Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hendarmoko
"ABSTRAK
Telah dilakukan suatu penelitian terhadap Anisops sp. (Notonectidae) yang
diperoleh dari Situ FMIPA-UI, Depok untuk digunakan sebagai pengendali hayati
larva nyamuk Aedes aegypti pada kondisi laboratorium. Jenis kelamin jantan
mempunyai bentuk abdomen ramping dengan lebar abdomen 1,51 ± 0,08 mm dan
panjang tubuh sebesar 7,74 ± 0,14 mm dibanding dengan betina yang mempunyai
lebar abdomen 1,67 ± 0,05 mm dan panjang tubuh 7,44 ±0,12 mm. Siklus hidup
Anisops sp. membutuhkan waktu 28 hari, dengan masa inkubasi telur 5 hari, dan
masa perkembangan instar I sampai dengan instar V berturut-turut memerlukan
waktu 7 hari, 3 hari, 3 hari, 4 hari dan 6 hari. Bentuk telur Anisops oval dengan
kedua ujung tumpul serta terdapat semacam 'pintu' pada salah satu ujungnya.
Permukaan telur kasar, umumnya transparan, warna bervariasi dari kekuningan,
coklat muda sampai coklat tua dengan panjang telur 1,20 ± 0,02 mm dan lebar
0,44 ± 0,01 mm. Anisops paling banyak menghasilkan 10 telur/ekor/hari dan rata-rata
menghasilkan 2,85 ± 0,36 telur/ekor/hari. Daya tetas telur Anisops sebesar
0,70%. Anisops berpotensi sebagai pengendali hayati larva nyamuk dengan
pemangsaan terbesar sebanyak 22,56 ± 2,17 larva/hari dan nilai pemangsaan ratarata
sebesar 39,75% dari larva yang diberikan.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pesik Lucky R.D.
"ABSTRAK
Penanggulangan penyakit demam berdarah sampai saat inii masih ditujukan kepada pengendalian vektornya. Aedes aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah di Indonesia. Pengendalian Ae. aegypti dengan menggunakan Toxorhynchites amboinensis sebagai jasad pengendali-hayati, belum pernah dilakukan di Indonesia.
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian efektivitas daya predasi 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 larva instar IV Tx. amboinensis sebagai perlakuan terhadap 100 larva instar III-IV Ae. aegypti selama 48 jam pengamatan. Hasil penelitian diperoleh dengan cara mengarnati persentase larva Ae. aegypti yang menjadi korban predasi, persentase larva Tx. amboinensis yang menjadi korban kanibalisme, dan perkembangan larva Ae. aegypti pada kontrol.
Efektifitas setiap perlakuan ditentukan oleh kemampuan kolektif terbesar membunuh mangsa dengan resiko kanibalisme terkecil. Korban predasi rata-rata 29,33; 50,16; 98; 88,66; 90,33; 90,83; 0 larva Ae. aegypti, dan korban kanibalisme rata-rata 0; 0; 0,16; 2,83; 5,50; 6,83 larva Tx. amboinensis pada perlakuan 1, 2, 4, 6, 8, dan 10 larva Tx. amboinensis.
Dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa perbandingan yang paling tepat dan efisien dalam pengendalian pepulasi larva Ae. aegypti dengan menggunakan larva Tx. amboinensis sebagai jasad-pengendali- hayati adalah 1 larva Tx. arnboinensis untuk setiap 25 larva Ae. aegypti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Jasad hayati Mesocycops sp dipelihara dan dikembangkan di Stasiun Penelitian Vektor Penyakit Salatiga agar dapat digunakan untuk menunjang penelitian-penelitian pengendalian vektor baik di laboratorium maupun di lapangan. Untuk mengetahui efisiensi predasi Mesocyclops sp, telah diuji kemampuan makannya terhadap jentik nyamuk An.acoinitus, Cx.quinquefasciatus dan Ae.aegypti instar I masing-masing dengan ukuran panjang berturut-turut 1,25 mm ; 1,75 mm ; 2,30 mm. Hasil pengujian selama 24 jam, 48 jam, dan 72 jam terlihat bahwa jentik nyamuk Ae.aegypti menunjukkan persentase kematian paling tinggi. Efisiensi predasi Mesocyclops sp (betina dan jantan) tidak dipengaruhi oleh panjangnya jentik nyamuk. Tidak ditemukan korelasi antara panjang jentik nyamuk (mm) dan persentase kematian jentik nyamuk.
"
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk menghindari dampak negatif penggunaan insektisida, WHO menganjurkan pengendalian biologik dengan menggunakan jasad hayati yang bersifat predator, salah satunya adalah copepoda. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan predasi copepoda terhadap larva Aedes di laboratorium. Hasil penelitian tentang kemampuan predasi 7 jenis anggota copepoda menunjukkan kemampuan predasi yang bervariasi antara 83% - 100%. Kemampuan predasi tertinggi dicapai pada perlakuan dengan M.longisetus, M.aspericornis, dan Ma.albidus.
