Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendra Kurniawan
"ABSTRAK
Penelitian mengenai struktur populasi Yaki (Macaca nigrescens) telah dilakukan pada hutan primer di Toraut dan hutan terganggu di sekitar Matayangan, Sub Seksi Konservasi Dumoga, Taman Nasional Bogani Nani Warta Bone, Sulawesi Utara dari bulan Juli sampai November 1998. Data yang diambil untuk penelitian struktur populasi Yaki (Macaca nigrescens) adalah jumlah individu berdasarkan umur clan jenis kelamin, jarak pengamat dari kelompok, ketinggian kelompok dari tanah, petunjuk terhadap pertemuan, waktu saat pengambilan data dimulai, waktu saat pengambilan data diakhini, gangguan hutan, clan keadaan lokasi pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi Yaki (Macaca nigrescens) di Toraut dalam keadaan stabil, sedangkan populasi di Matayangan walaupun masih dalam keadaan stabil, tetapi keberadaannya untuk jangka waktu yang panjang tetap terancam."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ridwan M
"ABSTRAK
Penelitian mengenai populasi dan habitat monyet yaki
(Macaca nigra Desmarest) telah dilakukan di hutan
primer dan hutan sekunder, Pulau Bacan, Maluku Utara,
dari bulan April hingga November 1992. Data yang
diambil untuk penelitian populasi monyet yaki adalah
jumlah individu berdasarkan umur dan jenis kelamin,
jarak pengamat dari kelompok, ketinggian kelompok dari
tanah, petunjuk-terhadap-pertemuan, ketinggian
daerah/lokasi pertemuan, waktu saat pengambilan data
dimulai, waktu saat pengambilan data diakhiri, tipe
hutan, dan gangguan hutan. Untuk analisis vegetasi,
data yang diambil adalah data habitat seperti tipe
hutan, ketinggian lokasi dari permukaan laut, gangguan
hutan, dan data pohon yaitu nama lokal pohon, jarak
terdekat dari setiap jenis pohon yang ditemukan ke
titik kuadran, dan keliling pohon setinggi dada. Basil
penelitian menunjukkan bahwa populasi monyet yaki di
Pulau Bacan berada dalam keadaan stabil, tetapi untuk
jangka waktu yang lebih panjang, keberadaan monyet
tersebut masih terancam. Dari sepuluh jenis tumbuhan
yang memiliki Nilai Penting tertinggi pada masingmasing-
masing tipe habitat, beberapa jenis diantaranya
merupakan sumber pakan monyet yaki. Dari analisis
tingkat peranan jenis tumbuhan di hutan primer hanya
Ficus spp. yang memiliki tingkat peranan jenis sangat
menonjol. Di hutan sekunder, semua jenis yang memiliki
tingkat peranan jenis sangat menonjol merupakan sumber
pakan monyet yaki."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindangen, Simon Albert
"Taman Nasional Dumoga Bone dengan luas wilayah 325.000 hektar meliputi Cagar Alam Bulawa 75.200 hektar, Suaka Margasatwa Bone 110.000 hektar, dan Hutan Lindung 46.300 hektar. Sesuai dengan masalah yang dihadapi, maka obyek penelitian hanya dibatasi pada Suaka Margasatwa Dumoga, yang pada tahun 1983 telah mengalami kerusakan hutan seluas kira-kira 20.000 hektar. Kegiatan-kegiatan sebagian petani di Desa-desa Kecamatan Dumoga yang berada di sekitar Taman Nasional dalam bentuk peladangan liar, pemukiman liar, pengambilan berbagai hasil hutan serta penangkapan binatang-binatang langka yang dilindungi, telah menyebabkan kerusakan sebagian hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, dalam kawasan Taman Nasional-Dumoga Bone.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor sosial dan ekonomi apa dari penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional.
Tujuan dan kegunaan penelitian ini yaitu mengidentifikasi data dan informasi mengenai faktor-faktor sosial dan ekonomi penduduk di sekitar wilayah yang menghambat pengelolaan Taman Nasional, menguji hipotesis, sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Sulawesi Utara dan pengelola Taman Nasional, dan diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu lingkungan, serta bagi penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini telah dilaksanakan melalui pengamatan dan survai dengan menggunakan kuesioner, wawancara dengan para petani respondent pemerintah daerah, serta instansi-instansi yang bersangkutan di Tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan tingkat Pusat.
