKP) seharusnya pula melaksanakan reorientasi pelayanan kesehatan yang mengarah kepada terbentuknya rumah sakit promotor kesehatan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif di bidang kesehatan masyarakat untuk meninjau kegiatan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) berdasarkan salah satu standard WHO yaitu aspek kebijakan manajemen yang dilakukan di Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPD) dan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) RSCM Jakarta Pusat. Penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam, observasi dan telaah data sekunder (dokumentasi yang berkaitan) sebagai alat pengumpul data.
Penelitian ini menunjukan bahwa pada prakteknya kesadaran akan adanya kebijakan saja bukanlah jaminan keberlangsungan kegiatan promosi kesehatan, khususnya apabila tidak terdapat sumber daya untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hal ini berarti kebijakan yang ada harus direalisasikan sebagai sebuah program yang mampu untuk dilaksanakan karena mendapat dukungan sumber daya baik sumber daya manusia, dana maupun sarana serta prasarana."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Baderel Munir
"Meskipun sebagian diantara pakar antropologi meragukan adanya kebudayaan di rumah sakit, namun penelitan ini memperlihatkan banyaknya peranan unsur-unsur kebudayaan terlibat dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
- Tesis mengkaji masalah hubungan antar pelaku dan masalah dalam proses pelayanan kesehatan di IGD, Rumah Sakit Umuum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta, yang pada hakekatnya adalah tinjauan tentang subkebudayaan rumah sakit.
Kajian dalam tesis ini berhasil mengangkat dua hal pokok mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku para pelaku dalam proses pelayanan kesehatan di IGD.
Pertama, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi secara positif terhadap perilaku para pelaku, sehingga proses pelayanan yang terjadi berdampak pada terpenuhinya standar ideal pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ialah adanya kesamaan diantara para pelaku dalam hal pengetahuan dan penghayatan terhadap nilai luhur yang menganggap penting, mulia dan terpuji upaya memberikan pertolongan kepada orang sakit untuk mencegah kematian atau keadaan kesehatan yang semakin memburuk. Selain itu diantara para pelaku pemberi pelayanan kesehatan, mereka memiliki pengetahuan dan kepatuhan terhadap tatanan birokrasi yang telah digariskan. Adanya peranan unsur kekerabatan diantara para pemberi dan penerima pelayanan kesehatan, disatu sisi memberikan dukungan terhadap kelancaran pelayanan kesehatan bagi pasien di IGD.
Kedua, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi secara negatif terhadap perilaku para pelaku, sehingga proses pelayanan yang terjadi berdampak pada belum terpenuhinya. standar' ideal pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut ialah adanya perbedaan persepsi diantara para pelaku yang terlibat, pengaruh negatif dari perilaku birokrasi, pengaruh negatif dari peranan unsur kekerabatan dan adanya pengaruh negatif dari primordialisme berdasarkan spesialisasi medis.
Adanya perbedaan persepsi antar para pelaku bersumber dari kebutuhan yang berbeda-beda dan berbeda pula dalam hal model-model pengetahuan yang dimiliki yang secara selektif digunakan sebagai rujukan untuk memahami dan menginterpretasi kan objek yang dihadapi serta melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut,. sedangkan di IGD tidak tersedia forum yang memungkinkan berbagai pihak yang .terlibat untuk dapat saling memahami mengapa seseorang berbuat seperti apa yang ia lakukan, juga tidak tersedia petugas yang bertugas memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya tentang mekanisme pelayanan kepada pasien.
Adanya pengaruh dari perilaku birokrasi yang bersumber dari aturan birokrasi yang bersifat imperatif dan hierarkikal, yang menuntut kepatuhan mutlak dan melihat manusia dari sudut pandang pangkat dan jabatan, yang diterapkan secara kurang bijaksana, ternyata berdampak kepada terabaikannya etika profesi dan kode etik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien di IGD.