"
MPARIN 11 (1) 1998
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Armand Achmadsyah
"Latar Belakang: Penyakit demam berdarah dengue (DBD) ditularkan oleh vektor nyamuk A. aegypti dengan tingkat mortalitas manusia yang tinggi disertai dengan peningkatan resistensi terhadap insektisida sintesis akibat penggunaan yang berlebih. Salah satu upaya menurunkan penularan ini dengan pengendalian vektor DBD dengan metabolit sekunder aktif dari tanaman kunyit (Curcuma domestica) dan nanokomposit AgTiO2. 
Tujuan: penelitian ini untuk menganalisis aktivitas insektisida ekstrak methanol rimpang C.domestica dan nanokomposit AgTiO2 terhadap larva dan nyamuk dewasa A. Aegypti. 
Metode: Penelitian eksperimental yang terbagi menjadi dua subjek perlakuan : 1) Larva Instar III dan IV yang dipaparkan dengan ekstrak (Konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit AgTiO2 (Konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm), dan campuran ekstrak methanol rimpang C.domestica (Konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm) dengan nanokomposit (25 ppm) diulang sebanyak lima kali; 2) Nyamuk dewasa A. Aegypti yang dipaparkan dengan ekstrak methanol rimpang C. domestica (Konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000 ppm), nanokomposit AgTiO2 (Konsentrasi 5000, 10000, 20000, dan 30000 ppm), dan campuran ekstrak methanol rimpang C.domestica (Konsentrasi 2500, 5000, 10000, dan 20000 ppm)dengan nanokomposit (30 ppm) diulang sebanyak tiga kali.
Hasil : Pada jam keempat, mortalitas larva 100% pada 2500 ppm dengan LC 50 dan LC9044.6 dan 586.3 ppm. Pada jam keenam, kematian nyamuk dewasa mencapai 100% pada konsentrasi 10,000-20,000 ppm/botol dengan LC50 dan LC901628.9 dan 4385.1 ppm/botol. Terdapat perbedaan bermakna pada mortalitas larva dan nyamuk dewasa pada campuran ekstrak methanol rimpang C.domestica dengan nanokomposit AgTiO2 (p<0.05) dengan ekstrak methanol rimpang C.domestica saja. Korelasi positif (+) pada subjek perlakuan larva (r=0.486  p=0.014 ) dan nyamuk dewasa (r=0.938  p=0.000 ). 
Kesimpulan: penambahan nanokomposit AgTiO2 pada ekstrak methanol rimpang C.domestica meningkatkan efektivitas insektisida terhadap larva dan nyamuk dewasa A. aegypti. 

Background & objectives : Dengue hemorrhagic fever is a widespread arthropod-borne viral disease transmitted by dengue mosquitoes, mainly A. aegypti. Currently, there are no vaccines available against dengue. Hence, medicinal plants containing bioactive compounds able to control the dengue mosquite attract considerable attention. This study evaluates the larvicidal / adulticidal activities of Curcuma domestica rhizome extract against A. aegypti combined with nanocomposite AgTiO2.
Methods: This is an experimental study. Phytochemical analysis of the extract was performed. The third and fourth larvae of A. aegypti were exposed to varying concentrations of the C.domestica rhizome extract (500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), nanocomposite AgTiO2 (5, 10, 15, 20, and 25 ppm), and combined between nanocomposite AgTiO2 (25 ppm) with C.domestica rhizome extract in five replicates, while female adult mosquitoes were exposed to the C.domestica rhizome extract (2500, 5000, 10000, and 20000 ppm), nanocomposite AgTiO2 (5000, 10000, 20000, and 30000 ppm), and combined between nanocomposite AgTiO2 (30 ppm) with C.domestica rhizome extract in three replicates. The phytochemical components consisted of saponin, flavonoid, alkaloid, triterpenoid, essential oil, and tannin. 
Results : At 4h, larva mortality was 100% at 2500 ppm, and the LC50 and LC90 were 44.6 and 586.3 ppm, respectively. At 6 h, adult mortality was 100% at 10,000-20,000 ppm/bottle, and the LC50 and LC90 were 1628.9 and 4385.1 ppm/ bottle. Statistically significant differences were observed in the larval and adult mortalities of A.aegypti between the high and low concentrations of the extract (p<0.05(. There was a significant, strong positive correlation between the concentrations and larval mortality (=0.486 p=0.014) and between the concentrations and adult mortality of A. aegypti (r=0.938  p=0.000). 
Interpretation & conclusion: C.domestica rhizome and nanocomposite AgTiO2 may be useful as an insecticide in controlling the population of A. aegypti.   
