Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166443 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Setiarti Sukotjo
"ABSTRAK
Di perairan tawar Indonesia terdapat 38 jenis udang air tawar, tetapi yang mendapat perhatian besar hingga kini baru udang galah, Macrobrachium rosenbergii (de Man). Udang galah ini tidak hanya untuk konsumsi dalam negeri saja, melainkan juga untuk diekspor. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh pemberian pakan alami yang berbeda, yaitu Artemia salina dan Brachionus plicatilis, dan gabungan A. salina dan B. plicatilis terhadap produksi benih udang galah. Produksi benih dilihat dengan menghitung banyaknya larva yang dapat bertahan hidup sampai menjadi benih. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pakan alami yang murah, mudah didapat, dan dapat menggantikan A. salina. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa produksi benih rata-rata yang dihasilkan dari larva yang diberi pakan A. salina yaitu 1203 ekor/tangki, sedangkan larva yang diberi pakan B. plicatilis ialah 13 ekor/tangki dan larva yang diberi pakan gabungan A. salina dan B. plicatilis berkisar antara 71-762 ekor/tangki. Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa pakan alami yang diberikan baik B. plicatilis maupun gabungan A. salina dan B. plicatilis tidak dapat menggantikan A. salina."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priti Swasti
"Di antara beberapa hasil dari sektor perikanan, peranan budidaya udang sangat menonjol, antara lain karena dapat membuka lapangan kerja, sebagai sumber devisa negara serta sebagai sumber protein hewani yang bermutu tinggi. Dalam penelitian ini dipelajari penggunaan padat penebaran yang berbeda yaitu 6 ekor/m2, 12 ekor/ m2, 18 ekor/ m2, 24 ekor/ m2, 30 ekor/ m2, dan 36 ekor/ m2 terhadap pertumbuhan benih udang galah. Pengukuran pertumbuhan dilakukan pada awal dan akhir penelitian selama 8 minggu dengan cara mengamati pertambahan panjang baku dan pertambahan berat benih udang galah. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan padat penebaran yang terbaik bagi pertumbuhan benih udang galah pada kondisi laboratorium. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa padat penebaran yang baik bagi pertumbuhan benih udang galah adalah 6 ekor/ m2 yaitu mencapai pertambahan panjang baku 14,50 mm dan pertambahan berat 0,65 gram, 12 ekor/ m2 yaitu mencapai pertambahan panjang baku 14,05mm dan pertambahan berat 0,65 gram, 18 ekor/m2 yaitu mencapai pertambahan panjang baku 13,98 mm dan berat 0,61 gram. Ditinjau dari pemanfaatan penggunaan ruang, maka padat penebaran yang terbaik bagi pertumbuhan benih udang galah yaitu 18 ekor/m2."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susy Sensusi
"ABSTRAK
Udang galah Macrobrachium rosenbergii (de man) merupakan jenis udang air tawar yang mempunyai ukuran besar dan bernilai ekonomi tinggi. Di Indonesia, peranan udang galah sebagai produk perikanan semakin bertambah, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk diekspor. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh rasio seks udang galah terhadap fekunditas dan untuk mengetahui perilaku perkawinannya. Fekunditas udang galah dihitung secara volumetrik dengan menggunakan metode Tabung-U. Sedangkan perilaku perkawinan diamati secara visual. Dari hasil penelitian didapat bahwa fekunditas rata-rata yang dihasilkan udang galah dengan rasio seks 1:1 adalah 29.871 butir, udang galah dengan rasio seks 1:2 adalah 20.746 butir, dan udang galah dengan rasio seks 1:3 adalah 19.238 butir. Berdasarkan hasil analisis statistik, ternyata ada perbedaan yang nyata antara fekunditas rata-rata udang galah dengan rasio seks 1:1 dan 1:3 serta udang galah dengan rasio seks 1:2 dan 1:3. Udang galah dengan rasio seks 1:1, 1:2 dan 1:3, diakhir penelitian menghasilkan jumlah telur rata-rata per m2 berturut-turut 93.347 butir, 97.250 butir dan 120.234 butir. Pengamatan perilaku perkawinan udang galah meliputi proses ganti kulit, proses kopulasi dan proses pengeluaran telur. Proses ganti kulit dimulai dengan robeknya membran di antara kepala-dada dan perut. Kemudian bagian kepala-dada keluar dari kulit lama diikuti bagian perut. Proses kopulasi dimulai dengan mendekatnya induk jantan pada induk betina , selanjutnya induk jantan membalikkan tubuh induk betina hingga bagian ventral kepala-dada keduanya saling berhadapan. Selama kopulasi, keadaan ini tetap dipertahankan. Sewaktu proses pengeluaran telur berlangsung, induk bertina berdiri di atas kaki jalannya, kaki renang bergerak dengan gerakan mendayung, ekor menekuk ke arah dalam dan luar serta tubuhnya bergerak miring ke kiri dan kanan. Telur mengalir dari lubang genitalia ke ruang pengeraman."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Low survival rate is one constrain in giant prawn hatchery. The constrain in giant prawn hatchery. The constrain might be solved by salinity regulation..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lies Emmawati Hadie
