Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141685 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiefrani
"ABSTRAK
Perlakuan ekstrak daun bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dan daun putri malu (Mimosa pudica L.) kadar (1:10); (1:15); (1:20); (1:25); (1:30) bk/v; serta kontrol bertujuan mengetahui pengaruh optimum ekstrak terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) var. Ratna. Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi Jurusan Biologi FMIPA UI Depok selama delapan hari, perlakuan di awal percobaan, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (6 perlakuan dan 5 ulangan bagi setiap jenis ekstrak). Perlakuan ekstrak daun bayam duri menunjukkan prosentase perkecambahan 99% terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (9%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (15,8 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (0,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (29,74 mm) terdapat pada kontrol; yang terendah (1,3 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (18,01 mg) terdapat pada kontrol; yang terendah (6,16 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,12 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:20) bk/v; yang terendah (2,01 mg) kadar (1:30) bk/v. Perlakuan ekstrak daun putri malu menunjukkan prosentase perkecambahan tertinggi (99%) terdapat pada kontrol dan perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (64%) kadar (1:10) bk/v. Panjang akar kecambah tertinggi (4449 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (2,23 mm) kadar (1:10) bk/v. Panjang batang kecambah tertinggi (95,15 mm) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v; yang terendah (10,90 mm) kadar (1:10) bk/v. Berat basah kecambah tertinggi (47,25 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:30) bk/v, yang terendah (7,63 mg) kadar (1:10) bk/v. Berat kering kecambah tertinggi (2,20 mg) terdapat pada perlakuan kadar (1:15) bk/v; yang terendah (2,01 mg) terdapat pada kontrol. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan ekstrak kedua macam tanaman tersebut berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan, panjang akar, panjang batang, serta berat basah kecambah tomat tersebut, namun tidak berpengaruh terhadap berat kering. Uji Perbandingan Berganda menunjukkan pada data prosentase perkecambahan kedua macam ekstrak tersebut tidak terlalu berbeda nyata terhadap kontrol, berbeda nyata pada data panjang akar, panjang batang, dan berat basah kecambah tersebut, namun tidak berbeda nyata pada data berat kering kecambah."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakyan Widowati Kusumo Asthi
"Pengaruh perlakuan ekstrak daun bayam dun (Amaranthus spinosus
L.) 0,2,4,6,dan 8% bk/vterhadapperkecambahan dan pertumbuhan
kecambah cabal merah besar (Capsicum annuum L. van. Longum) diamati
pad han ke-8 dan ké-16. Penelitian dilakukan di Laboratoriurn Fisiologi
Tumbuhai FMIPA-UI Depok, dan digunakan metode penelitian Rancangan
Acak Lengkap. Hasil penelitian: persentase perkecambahan tertinggi cabal
tersebut adalah 95% pada han ke-8 (kontrol), dan pada han ke-16 (kontrol
dan perlakuan ekstrak 6% bk/v); sedangkan persentase terendah pada han
ke-8 adalah 91,67% (perlakuan ekstrak 2,4,dan 6% bk/v), dan pada han ke-
16 adalah 88,33% (penlakuan ekstrak 2%). Panjang batang tertinggi adalah
1,15 cm pada hail ke-8 (kontrol), dan 5,30 cm pada hail ke-16 (perlakuan
ekstrak 6% bklv); sedangkan terendah (penlakuan.ekstrak 8% bk/v) yaitu 0,52
cm pada han ke-8 dan 2,52 cm pada hail ke-16'. Panjang akartertinggi
adalah 2,29 cm pada hail ke-8 (kontrol), dan 4,45 cm pada han ke-16
(penlakuar1 ekstrak 4% bk/v); sedangkan terendah adalah1,09 cm pada hail
ke-8 (penlakuan ekstrak 8% bk/v), dan 3,24 cm pada hail ke-16 (perlakuan
ekstrak 6%). Uji Friedman menunjukkan pemberian ekstrak daun bay-3m dun
tidak berpengaruh terhadap persentase perkecambahn, panjang batang,
maupun panjang akar kecambah cabal merah besar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Lestari Ningsih
"ABSTRAK
Penelitian untuk mengetahui potensi bayam duri (Amaranthus spinosus L.) dalam menghambat perkecambahan dan pertumbuhan kecambah cabe merah besar (Capsicum annuum L. var. longum) telah dilakukan dengan cara mengamati pengaruh ekstrak A. spinosus terhadap prosentase perkecambahan, panjang akar dan batang kecambah C. annuum. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor 4 x 5 yang terdiri dari 4 perlakuan macam ekstrak yaitu ekstrak akar, batang, daun, dan bunga A. spinosus, dan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak yaitu 0,00%, 1,25%, 2,50%, 3,75%, dan 5,00% (dw/w). Analisis variansi menunjukkan bahwa keempat macam ekstrak A. spinosus 1,25--5,00% tidak berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan biji C, annuum. Ekstrak akar, batang, daun, dan bunga A. spinosus 3,75% dan 5,00% menghambat pertumbuhan akar kecambah C. annuum. Ekatrak akar, batang, daun, dan bunga A. spinosus mulai konsentrasi 1,25% memacu pertumbuhan batang kecambah C. annuum, tetapi konsentrasi 5,00% ekstrak tersebut tidak memperlihatkan adanya perbedaan dengan kontrol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmat Khaliq