Selain itu peranan hubungan kekerabatan, sebagai salah satu unsur kebudayaan, yang ada diantara pemberi dan penerima pelayanan, berpengaruh pula terhadap pengambilan keputusan dalam pemberian prioritas pelayanan, dan melemahkan komitmen petugas terhadap pelaksanaan etika profesi dalam pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dalam pemberian prioritasnya seyogyaanya berdasarkan kepada tingkat kegawaian pasien tanpa membedakan suku bangsa, agama, status sosial ekonomi, namun pada kenyataannya sering berorientasi kepada ada atau tidaknya hubungan kekerabatan diantara pemberi dan penerima pelayanan.
Adanya sifat primordialisme spesialisasi yang ternyata berpengaruh terhadap model pembagian ruangan-ruangan IGD, berpengaruh pula terhadap proses pelayanan kepada pasien, dan berdampak mengurangi sifat integratif pelayanan, sebagai sifat yang menjadi ide dasar pembentukan unit pelayanan gawat darurat menjadi satu instalasi tersendiri. Dalam pelayanan kesehatan di IGD, ruang spesialisasi masih sangat menonjol dalam pembagian ruangan, khususnya di lantai I, sehingga pemanfaatan ruangan meniadi kurang efisien bagi pelayanan kepada pasien."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G.M. Yudi Prasetia Adhiguna
"Skleroderma adalah penyakit autoimun yang melibatkan jaringan ikat. Salah satu gejala klinis skleroderma adalah Fenomena Raynaud dengan perubahan 3 warna pada kulit. Pemeriksaan marker seperti C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) digunakan untuk memeriksa tingkat inflamasi terkait Fenomena Raynaud.
Tujuan penelitian adalah menelusuri hubungan kemaknaan antara CRP maupun LED dengan Fenomena Raynaud pada pasien skleroderma. Desain penelitian adalah desain potong lintang dan non-probability sampling. Jumlah sampel adalah 73 (30 memiliki Fenomena Raynaud, 43 tidak memiliki Fenomena Raynaud). Analisis data menggunakan uji chi square (diganti menjadi uji Fisher) untuk mengetahui apakah data yang diperoleh bermakna secara statistik dan klinis. Data bermakna secara statistik jika nilai p < α. Data bermakna secara klinis jika nilai besar efek penelitian > besar efek minimal.
Hasil penelitian memperoleh, pasien skleroderma terbanyak adalah 26, 38, dan 47 tahun (masing-masing 6,8%), rentang usia 20-73 tahun, mayoritas wanita (87,7%). Hasil yang diperoleh, tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik maupun klinis antara CRP dengan Fenomena Raynaud, maupun antara LED wanita dengan Fenomena Raynaud. Hubungan antara LED pria dengan Fenomena Raynaud diperoleh tidak bermakna secara statistik, namun dianggap bermakna secara klinis.

Scleroderma is an autoimmune disease that involves connective tissue. One of the clinical symptoms is Raynaud's Phenomenon with 3 colors change on the skin. Marker inflammations, such as C-reactive protein (CRP) and erythrocyte sedimentation rate (ESR) can be used for investigating inflammation level in establishing Raynaud's Phenomenon.
The aim was to investigate whether there was a significant relationship between CRP and ESR level with Raynaud's Phenomenon on scleroderma patients. This research use cross sectional design and non-probability samplingTotal sample used was 73 (30 with Raynaud's Phenomenon, 43 did not have). The test used was chi square (then change into Fisher Test) to determine whether the data obtained were statistically and clinically significant. Data is considered statistically significant if the value of p < α. Data is considered clinically significant if value of research effect size > minimal effect size.
The results showed that most of scleroderma patients were 26, 38, and 47 years old (6,8% respectively) with range 20-73 years old, the majority was women (87,7%). The results obtained were no statistically or clinically significant relationship between CRP and Raynaud's Phenomenon, nor between female's ESR and Raynaud's Phenomenon. The relationship between male's ESR and Raynaud's Phenomenon was not statistically significant, but was considered clinically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Kejadian infeksi di institusi kesehatan disebabkan berbagai faktor, salah satu penyebabnya adalah kebersihan tangan perawat, sebagai tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung dengan pasien, perawat sangat beresiko dapat menularkan dan tertular penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif perbandingan bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kepatuhan kebersihan tangan pada perawat yang sudah dan belum mengikuti pelatihan pengendalian infeksi nosokomial.
