Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4189 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Al-Baraniq, Muhammad Ahmad
"Buku ini mengajarkan tentang jumlah-jumlah yang ada dalam bahasa arab serta penulisan dalam bahasa arab yang baik dan benar."
Kairo: Matba`ah Lajnah Al-bayan al-Arabi, 1959
ARA 492.7 BAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali al-Lughawi al-Halabi, Abi al-Tayyib Abd al-Wahid bin
"buku ini tentang tata bahasa arab atau gramatika dalam bahasa arab."
Kairo: Maktabat Nahdat Mesir, 1953
ARA 492.7 ALI m (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwin Triwinarti
"Skripsi yang diajukan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sastra ini membicarakan tentang kalimat kondisional Bahasa Arab (BA) atau 'Al-jumlatu 'Al-syartiyyatu. Data-data terutama sekali dikumpulkan dari Al-Qur'an,karena Al-Qur'an menggunakan bahasa Arab baku dan standar. Setelah data diperoleh, maka dilakukan analisis berdasarkan teori-teori yang dikemukan oleh para ahli bahasa, baik secara umum, maupun dari bahasa Arab itu sendiri. Dari pembahasan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya kalimat kondisional BA ditandai de_ngan partikel kondisional atau penanda protasis. Penan_da apodosis digunakan untuk hal-hal yang khusus. Penanda protasis memegang peranan yang penting dalam pembentukan kalimat kondisional BA, karena ia dapat mempenga_ruhi modus verba yang mengikutinya dan bahkan dapat mem-pengaruhi modus verba apodosis. Berdasarkan penanda protasisnya pun tanpa memperhatikan kala verbanya kita dapat mengetahui tipe kalimat kondisional BA, apakah termasuk tipe kalimat kondisional realis atau irealis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husni Mubarak
"Al-Kalam dan al-qaul merupakan dua buah kata yang berbentuk nomina, yang bermakna perkataan dan ucapan, penggunaan kedua kata ini dalam kehidupan seharihari dapat saling menggantikan atau merupakan sinonim, akan tetapi tidak demikian di dalam Al-Quran, kedua kata ini dan derivasnya tidak dapat saling menggantikan, bahkan merupakan dua kata yang berbeda. Ada tiga permasalahan yang akan di bahas yaitu: _apa komponen makna umum kata al-kalam dan al-qaul dalam Al-Quran_ dan _komponen makna pembeda kata al-kalam dan al-qaul dalam Al-Quran_, dan apa perbedaan dan persamaan makna kata al-kalam dan al-qaul dalam Al-Quran. Analisis kata al-kalam dan al-qaul menggunakan teori analisis komponen yang dikemukakan Nida, yang terdiri atas empat langkah kerja, yaitu: Penamaan, Parafrasa, Pendefinisian, dan Pengklasifikasian. Melalui empat langkah kerja analisis komponen makna tersebut, diharapkan komponen makna umum, dan komponen makna pembeda kata al-kalam dan al-qaul dalam Al-Quran dapat diketahui. Penelitian Pustaka tentang kata al-kalam dan al-qaul dalam Al-Quran Al-Karim dimaksudkan untuk mengetahui bentuk serta kasusnya sesuai dengan kedudukannya dalam kalimat.Hasil dari analisis ini yaitu Komponen makna umum kata al-kalam dan alqaul yaitu berkata, komponen makna pembeda kata al-kalam yaitu: Ketetapan,keputusan, ketentuan, janji, Al-Quran, kalimat-kalimat-Nya, kalimat-Nya, kalimat,kalimat tauhid, kalimat kun (jadilah), firman, berfirman, perintah & larangan, kalimat , hukuman, menunjukkan kebenaran, taubat, perkataan yang mengubah arti kata, kalimat Kufur, taurat, ayat-ayat-Nya, kitab suci, ilmu dan Hikmat Allah SWT, dan komponen pembeda kata al-qaul yaitu: Menjawab, jawabannya, berfirman, difirmankan, memfirmankan, firman, ucapkan, ucapkanlah, mengucapkan, ucapanucapan, diucapkannya, berdoa, berdoalah, bertanya, azab, keputusan, mengadaadakan, mengadakan, membuat-buat, perintah, diperintahkan, perintahkan, orang yang berkata, pembicaraan, berbicara, tuduhan, dituduhkan, wahyukan, wahyu, suara, membacakan, bacaan, sindiran, ucapan buruk, berpendapat, mengaku, sebutan, amanat, bernama, hukuman, menyatakan, ditanyakanlah, pendapat. Persamaan kata al-kalam dan al-qaul yaitu, kedua kata dapat disandarkan kepada Allah SWT, manusia, malaikat, dan hewan, dan perbedaan kata al-kalam dan al-qaul yaitu, kata al-kalam dapat bermakna janji Allah SWT yaitu janji umum baik tentang ancaman hukuman, atau tentang kabar bahagia, tetapi kata al-qaul hanya dapat bermakna janji tentang hukuman. Kata al-kalam yang terdapat dalam Al-Quran penempatannya sebagian besar digunakan pada saat percakapan, atau perkataan antara dua pihak, walaupun tidak semua demikian, sedangkan kata al-qaul digunakan sebagian besar untuk pendapat atau perkataan dan bagaimana pendapat dan perkataan itu disampaikan. Kemudian dari beberapa contoh dari Al-Quran terlihat bahwa kata al-kalam dapat berarti perkataan yang bukan hanya berasal dari lisan, fikiran atau hati, tetapi juga berdasarkan amal perbuatan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13126
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi
"Skripsi ini dibuat untuk menjelaskan karakteristik pelesapan objek yang terdapat dalam Al-Qur'an dari dua aspek: (1) cara-cara menentukan konstituen objek yang lesap; (2) sifat-sifat pelesapannya secara sintaksis dalam konstruksi koordinatifdan subordinatif.