"One of the most important factors in the formulation of effective breeding plans for improving the genetic quality of crops and livestock is a knowledge of the relative contribution made by genes to the variability of a trait under consideration. The variability of phenotypic values for quantitative trait can be partitioned into genetic and non genetic (environment) components.
The heritability is defined as a ratio of additive genetic variances to phenotypic variances. The most important function of the heritability is its predictive role. Heritability value is an expression of the reliability of the phenotypic value as a guide to breeding values.
The edible portion trait of giant freshwater prawn has a high heritability, since most of the phenotypic variability is due to genetic variations. Thus, genetic improvement can be made by selecting individuals with preferred phenotype because the offspring-parent correlation should be high. This is called mass selection or individual selection, but it is actually based on the individual's own performance record or phenotype.
The giant freshwater prawn population from Cimanuk (Tanjung Air, West Jawa), Cimandiri (Pelabuhan Ratu, West Jawa) and Walanae (Maros, South Sulawesi), obtained from natural habitat, were used in this study. The determination of heritability were conducted on several charater i.e. carapace length, standard length, dressing perecentage, edible portion and weight. The determination of heritability was based on regression between parents and offsprings. Structure of selection was conducted by individual selection. Parental stocks were selected based on individual breeding value. Natural breeding were used for first and second progeny.
Larvae were reared of eggs originated from individual female that had been mated to double males. Female were reared in 200-litre concrete tanks and newly hatched larvae were placed in 50-litre conical tanks. Water was recirculated through the tanks. The duration of rearing the larvae was 35 days.
Fingerlings were reared in cages replaced on 500 m2 earthen pond. Grow-out of juveniles were reared on 100 m2 earthen ponds. Juveniles were fed pellets with 30 % protein content. The duration of grow-out was 3 months.
The results showed that the heritability values of carapace length, standard length, weight, dressing percentage, and edible portion trait were in the level of medium to high. These suggest that giant freshwater prawn populations from Cimanuk, Cimandiri and Walanae are responsive to selection. Indeed, individual selection on edible portion trait show a positive response to selection. Therefore, selection programme can be utilized for genetic improvement of giant freshwater prawn.

Heritabilitas merupakan rasio antara keragaman aditif dan keragaman fenotipe. Fungsi penting dari heritabilitas adalah bersifat prediktif pada generasi berikutnya. Nilainya dapat memperlihatkan nilai fenotipe yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai breeding value . Nilai heritabilitas edible portion trait cukup tinggi pada udang galah. Oleh karena itu, program seleksi dapat diterapkan untuk meningkatkan mutu genetik udang galah.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan populasi udang dari Cimanuk (Tanjung Air, Jawa Barat), Cimandiri (Pelabuhan Ratu, Jawa Barat), dan Walanae (Maros, Sulawesi selatan) yang di koleksi dari alam.
Penentuan heritabilitas dilaksanakan pada beberapa karakter yaitu panjang karapas, panjang standar, berat, dressing percentage, dan edible portion. Penetapan nilai heritabilitas didasarkan atas perbandingan antara induk dengan keturunannya. Struktur seleksi yang dilakukan adalah seleksi individu. Untuk memilih induk udang digunakan breeding value.