Sampel penelitian ini berjumlah 94 orang, yangmerupakan perawat yang bekerja di RSJPDHK Jakarta, dengan rata-rata usia 20-30 tahun (59,6%) dan masa kerja antara 1-10 tahun (53%), sebagian besar wanita (89,4%), dengan pendidikan terakhir terbanyak adalah D3 Keperawatan (70,2%). Sebagian besar sampel sudah mengikuti pelatihan pengendalian infeksi nosokomial (74,5%).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa angka kepatuhan kebersihan tangan cukup tinggi (88,6%) pada perawat yang sudah mcngikuti pelatihan dan 91,7% pada perawat yang belum mengikuti pelatihan, namun dari uji statistik tidak didapatkan adauya perbedaan yang bermakna dengan nilai p=1,000.
Peneliti merekomendasikan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan disain yang lebih baik sehingga hasilnya akan lebih signifikan. Selain itu pelatihan pengendalian infeksi nosokomial harus tetap diberikan sebagai dasar bagi perawat untuk Iebih patuh lagi dalam menjaga kebersihan tangan sehingga diharapkan nantinya angka kejadian infeksi nosokomial dapat lebih rendah.

Nosocomial infection found in health care services caused by many factors, ones of them is a hand hygiene of the health care provider, especially muses, in whom they were directly contact with the patient on 24 hours. Nurses has a high risk to get and spread the diseases in their activity. A descriptive comparative study was conducted to identify differences and correlation of the compliance for hand hygiene among nurses whose both joined or not in nosocomial infection control course.
Sample of this study was 94. All of them were nurses whose work in RSJPDHK Jakarta, with mean of age was 20-30 years old (:59,6%) and work time 1-10 years (53%), most of them were women (89,-4%), with the degree were Diploma Ill in Nursing (70,2%). Most of them had has followed nosocomial infection control course (74,5%).
Result of this study shows that compliance for hand hygiene was high (88,6%) for nurses whose followed the course compare with 91,7% for numes whose not followed the coume yet). However, from statistic test shows there was no significantly deferent, with p value 1,000.
Researcher recommended to conduct a further study with more sample size and best design to get a significantly result. Furthermore, the course of nosoeomial infection control should be keep running to give basic knowledge for nurses to be more compliance in hand hygiene so that the prevalence of nosocomial infection should be reduced.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5772
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Ridwan
"Praktik kerja profesi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Periode Agustus-September Tahun 2018 bertujuan untuk memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit, melakukan praktik pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika yang berlaku, memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian serta mempelajari strategi kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian. Praktik kerja profesi ini dilaksanakan selama 6 minggu dengan tugas khusus yaitu Pemantauan Terapi Obat Pada Pasien dengan diagnosis Community Acquired Pneumonia di unit rawat inap Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan dari tugas khusus ini adalah untuk mengetahui kerasionalan dan keefektifan terapi pada pasien dan untuk mengetahui drug related problem yang dialami pasien selama dirawat.

Internship at Dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital Period August-September 2018 aims to understand the duties and responsibilities of pharmacists in hospital, as well as to practice pharmaceutical services ain accordance with applicable laws and ethics, have the insight, knowledge, skills and practical experience to undertake pharmaceutical practice in hospital, can also the insight of pharmaceutical practice issues and learn strategies and activities that can be undertaken in the course of pharmaceutical practice development. This internship at was conducted for six weeks with special assignment Drugs Therapy Monitoring in Patient with a Diagnosis of Community Acquired Pneumonia at the Inpatient Unit Dr. Cipto Mangunkusumo National Center General Hospital. The purpose of this special assignment is to know the rationality and effectiveness of therapy in patient and to find  out drugs related problems experienced by patient during treatment.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Mundir Sari
"Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo Jl.Diponegoro No.71 Jakarta Pusat. Kegiatan PKPA ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta pengalaman kepada mahasiswa apoteker tentang tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit dalam peran manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus yang diberikan berjudul survei kepuasan pelanggan terhadap pelayanan farmasi di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan satelit – satelit farmasi di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.