"Pada penelitian ini, nanopartikel ZnO, nanopartikel CuCr2O4, dan nanokomposit ZnO/CuCr2O4 telah berhasil disintesis dengan metode green synthesis menggunakan ekstrak daun putri malu (Mimosa pudica L) dalam sistem dua fasa. Ekstra n-heksana daun putri malu memilki kandungan metabolit sekunder berupa alkaloid, saponin, dan steroid yang berperan sebagai basa lemah dan capping agent. Nanopartikel ZnO, nanopartikel CuCr2O4, dan nanokomposit ZnO/CuCr2O4 dikarakterisasi menggunakan Spektroskopi FTIR, UV-Vis DRS, XRD, dan FE-SEM EDX. Energi band gap nanopartikel ZnO, nanopartikel CuCr2O4, dan nanokomposit ZnO/CuCr2O4 yang diperoleh menggunakan UV-Vis DRS sebesar 3,13 eV; 1,57 eV; dan 2,75 eV. Hasil uji aktivitas fotokatalitik nanokomposit ZnO/CuCr2O4 terhadap larutan malasit hijau di bawah iradiasi sinar tampak selama 120 menit memiliki persen degradasi yang lebih baik dibandingkan dengan nanopartikel ZnO dan nanopartikel CuCr2O4. Persen degradasi dari nanopartikel ZnO, nanopartikel CuCr2O4, dan nanokomposit ZnO/CuCr2O4 yang diperoleh berturut-turut sebesar 51,08%, 84,47%, dan 96,73%.

In this research, ZnO nanoparticles, CuCr2O4 nanoparticles, and ZnO/CuCr2O4 nanocomposites have been successfully synthesized by the green synthesis method using the extract of Putri malu leaves (Mimosa pudica L) in a two-phase system. The n- hexane extract from the Putri malu leaves contains secondary metabolites in the form of alkaloids, saponins, and steroids which act as weak bases and capping agents. ZnO nanoparticles, CuCr2O4 nanoparticles, and ZnO/CuCr2O4 nanocomposites were characterized using FTIR Spectroscopy, UV-Vis DRS, XRD, and FE-SEM EDX. The band gap energy of ZnO nanoparticles, CuCr2O4 nanoparticles, and ZnO/CuCr2O4 nanocomposites obtained using UV-Vis DRS was 3.13 eV; 1.57 eV; and 2.75 eV. The results of the photocatalytic activity test of ZnO/CuCr2O4 nanocomposite against malachite green solution under visible light irradiation for 120 minutes had a significant degradation percentage compared to ZnO nanoparticles and CuCr2O4 nanoparticles. Percent degradation of ZnO nanoparticles, CuCr2O4 nanoparticles, and ZnO/CuCr2O4 nanocomposites obtained were 51.08%, 84.47%, and 96.73%, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yeni Apriliniwati
"Pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 0, 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm pada pucuk dan ketiak daun tanaman tomat bertujuan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pembungaan dan pembuahan tanaman tomat tersebut. Perlakuan diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 10 hari. Metode penelitian adalah rancangan acak kelompok, dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Hasil uji nonparametrik Kruskal-Wallis pada taraf nyata α = 0,05 menunjukkan tidak ada pengaruh nyata dari pemberian 2,4-D terhadap waktu pembungaan, jumlah bunga per tanaman, waktu pembuahan, jumlah buah per tanaman, jumlah biji per buah dan berat basah buah. Secara non statistik, rata-rata waktu pembungaan paling cepat dijumpai pada perlakuan 2 ppm (63,94 hari) dan waktu pembuahan paling cepat dihasilkan oleh kontrol (86,04 hari). Kontrol juga
menghasilkan rata-rata jumlah bunga, buah dan jumlah biji terbanyak (36,47 bunga per tanaman; 3,07 buah per tanaman dan 24,15 biji per tanaman). Rata-rata jumlah bunga paling sedikit terdapat pada perlakuan 8 ppm (20,85 bunga per tanaman) dan jumlah buah paling sedikit terdapat pada penlakuan 4 ppm (1,65 buah per tanaman). Konsentrasi 10 ppm menghasilkan waktu pembuahan paling lambat (100,89 hari); jumlah biji paling sedikit (9,45 biji per buah) dan berat basah buah terendah (11,02 g). Rata-rata berat basah buah tentinggi dihasilkan oleh perlakuan 4 ppm (23,3 g)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri D.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S31146
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochadi Arif Purnawan
"Latar belakang. Bayam duri (Amaranthus spinosus L) merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek antimalaria ekstrak etanol bayam duri (EEBD) dan ekstrak air bayam duri (EABD) pada kultur SDM yang diinfeksi dengan P. falciparum in vitro dan memeriksa kadar MDA dan GSH untuk melihat efek stres oksidatif SDM dan efek perlindungan antioksidan dari bayam duri kepada kultur.