Untuk memproduksi keturunan F, dan F2 dilakukan pemijahan secara alami. Pemeliharaan larva udang dilakukan dengan menggunakan sistem air jernih. Untuk menghasilkan udang ukuran juvenil dan pembesaran udang, dilakukan di kolam tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas pada karakter panjang karapas (0,68 - 0,86), panjang standar (0,43 - 0,90), berat tubuh (0,85?0,97), dressing percentage (0,49 - 0,95) dan edible portion trait (0,46- 0,67) memperlihatkan nilai medium sampai tinggi. Hasil yang diperoleh ini dapat di interpretasikan bahwa populasi udang dari Cimanuk, Cimandiri dan Walanae memperlihatkan indikasi respon yang positif, jika karakter-karakter tersebut akan di seleksi. Implementasi struktur seleksi individu pada edible portion trait populasi udang galah tersebut memberikan respon yang positif."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
As`adi
"Udang galah alam merupakan sumberdaya perikanan yang terdapat di sepanjang sungai. Keberadaanya sangat penting dalam memenuhi kebutuhan akan lauk pauk sebagai sumber protein hewani yang baik dalam menunjang perkembangan tubuh. Rasanya yang gurih rnenjadikan udang galah sangat popular, baik sebagai komoditas konsumsi masyarakat setempat maupun sebagai komoditas ekspor. Produk perikanan yang baik haruslah memenuhi standar kesehatan dan keamanan konsumsi seperti terbebas dari zat-zat logam berat yang berbahaya. Hasil produk perikanan yang berasal dari sungai (alam) banyak dipengaruhi oleh cemaran yang berasal dari kegiatan manusia baik di bidang pertanian, industri, domestik, maupun pertambangan.
Adanya keberadaan logam berat merkuri (Hg) di Badan Sungai Melawi, Kalimantan Barat akibat kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) yang dilakukan di badan sungai akan mengganggu kehidupan sejumlah biota di dalamnya. Jumlah PETI yang ada di sepanjang Sungai Malawi beserta anak sungainya diperkirakan setidaknya mencapai 2000 buah mesin penambang yang berkekuatan antara 25 sampai 100 tenaga kuda. Proses pengolahan bijih emas yang dilakukan oleh penambang emas rakyat adalah dengan menggunakan metode amalgamsi, yaitu bijih emas dari hasil pendulangan dicampur dengan merkuri dengan perbandingan 1 sampai 2. Hasil penambangan emas yang didapat oleh para PETI berkisar antara 3-5 gram emas untuk setiap hari/mesin, apabila tidak mencapai target tersebut, maka penambang akan segera berpindah lokasi. Kebutuhan merkuri untuk setiap mesin diperkirakan dengan perbandingan proses amalgamsi, maka setidaknya sebanyak 5 gram merkuri terpakai setiap harinya.
Keberadaan logam berat merkuri dapat berakibat buruk terhadap biota sungai maupun kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi produk perikanan dan menggunakan air sungai. Hal tersebut dikarenakan sifat logam berat merkuri tidak mudah terurai dan bersifat akumulatif dalam biota, air, dan sedimen. Supaya dapat diketahui sejauh mana logam berat merkuri yang teiah masuk ke dalam air dan sedimen di dalam sungai soda terakumulasi dalam hasil perikanan sungai, yakni udang galah, maka perlu diselenggarakan penelitian dengan maksud untuk mendapatkan informasi tentang kandungan merkuri pada air, sedimen, dan udang galah, serta mencari hubungan antara kandungan logam berat merkuri dalam udang galah dengan kandungan logam berat merkuri dalam air permukaan, air dasar sungai, dan sedimen.