Pharmacist Internship held at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jl. Diponegoro No. 71 Central Jakarta. Aim of this PKPA activity is to provide insight and experience to the students about the basic tasks of a pharmacist in a hospital, pharmacist in the management role of pharmaceuticals and clinical pharmacy services in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Special assignment given is customer satisfaction survey pharmacy services in RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo. This particular task aims to know level of customer satisfaction with the services provided satellite pharmacy in RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Paramithasari
"Konseling pasien pulang yang dijalankan dengan fungsi pelayanan apoteker yang dijalankan di RSCM dapat menyebabkan perbedaan pengetahuan obat dan kepuasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengetahuan obat dan kepuasan pasien setelah diberikan konseling pulang oleh apoteker dengan fungsi pelayanan yang berbeda. Metode penelitian yang dilakukan studi potong lintang (crosssectional study) menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Subyek penelitian adalah pasien pulang rawat inap gedung A bagian penyakit dalam RSCM periode Februari – Maret 2020 sebanyak 60 responden. Data yang didapatkan dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan obat dan kepuasan pasien secara signifikan pada statistik (p= 0,605, OR = 1,495; p= 1,000, OR = 2,071). Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ada perbedaan pengetahuan obat dan kepuasan pasien setelah diberikan konseling oleh apoteker pelayanan yang berbeda.

Discharge counseling carried out by different functions of the pharmacist services performed at RSCM could impact patient’s knowledge and satisfaction. This research aims are to compare patient’s knowledge and satisfaction after being given discharge counseling by both pharmacists with different service functions. The research method used was a cross-sectional study using a questionnaire that had been tested for validity and reliability. The research subjects were inpatient hospitalized that would be discharged in building A in the internal medicine section of the RSCM from February to March 2020 with total 60 respondents. The data obtained were analyzed by univariate and bivariate using SPSS. The results showed the differences of patient’s knowledge and pastient’s satisfaction is not statistically significant (p = 0,605 OR = 1,495; p = 1,000 OR = 2,071). The conclusion of this research is there was no differences in patient’s knowledge and satisfaction after being given discharge counseling by different pharmacist services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahri Reza
"Rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan tidak terhindar dari bahaya bising. Efek yang ditimbulkan bising dapat berupa efek auditori dan efek non auditori. Salah satu efek non auditori yang ditimbulkan bising adalah burnout syndrome. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mencari prevalensi risiko tinggi burnout syndromepekerja RSUPNCM dan hubungannya dengan kebisingan ruangan yang ditentukan peneliti. Analisis statistik dilakukan untuk mencari hubungan antara faktorjenis kelamin, usia, status pernikahan, serta pengalaman kerja dengan risiko tinggi burnout syndrome. Peneliti melakukanaudiometri nada murni, timpanometri, dan pemeriksaan emisi otoakustik untuk kemudian dicari hubungannya antara hasil pemeriksaan dengan risiko tinggi burnout syndrome. Pekerja diminta mengisi kuesioner Maslach Burnout Inventoryuntuk skrining risiko tinggi burnout syndrome. Satu dari 77 subyek penelitian ditemukan memiliki risiko tinggi burnout syndrome. Prevalensi risiko tinggi burnout syndrome pada pekerja RSUPNCM adalah 1,3%. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin, usia, status pernikahan, pengalaman kerja, audiometri nada murni, timpanometri, serta otoakustik emisi dengan risiko tinggi burnout syndrome.

Hospital as public health service can not avoid noise hazard. Effect of hospital noise including auditory effect and non auditory effect. One of the non auditory effect is burnout syndrome. This research is a cross sectional study in order to find the prevalence of high burnout syndrome risk on CMCGH workers and its relation with certain noise room which have determined by researcher. Statistic analysis have conducted in order to find relationship between several factors including gender, age, marital status,working history with high burnout syndrome risk. Researcher examine workers including pure tone audiometry, tympanometry, otoaccoustic emission. Relationship analysis between those examination and high burnout syndrome risk haveconducted. Researcher instruct workers to fill the Maslach Burnout Inventory questionnaire as screening for high burnout syndrome risk. One of 77 workers have been revealed having high risk.The prevalence of high burnout syndrome risk is 1,3 %. There is no relationship between gender, age, marital status, working history, pure tone audiometry, tympanometry, acoustic emission with high burnout syndrome risk due to statistic analysis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>