Sesuai dengan hipotesis pertama, ternyata bahwa rendahnya pendidikan petani memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Dalam kenyataannya, tingkat pendidikan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar, dan sebaliknya, tingkat pendidikan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih kecil (tabel 15, halaman 99). Selanjutnya dibuktikan pula bahwa hasil analisis mendukung hipotesis yang kedua yaitu rendahnya pendapatan petani, memberi pengaruh negatif (menghambat) terhadap pengelolaan Taman Nasional. Sebagaimana halnya dengan variabel pendidikan terhadap variabel kerusakan hutan, ternyata tingkat pendapatan berbanding terbalik dengan tingkat kerusakan hutan, yaitu pendapatan yang lebih rendah menyebabkan kerusakan hutan dengan intensitas yang lebih besar, dan sebaliknya, pendapatan yang lebih tinggi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih kecil.
Dalam penelitian juga dijumpai bahwa selain faktor pendidikan dan pendapatan petani yang rendah sebagai faktor dominan, ternyata faktor-faktor pertambahan penduduk, peraturan perundangan, pemilikan tanah dan lapangan kerja juga telah turut menyebabkan hambatan bagi usaha perlindungan hutan di wilayah Suaka Margasatwa Dumoga, sebagai salah satu aspek pengelolaan Taman Nasional Dumoga Bone.
Sebagai kelengkapan laporan ini maka melalui pengamatan di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Gorontalo, ternyata di Suaka Margasatwa Bone juga dihadapi masalah kerusakan hutan seluas kira-kira 2000 hektar dari luas keseluruhan yaitu 110.000 hektar.
Untuk mengatasi masalah kerusakan hutan di Taman Nasional ini perlu diusahakan peningkatan pengertian petani mengenai bidang lingkungan hidup, antara lain yang meliputi pengenalan tentang arti, tujuan dan manfaat dari Suaka Margasatwa dan Taman Nasional secara keseluruhan melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, serta usaha peningkatan kesejahteraan petani di sekitar Taman Nasional Dumoga Bone."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1985
T3440
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoetagaol, Sophia Ulaen
"ABSTRAK
Studi ini bermaksud untuk mempelajari penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan alam di Doloduo, Kecamatan Dumoga, Kabapaten Bolaang Mongondow, Propinsi Sulawesi Utara yang berada di sekitar Taman Nasional Dumoga Bone. Secara lebih Khusus studi ini bertujuan untua mempelajari proses dan mekanisme perladangan yang ada.
Aktivitas perladangan di Sana yang sifatnya menetap tidak membawa akibat penurunan kualitas lingkungan hutan yang ada. Tetapi peningkatan intensitas aktifitas yang dilatarbelakangi oleh faktor-faktor dan alasan-alasan tertentulah yang sebenarnya mengakibatkan penurunan kualitas tadi.
Meningkatnya intensitas merambah hutan untuk perladangan selain dilatar belakangi oleh adanya alasan demografis juga karena meningkatnya angka petani musiman dari luar Kecamatan Dumoga, invasi tanaman keras dan pilihan atas tanaman kedele yang mengganti kedudukan tanaman utama padi. Selanjutnya hal ini juga didasari olen adanya alasan sosial/budaya bahwa tanah adalan pengesahan status sosial Serta warisan.
Pada hakekatnya menaiknya intensitas perladangan di Doloduo tidak dapat dipandang lepas dari pandangan pelaku aktifitas ternadap hutan. Berlakunya konsep hak Totabuan di mana di dalamnya mengandung makna milik umum Serta tidak Jalannya mekanisme kontrol yang ada menyebabkan tergadinya pemanfaatan hutan yang berlebih-lebihan. Dengan berpedoman pada pandangan atau nilai milik umum di atas masing-masing pelaku merasa berhak untuk menggarap hutan semaunya dan menikmati hasil yang cepat dari kegiatan tebang-jual. Apabila hal semacam ini berlangsung terus maka apa yang dikhawatirkan oleh Hardin dalam teorinya the tragedy of the commons akan betul-betul menjadi kenyataan.