Metode. Kultur SDM yang diinfeksi dengan P. falciparum diberi ekstrak etanol bayam duri (EEBD) dan ekstrak air bayam duri (EABD) dengan dosis 50, 100, 200, 400, 800, dan 1600 μg/ml. Persentase penghambatan terhadap pertumbuhan parasit oleh EEBD dan EABD dilakukan mengacu pada metode Purwatiningsih dan NAMRU-2. MDA diperiksa dengan methode Wills, dan GSH dengan metode Ellman.
Hasil. Pemberian EEBD dan EABD berpengaruh secara signifikan (p≤0,05) terhadap penghambatan pertumbuhan parasit. Persen penghambatan oleh EEBD pada dosis yang diberikan berkisar antara 12,4- 77,9%, sedang penghambatan oleh EABD berkisar antara 17,2- 81,4%. EABD menunjukkan persen penghambatan lebih tinggi dari EEBD. Analisis probit IC50 (Inhibitor Concentration terhadap P. falciparum sebesar 50%) terhadap kedua ekstrak, menunjukkan EABD mempunyai IC50 lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol (243,89 vs 331,47 μg/ml). Hasil pemeriksaan MDA secara umum menunjukkan EABD menurunkan kadar MDA lebih baik dari EEBD. Penurunan kadar MDA berkisar antara (1,07-1,02 nmol/ml vs 1,12-1,10 nmol/ml), p≤0,05. Kadar GSH pada EABD dan EEBD memperlihatkan peningkat secara keseluruhan, yaitu (1,57-2,22 μmol/ml vs 1,40- 2,02 μmol/ml), p≤0,05. Dari penghitungan EABD menunjukkan peningkatan kadar yang lebih baik secara bermakna. Tetapi pada konsentrasi 1600 μg/ml terlihat peningkatan MDA dan penurunan GSH.
Kesimpulan. Kedua ekstrak yaitu EEBD dan EABD mempunyai effek antimalaria melalui persentase penghambatan, penurunan kadar MDA dan kenaikan kadar GSH yang signifikan pada kadar ekstrak 50, 100, 200, 400, 800, dan 1600 μg/ml. Pada konsentrasi 1600 μg/ml, terlihat peningkatan MDA dan penurunan GSH, tetapi persen penghambatan tetap terlihat baik. Secara umum EABD menunjukkan hasil yang lebih baik dari EEBD.

Background. Amaranthus spinosus L or spiny Amaranth was screened for antimalarial effects. The aim was to analyze ethanol and water extracts of A. spinosus (EEBD and EABD) in a human erythrocyte culture infected with P. falciparum in vitro. The levels of MDA and GSH were also examined.
Methods. Percentage inhibition of parasite growth was analyzed according to Purwatiningsih and NAMRU-2 methods. MDA and GSH were analyzed by the Wills and Ellman methods, respectively. The human erythrocyte cultures infected with P. falciparum, and were treated with ethanol and water extracts of spiny Amaranth (EEBD and EABD) at concentrations of 50, 100, 200, 400, 800, and 1600 μg/ml.