Dari kajian terhadap Al-Qur'an tersebut, dapat disimpulkan bahwa:
1. Penentuan objek yang lesap bisa dari konteks bahasa atau dari luar konteks bahasa.
2. Objek yang Iesap dalam konstruksi koordinatif tidak hares bersifat kataforis, tetapi bisa pula bersifat anaforis, seperti tampak dalam konstruksi koordinatif yang mempergunakan konjungsi /wa.
3. Secara umum, keforisan yang dimiliki oleh konstruksi koordinatif di atas, juga dimiliki oleh konstruksi subordinatif.
4. Pelesapan objek pada kedua konstruksi tersebut bersifat manasuka.
Di sinilah ditemukan titik perbedaan antara pelesapan objek dalam bahasa Indonesia dan bahasa AI-Qur'an"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S13148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati
"ABSTRAK
Menurut Antoine Dahdah, ma memiliki sebelas fungsi. Terkaitan dengan fungsi-fungsi tersebut maka akan ditemukan ma sebagai ism dan ma sebagai partikel.
Skripsi ini membahas salah satu fungsi ism ma yaitu ma a1-istifhamiyyah yaitu ism ma yang berfungsi sebagai alat tanya. Ism ini memiliki sinonim ma2a yang menurut Ibnu Hisyam kesinoniman ini tidak 100 % karena ma2a tidak hanya dapat bermakna 'apakah' namun dapat pula bermakna 'sesuatu' atau 'itu' atau 'yang'. Akan tetapi, penulis menganggap antara ma al-istifhamiyyah dengan maza tidak berbeda, karena makna-makna tersebut hanya ditemukan pada syair saja.
Analisis yang digunakan adalah analisis sintaksis dengan sedikit analisis semantis dan morfologis. Dari analisis sintaksis penulis menyimpulkan ma a1-istifhamiyyah dan maza dapat menduduki fungsi mubtada, khabar muqaddam, khabar kana, ma f' u! bih mugaddam danmaf' u1 mutlaq pengganti. Sedang Arab yang dapat dikembalikan adalah marfu', mansub dan majrur. Tetapi karena ma a1-istifhamiyyah termasuk dalam ism mabni, maka I'rabnya bersi-fat mahallan artinya tidak dapat dilihat perubahan bentuknya. Dari analisis semantik disimpulkan bahwa kalimat tanya tidak selalu bermakna Tanya dan dari analisis morfologis ma a1-istifhamiyyah dapat mengalami proses morfologis yaitu bila didahului oleh huruf jar dan zarf.

"
1995
S13387
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Purnama Sari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kategori pengisi fungsi Maf'ul Mutlaq dalam al-Quran, serta pelesapan yang terjadi pada kalimat yang mengandung MM. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengkartuan kalimat MM yang diambil dari Al-Qur'an, kemudian pengklasifikasian data. Berdasarkan data yang terkumpul, hasilnya menuniukkan bawwa kategori pengisi fungsi MM ada tiga. Pertama adalah kategori masdar. Kedua adalah kategori pengganti masdar yang terdiri dari N/kull/, pronomina interogativa, pronomina sufiks dan numeralia. Kategori ketiga adalah sifat masdar yang lesap. Dalam kalimat yang mengandung MM dapat terjadi pelesapan masdar dan pelesapan verba. Pada pelesapan masdar muncul sifat yang menduduki tempat masdar yang lesap. Sifat tersebut menempati fungsi MM. Kasus pelesapan verba sering disebut sebagai masdar sima'i. Makna yang dikandung MM dalam al-Qur'an ada tiga, yaitu makna kualitas, makna kuantitas dan makna macam. Kategori yang paling sering muncul adalah kategari masdar. Adapun makna yang frekwensi kemunculannya lebih banyak adalah makna kualitas."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S13240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahri Helmi Zacky