Pemilihan Desa Doloduo sebagai lokasi aktivitas perladangan oleh para pelaku yang berasal dari luar desa didukung oleh oeberapa faktor. Pertama, adanya anggapan bahwa tanah. di kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Bolaang Mongondow tidak sesubur tanah yang ada di Desa Doloduo, Kecamatan Dumoga. Kedua, adanya kemudahan infrastruktur. Ketiga, adanya sarana transportasi darat dari lokasi perladangan ke tempat asal petani.
Pembentukan Taman Nasional Dumoga-Bone yang di satu pihak dimaksudkan untuk menyelamatkan lingkungan hutan, di lain pihak, menyebabkan sejumlah petani kehilangan lahan garapan dan berstatus tunakisma."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1985
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulva Soraya
"Sulawesi is the biggest and the most important island in Wallacea. This island has many endemic species including macaques. Seven species of macaques are recognized endemic in Sulawesi. There are Macaca maura, M. tonkeana, M. ochreata, M. brunnescens, M. hecki, M. nigrescens and M. nigra.
Compared to the other species of macaques in Sulawesi, M. tonkeana is more secure because its population decline its not as high as the others. But, the increase of human population around macaques habitat and the changing of forest structure and composition are the biggest threat for their lives.
Forest destruction and habitat loss also occured in Lore Lindu National Park, Central Sulawesi. Forest clearance for cocoa and coffee plantations are the cases which found more in that area. Besides that, exploitation of timber, especially rattan is the most common human activity. Those cases will jeopardize the population of wildlife including M. tonkeana.
Although the extinction risk of M. tonkeana is not readily evident at the moment, the increasing human activities in Lore Lindu National Park may present a serious threat to these endemic species. The main objectives in this study were to estimate the population density of M. tonkeana in two different habitats, and to know the characteristics of the habitat in that study area.
The study was conducted in Lindu Land, Lore Lindu National Park, Central Sulawesi. The two study sites including (1) forest which does not have any land clearance for agriculture but reveices human disturbance such as timber exploitation especially rattan (two transect of 2,5 km and 3 km) and (2) forest which is disturbed by agricultural clearance (two transect of 2,3 km and 3 km).
Data collection was carried out from November 2002 to February 2003. To estimate population density of M. tonkeana, replication of forest line transect were walked. These involved slow, quiet walkings, with stop every 100 meter to visually scan the forest and listen for sound. All individuals and groups sigthed were recorded, and measurements of the average visual distance on either side of transect line to provide an estimate of area covered were taken.
Vegetation study plots were established to study the composition and structure habitat of M. tonkeana. Twenty seven plots of 20 x 20 m were located in the forest and twenty six in agricultural forest. In each plot, all trees  10 cm diameter-at-breast height (DBH) were identified to species and precisely measured. Sample species were collected and identified at the Herbarium Bogoriense, Bogor. From those data, species and family important value, species diversity and similarity index were calculated.
The result indicated that supply of food for M. tonkeana in their habitat had effect on their density. Population density of M. tonkeana in the agricultural forest habitat was higher than in the forest habitat. In forest habitat, the density were 0.97 ± 0.52 groups/km2 and 8.70 ± 7.49 individuals/km2 while agricultural forest had higher estimated population of 1.36 ± 0.31 groups/km2 and 14.09 ± 5.37 individuals/km2.
Seven species of figs as keystone source for vertebrates frugivorous were found in agricultural forest with total individuals were twelve. In the forest, five figs were found in total nine individuals. The diversity index for food trees in the agriculture forest habitat (2,4130) was higher than forest habitat (2,0591). Macaques can find more varieties of food in agricultural forest, because there were many agricultural products.