Penelitian dengan metode survei ini dilakukan terhadap biota asli Sungai Malawi, yaitu udang galah jenis Macrobrachium rasenbergii de Man dan komponen fisik sungai yaitu air dan sedimen pada bulan September 2002. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu sampel diambil pada titik stasiun pengamatan yang telah ditetapkan. Stasiun sampel berjumlah 14 buah untuk mewakili seluruh lokasi penelitian. Sampel udang galah sebanyak 102 ekor yang tertangkap pada 14 stasiun pengamatan, dengan menggunakan alat jaring anco dan pancing, jala, dan hasil tangkapan nelayan setempat. Sampel air permukaan diambil dengan menggunakan botol sederhana dan air dasar sungai digunakan alat tipe sederhana dengan pemberat. Pengambilan sampel air sebanyak 100 ml pada masing-masing stasiun pengamatan, diambil di sisi kiri, tengah, dan kanan sungai, kemudian dicampur (homogenisasi). Pengambilan sedimen yang terletak di dasar sungai dengan menggunakan alat eyckman grab pada sisi kiri, tengah, dan kanan sungai kemudian didekomposit atau dicampur. Penentuan logam berat merkuri pada udang galah, air, dan sedimen dilakukan dengan alat AAS (Atomic Absorbtion Spectrofotometer). Data yang diperoleh dianalisis dengan motode analisis deskriptif, analisis Sidik Ragam (ANOVA), Duncan's Multiple Range Test (DMRT), dan regresi linier berganda dengan bantuan program SAS (Sratistical Analysis Software) versi 6.12 untuk melihat kemaknaan keragaman sampel (kandungan Iogam berat merkuri pada air, sedimen, dan udang galah) dan keragaman pada tiap-tiap stasiun pengamatan. Analisis regresi berganda bertujuan untuk melihat hubungan antara kandungan logam berat pada bagian kepala dan badan udang galah dengan kandungan logam berat dalam air dan sedimen.
Berdasarkan data sekunder diketahui bahwa Kabupaten Sintang memiliki jumlah penduduk 460.033 jiwa dan sebanyak 44.999 jiwa bekerja pada sektor pertambangan dan penggalian, sedangkan jumlah PETI yang ada di dalam badan Sungai Melawi yang terdiri atas 509 pemodal, 2000 buah mesin, dan 2047 orang pekerja.
Kandungan logam berat merkuri dalam air permukaan di bawah limit deteksi alat, sedangkan dalam air dasar sungai mempunyai kisaran antara 0,5 - 4,2 pg/l. Sebagian konsentrasi tersebut telah melewati ambang batas yang diperbolehkan, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 untuk air kelas I, yaitu sebesar 1 ug/l. Kandungan Hg yang terdapat pada sedimen mempunyai kisaran 0,5 - 161 ug/kg. Konsentrasi merkuri dalam sedimen belum ada standar baku mutu. Kandungan logam berat merkuri dalam kepala udang galah berkisar 1 - 26 ug/kg, sedangkan dalam badan udang galah berkisar 2 - 108 ug/kg. Kadar ini masih di bawah batas aman untuk dikonsumsi, yaitu sebesar 500 ug/kg (0.5 ppm). Standar dari WHO batas konsumsi maksimum untuk total merkuri adalah 300 ug orang1 minggu 1. dan untuk metil merkuri 200 ug orang1.minggu-1 (WHO, 1989).
Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan bahwa keragaman kandungan merkuri yang terdapat pada air permukaan, air dasar sungai dan sedimen pada 14 stasiun pengamatan memperlihatkan P > 0,0768 (nyata pada taraf a sebesar 10 persen), sedangkan uji Jarak Berganda Duncan?s memperlihatkan adanya berbedaan yang nyata antara kandungan merkuri dalam air permukaan dan air dasar sungai dengan sedimen pada taraf a sebesar 5 persen. Keragaman kandungan merkuri dalam bagian kepala dan badan udang galah masing-masing sebesar P < 0,05 dengan R2 = 0,409766 dan p < 0,05 dengan R2 = 0,707830. Selanjutnya hasil uji Duncan?s kandungan merkuri pada bagian kepala udang galah pada 14 stasiun menunjukkan adanya perbedaan yang nyata masing-masing pada stasiun 11, 12, dan 9 dengan nilai a sebesar 0,05, sedangkan kandungan merkuri pada bagian badan udang galah memperlihatkan perbedaan yang nyata pada taraf a sebesar 0,05 pada stasiun 11, 6, 13, dan 5. Model korelasi kandungan logam berat merkuri pada kepala udang galah (Y1) dengan (X1) air dasar sungai dan (X2) sedimen adalah: Konst Hg = 7,738297 + 0,056330.Konst Hg air + 0,036798.Korst Hg Sedimen (R2 = 0,1326). Hal ini berarti meningkatnya konsentrasi logam berat merkuri dalam sedimen sebesar 1 ug/kg akan mempengaruhi kandungan merkuri pada kepala udang sebesar 0,036798 ug/kg. Korelasi kandungan logam berat merkuri pada badan udang galah (Y2) dengan (X1) air dasar sungai dan (X2) sedimen adalah: Konst Hg = 3,046111 + 9,535250.Konst Hg air + 0,000951.Konst Hg sedimen (R2 = 0,2765).