"Jurnal ini dilatarbelakangi oleh perbedaan tata cara pembacaan kalimat “Wa Qutilū wa Qātalū” pada Qiraat Imam Ḥamzah dan Imam Al-Kisāī dengan “Wa Qātalū wa Qutilū” atau “Wa Qātalū wa Quttilū” pada Qiraat lainnya yang terdapat pada Q.S Ali-Imran ayat 195. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah analisis deskriptif. Teori yang digunakan merupakan teori Abul Faḍl Ar-Rāzī mengenai Sabʻatu Aḥruf. Ilmu Qirā’āt Sabʻah adalah ilmu mengenai tujuh tata cara membaca al-Quran yang sahih dan mutawatir karena memiliki sanad periwayatan tersambung hingga Rasulullah dan memiliki kaidah-kaidah dan aturannya tersendiri. Pembacaan “Wa Qutilū wa Qātalū” pada Q.S Ali-Imran ayat 195 di Qiraat Imam Ḥamzah dan Imam Al-Kisāī berkaitan dengan ciri khas kedua Qiraat tersebut yang memiliki kaidah Taqdīm, dan Ta’khīr. Berdasarkan tinjauan secara morfologis (ṣaraf), kata Qutilū merupakan verba pasif (fiʻil majhūl) yang bermakna dibunuh atau terbunuh, sedangkan Qātalū merupakan verba aktif (fiʻil maʻlūm) yang bermakna berperang. Berdasarkan tinjauan sintaksisnya (naḥwu) partikel و yang memiliki makna mendahulukan kata pertama (as-sābiq), mengakhirkan kata pertama (al-lāḥiq), dan berbarengan atau bersamaan (muṣāḥibun) antara 2 kata yakni Qutilū dan Qātalū. Berdasarkan tinjauan linguistik pragmatik (balāghah) Taqdīm dan Ta’khīr pada ayat ini dapat menimbulkan 2 makna diantaranya: Taqdīm dengan niat Ta’khīr yakni menyebutkan kata Qutilū di awal dengan maksud diakhirkan sehingga maknanya sama dengan mayoritas kaidah qiraat yang lain yaitu mereka berperang dan terbunuh. Makna yang kedua berkaitan dengan majaz mursal kulliyyah yakni menyebutkan keseluruhan pada kata Qutilū dengan maksud sebagian saja, sehingga maknanya adalah sebagian dari mereka terbunuh pada saat peperangan dan sebagian dari mereka tetap hidup, dan terus berperang meskipun beberapa sahabatnya terbunuh, sehingga makna yang kedua merupakan pujian bagi para sahabat Rasulullah yang tetap berperang meskipun beberapa sahabat mereka gugur.

This research journal discusses the difference of qiraat recitation that was used on a sentence in QS. Al-Imran verse 195. The difference being the use of "Wa Qutilū wa Qātalū" in Imam Hamzah’s and Imam Kisai's qiraat compared to the use of "Wa Qātalū wa Qutilū” or “Wa Qātalū wa Quttilū” that was used in other qiraats. Abdul Fadl Ar-Razi's theory on Sabʻatu Aḥruf and the method of descriptive-analysis was used in this research. Qirā’āt Sabʻah is the study of the seven styles of qiraat; the science of reading the Qur'an. These seven styles have their own characteristics and principles while still being shahih and mutawatir. Qiraa'at Sab'ah can be traced back to the times of the Prophet Muhammad PBUH. The sentence “Wa Qutilū wa Qātalū” in verse 195 of QS. Al-Imran follows both Imam Hamzah’s and Imam Kisai's qiraat. These two qiraat have a distinct Taqdīm and Ta’khīr qualities. In morphology (ṣaraf), “Qutilū” means “killed” and is a passive verb (fiʻil majhūl) while “Qātalū” on the other hand is an active verb (fiʻil maʻlūm) meaning “to go to battle/war”. Meanwhile, in syntax (naḥwu), the particle “و” can be interpreted as as-sābiq, al-lāḥiq and muṣāḥibun in its use between “Qutilū” and “Qātalū”. As-sābiq refers to the 1st verb in a sentence (in this case “Qutilū”) as the verb that happened first. While al-lāḥiq means the opposite. The 2nd verb in a sentence (“Qātalū”.) happened before the 1st verb. Muṣāḥibun means that both verb happens simultaneosly. In pragmatics (balāghah), the sentence “Wa Qutilū wa Qātalū” invoke two meanings. First, Taqdīm and Ta’khīr; “Qutilū” was mentioned in the beginning but with the intention of it being mentioned in the ending. Thus rendering the meaning the same like the other qiraat; they go to war then got killed at the war. Second, majaz mursal kulliyyah; “Qutilū” only refer to a part and not a whole with the intention being: not everybody was “Qutilū” or killed, some are still alive and continued fighting during the war. That’s why the second verb is “Qātalū” which is also a praise toward the sahabat that keeps on fighting bravely."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
al-Jarim, Ali
"buku ini berisi tentang pelajaran qowa'id dan sorof yang didalamnya berisi tentang macam-macam fi'il."
Kairo : Dar al-Ma`arif, 1955
ARA 492.7 ALJ n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmedali, S.A.
Pakistan: Kashmiri Bazar, 1949
ARA 492.7 AHM i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>