The results shows that supply of food and human activities in the habitat of macaques had an influence to the density of macaques. Forest clearance for agricultural made macaques loss their habitat and diversity of foods. Exploitation of timber especially rattan also disturbed the macaques."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T43298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zolingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zolingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni dan 152 individu. Populasi R. zolingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. Beberapa populasi berada di dekat pemukiman (kantong) dan di zona hutan dekat zona rehabilitasi. Dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakn distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu di antaranya berada di luar kawasan TNMB. Populasi tersebut terdiri atas bunga mekar (7,89%), kuncup hidu (63,16%) dan kuncup mati (28,95%). Kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. Tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga kebelanjutan populasi R.zolingeriana terancam dan perlu dilestarikan, beik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini."
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 17:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Lestari
"ABSTRAK
Studi ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 untuk mengetahui sebaran terbaru Rafflesia zollingeriana dan struktur populasinya di Taman Nasional Meru Betiri. R. zollingeriana yang ditemukan sebanyak 19 populasi yang terdiri atas 26 koloni 152 individu. populasi R.zollingeriana dominan ditemukan di lereng bukit, jauh dari pantai. beberapa populasi berbeda di dekat pemukinan (kantong) dan di zona hutan dikat zona rehabilitasi. dari 19 populasi yang telah diamati, sembilan merupakan distribusi baru yang belum pernah didokumentasikan dan satu antaranya berada di luar kawasan TNMB . populasi tersebut terdiri atas bunga mekar ( 7,89%), kuncup hidup (63,16%) dan kuncup mati ( 28,95%). kuncup hidup dengan diameter 0,1-5 cm mendominasi populasi (50%), sedangkan kuncup yang siap mekar (diameter lebih dari 15 cm) hanya 0,42%. tingkat keberhasilan kuncup untuk mekar diperkirakan rendah, sehingga keberlanjutan populasi R. zollingeriana terancam dan perlu dilstarikan, baik secara in situ maupun ex situ. saran konservasi, baik secara in situ maupun ex situ disampaikan dalam makalah ini. "
Bogor: Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, 2014
580 BKR 15:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Yustian
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T40118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafil Rabbani Attamimi
"ABSTRAK
Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan dangkal yang memiliki peran sangat penting untuk kehidupan biota laut, dan juga memiliki berbagai macam fungsi untuk manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi degradasi terumbu karang di Taman Nasional Bunaken, dan menganalisis pola keterpaparan terumbu karang terhadap perubahan iklim, serta hubungan antara keduanya. Perubahan iklim pada konteks penelitian ini adalah berdasarkan variabel oseanografi yakni suhu permukaan air laut, salinitas air laut, dan tingkat keasaman air laut. Pada dasarnya, metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis meta-descriptive untuk menentukan penilaian keterpaparan, analisis spasial-deskriptif untuk mengkaitkan antara perubahan iklim dan kondisi terumbu karang. Hasil yang didapatkan adalah, kondisi degradasi terumbu karang dari tahun 2002 hingga tahun 2013 mengalami penurunan luas wilayah, namun kondisi terumbu karang yang terdegradasi mengalami peningkatan luas wilayah kembali pada tahun 2017. Berdasarkan hasil analisis dari kondisi terumbu karang dan keterpaparannya terhadap perubahan iklim, ada kaitan yang nyata antara keduanya. Hasil analisis antara kondisi El Nino, dan La-Nina dapat menunjukkan ada kaitannya dengan kondisi terumbu karang yang ada, namun tidak terdapat ada hasil yang signifikan dari peta keterpaparan terumbu karang terhadap perubahan ikliM.

ABSTRACT
Coral reef is one of many shallow water ecosystems that have a very important role for the marine life, and have different purposes and functions for the well being of human. The purpose of this study is to analyse the degradation pattern of the coral reefs and its exposure towards climate change, and its relation between those two. Climate change in the context of this study is based on oceanographic variables such as sea surface temperature, sea water salinity, and acidity levels of sea water. Basically, the methods that are used in this study is through meta descriptive analysis to determine the exposure of the coral reefs, spatial descriptive analysis to relate between climate change and coral reef conditions. The results showed that the degradation conditions of coral reefs from 2002 to 2013 have decreased, but the condition of the degraded coral reefs has increased by 2017. Based on the analysis of the conditions of the exposure and coral reefs show that, there is a correlation between the two. The analysis El Nino, and La Nina conditions can indicate that there is a connection with the condition of the coral reefs. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Imran
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>