Results. Both the EEBD and EABD showed significant inhibition effects on parasite growth (p ≤ 0.05). Percent inhibition of EEBD ranged from 12.4 to 77.9%, while inhibition by EABD ranged between 17.2 and 81.4%, higher than EEBD. IC50 (inhibitory concentration against P. falciparum by 50%) of EABD was lower than of EEBD (243.89 vs 331.47 μg/ml). Generally, the MDA levels were lower with EABD than with EEBD. Decreased levels of MDA ranged from (1.07 to 1.02 nmol / ml vs 1.12 to 1.10 nmol / ml) (p ≤ 0.05). GSH levels with EABD vs EEBD are generally increased (1.57 to 2.22 μmol / ml vs 1.40 to 2.02 μmol / ml; p ≤ 0.05). EABD was more effective than EEBD. However, at a concentration of 1600 μg / ml, MDA level was increased and the GSH level decreased.
Conclusion. Both extracts, EEBD and EABD show antimalarial effects through inhibition of parasite growth. Moreover, they significantly decrease levels of MDA and increase levels of GSH. In general, EABD showed better antimalarial and antioxidant effects than EEBD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrian Hartanto
"Senyawa tanin merupakan salah satu jenis senyawa polifenol yang memiliki aktivitas inhibisi terhadap enzim xanthine oxidase. Enzim ini merupakan senyawa yang berperan dalam pembentukan asam urat dalam tubuh. Adanya overproduction atau underexcretion dari asam urat dapat menyebabkan timbulnya keadaan hiperurisemia yang mengakibatkan penyakit pirai atau encok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh variasi pelarut (aseton 70%, etanol 70%, dan akuades) terhadap ekstraksi senyawa tanin dengan metode sonikasi, serta aktivitas inhibisi ekstrak tanin terhadap enzim xanthine oxidase.
Proses ekstraksi yang dilakukan terhadap daun putri malu menghasilkan ekstrak kasar terbanyak dengan pelarut akuades, yaitu sebesar 3,9% massa. Aktivitas inhibisi tertinggi juga dihasilkan oleh ekstrak kasar akuades, yaitu sebesar 24,6% yang berkorelasi dengan konsentrasi senyawa tanin sebesar 2,07 mg/g.

Tannin is one of the polyphenolic compound that exhibits inhibitory activity to xanthine oxidase enzyme. This enzyme plays an important role in the formation of uric acid in the body. Any overproduction or underexcretion of uric acid may lead to hyperuricemic condition that will results in gout.
This study is aimed to assess the effect of solvent variation (70% acetone, 70% ethanol, and water) on tannin extraction with sonication method, as well as the extract's inhibitory activity against xanthine oxidase enzyme.
The extraction process performed on the leaves of Mimosa pudica results in the highest yield extract from water solvent, which is 3.9% weight percentage. The highest inhibitory activity is also generated by the crude water extract, which is 24.6%, correlating with a tannin concentration of 2.07 mg/g.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Iskandar
"Kopi menyebabkan diskolorasi gigi. Asam oksalat daun bayam dan kalsium susu membentuk kristal kalsium oksalat. Untuk menganalisis pengaruh larutan ekstrak daun bayam dan susu terhadap tingkat diskolorasi gigi akibat kopi, spesimen yang terdiri atas kontrol serta kelompok yang direndam larutan ekstrak daun bayam 10%, 20%, dan 30% yang dicampur susu, kemudian dipapar kopi. Perubahan warna gigi diuji. ΔL berbeda bermakna pada Uji Kruskal-Wallis. T-Test dan uji Wilcoxon memperlihatkan perbedaan bermakna perubahan warna kelompok uji dan kontrol. Uji korelasi Pearson tidak menunjukkan korelasi bermakna konsentrasi dan perubahan warna. Larutan ekstrak daun bayam dan susu dapat mengurangi tingkat diskolorasi gigi akibat kopi.

Coffee causes teeth discoloration. Spinach leaves oxalic acid and milk calcium form calcium oxalate crystal. To analyze level of tooth discoloration due to coffee, specimens consisted of control and groups immersed in 10%, 20%, and 30% spinach leaves extract plus milk were immersed in coffee. Teeth color change were measured. Kruskal-Wallis test showed significant difference of ΔL*. T-Test and Wilcoxon Test showed significant teeth color change between immersion group and control. Pearson Corelation Test showed no significant corelation between extract concentration and tooth color change. Spinach leaves extract solution and milk can decrease level of tooth discoloration due to coffee."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>