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Reginastuti
"Romanomermis iyengari mempunyai potensi yang besar sebagai jasad-pengendali-hayati populasi larva nyamuk, diantaranya adalah Aedes aegypti yang merupakan vektor utama penyakit demam berdarah di Indonesia. Peranannya tersebut dilakukan dengan menjadi endoparasit obligat pada larva nyamuk tersebut. Untuk mengetahui efektivitas R. iyengari' dalam mengendalikan populasi larva A. aegypti, telah dilakukan pengujian 100, 200, 300, dan 400 preparasit R. iyengari sebagai perlakuan terhadap 50 larva A. aegypti instar II di laboratorium. Efektivitas setiap perlakuan ditentukan oleh kemampuan kolektif terbesar parasit membunuh inang, ditambah dengan perbandingan jenis kelamin cacing yang dihasilkan sehingga memungkinkan untuk terjadinya "recycling". Dari penelitian ini didapat bahwa perbandingan yang paling memenuhi kriteria efektivitas tersebut adalah 6 preparasit R. iyengari untuk 1 larva A. aegypti."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delafriadi Bustami
"ABSTRAK
Di Indonesia Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali dilaporkan terjadi di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968, yakni 15 tahun setelah terjadi wabah di Filipina. Pada tahun 1973 DBD telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan sejak tahun 1985 DBD telah menyebar di 28 propinsi kecuali propinsi Timor Timur (Sumarmo, 1989). Pada tahun 1993 seluruh propinsi di Indonesia telah melaporkan eksistensi DBD (Wuryadi, 1994).
DBa adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang tersebar luas di Indonesia, terutama di kota-kota besar (Surname, 1989).
Saat ini pencegahan atau pemberantasan penyakit DBD hanya efisien dilakukan dengan memutus rantai penularan manusia-nyamuk-manusia, yakni memberantas nyamuk penular Ae, aegypti karena vaksin dan obat anti virus belum ditemukan (Wuryadi, 1994). Berbagai cara pemberantasan Ae, aegypti yang telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia adalah pemberantasan kimiawi menggunakan malation untuk nyamuk dewasa dan temefos untuk stadium larva, di samping pemberantasan lingkungan melalui kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Namun demikian, hasil yang diperoleh masih belum memuaskan, bahkan jumlah kasus DBD cenderung meningkat dan penyebaran semakin luas. Di sisi lain, penggunaan insektisida sintetis walaupun memberikan hasil nyata dalam waktu relatif singkat, akan tetapi memerlukan dana yang besar. Selain itu pemakaian insektisida sintetis secara terus menerus dapat menimbulkan ketidak seimbangan lingkungan karena masuknya zat asing tersebut, dan juga meningkatkan kemungkinan timbulnya resistensi hewan sasaran serta musnahnya hewan bukan sasaran.
Selain penggunaan insektisida sintetis, terbuka juga kemungkinan penggunaan insektisida alami yang berasal dari tumbuhan. Salah satu tumbuhan yang menunjukkan potensi untuk itu adalah tumbuhan mindi.
Mindi (Melia azedarach lien.) adalah tumbuhan perdu yang tumbuh liar atau sengaja ditanam sebagai pelindung pada perkebunan kopi dan teh. Hampir seluruh bagian tumbuhan ini telah dimanfaatkan dalam pengobatan berbagai penyakit secara tradisional. Daun, buah, kulit batang dan kulit akar tumbuhan ini dijadikan bubuk kemudian diseduh dengan air panas untuk digunakan sebagai obat diare, cacing, dan penyakit lainnya (Burkill, 1935).
Berdasarkan hasil skrining fitokimia, diketahui bahwa tanaman mindi memiliki senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin dan triterpenoid. Selain itu juga mengandung karotenoid, lipida, meliatin dan klorofil. Senyawa yang diduga memiliki aktivitas sebagai bahan insektisida adalah triterpen azadiraktin, meliantriol dan 7-trikosanol?
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni R. Kamah
"Nyamuk Aedes aegypLi merupakan vektor demam berdarah yang tersebar luas, terutama di perkptaan n Pengendalian populasi larva /le. aegypti dengan menggunakan ikan predator telah lama diketahui. Suatu penelitian deskriptif eksperimental tentang kemampuan makan ikan ApLocheilus panchax (Cypr inodontidae ) j CoLisa Ictlia ( Anaban t idae ), dan Poecilia. r&ticuLctta (Poecilidae) telah dilakukan di laboratorium. Metode pengamatan adalah pengamatan secara langsung, yaitu melihat jumlah larva yang dimangsa/ikan/hari selama 4 hari. Banyaknya ulangan untuk setiap jenis ikan adalah 10 kali. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat perbedaan kemampuan memangsa larva pada ketiga jenis ikan yang diamati; (2) C. Lalia adalah pemangsa larva yang rakus, diikuti oleh A. panchax, dan terakhir P. reticulata; (3) Pada ikan A. panchax dan P- reticulata terdapat korelasi positif antara rata-rata panjang total tubuh dengan jumlah larva yang dimangsa/ikan/hari"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>