Berdasarkan uji regresi linier berganda, memperlihatkan bahwa adanya hubungan positif kandungan logam berat merkuri baik pada bagian kepala maupun badan udang galah dengan kandungan merkuri dalam air dasar sungai dan sedimen. Pengaruh logam berat merkuri dalam air dasar sungai dan sedimen terhadap bagian kepala dan badan udang galah, menunjukkan pengaruh yang kecil.
Data penyakit yang terdapat di rumah sakit dan puskesmas di Kabupaten Sintang terdapat paling banyak diderita oleh penduduk adalah penyakit kulit sebanyak 30.104 orang, infeksi saluran pemapasan atas (ISPA) 26.680 orang, dan penyakit lain pada saluran pernapasan 19.697 orang. Untuk menghubungkan antara mengkonsumsi air sungai, udang galah maupun produk perikanan sungai lainnya dengan sungai yang tercemar oleh logam berat merkuri tidaklah mudah, sehingga data kesehatan tersebut belum bisa ditarik suatu kesimpulan.

Giant freshwater prawn is a fishery resources that is available along the river. Its existence is very important to meet the food need as a good animal protein source in supporting body growth It is very delicious that make giant freshwater prawn very popular, both as local community consumption as well as export commodity. A good fishery product must meet health and security standard for consumption such as free of hazardous heavy metal substance. Fishery products originated from river (nature) are many influenced by pollutant originated from human activities, both in agriculture, industry, domestic as well as mining fields.
The existence of heavy metal of mercury (Hg) in Melawi River, West Kalimantan as a result of Illegal Gold Mining (PETI) activities conducted at the river body will disturb a number biota ecosystem therein. The existing PETI is along Melawi River and its river-branches are estimated at least to reach 2,000 units of mining machines with the capacity between 25 up to 200 horsepower. The gold processing conducted by the gold miners are usually using amalgamation method, namely gold ore from gold wash processing result are mixed with mercury on the ratio 1 up to 2. The gold mining result obtained by PETI ranged between 3-5 gram a day/machine, if the target is not reached, then miners will move a new location. Mercury need for each machine is estimated proportional with amalgamation process, so that at least 5 grams of mercury are used everyday.
The existence of mercury may give bad consequence to the river biota as well as community health consuming fishery product and water from the river. lt is because mercury characteristic that is not easy to solve and accumulative in water biota, water and sediment. In order to know how much mercury that has entered into water and sediment in the river as well as accumulated in fishery product, namely giant freshwater prawn, then it is necessary to conduct research for obtaining infomation on the mercury content in the water, sediment and giant freshwater prawn, as well as to find out correlation between mercury content in giant freshwater prawn and mercury content in the surface water, river bed water and sediment.
The research with this survey method is conducted to the original biota of Melawi River namely giant freshwater prawn from Macrobrachium rosenbergii de Man type and physical component of the river namely water and sediment on September 2002. Sampling is conducted by purposive method. There are taken 14 sample stations to represent all research locations. 102 giant freshwater prawn samples are caught in 14 survey stations, by using anco net and fishing rod, net and local fishermen. Surface water samples are taken by using simple bottle and river bed water used simple equipment by using burden. 100 ml water sampling at each survey station are taken at the left, center and right-sides ofthe river and then mixed (homogenization). Sediment sampling are taken from the river bed by using eyckman grab in the left, center and right-sides of the river and then decomposit or mixed. To determine mercury content in giant freshwater prawn, water and sediment, it is conducted by AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer). Its data are analyzed by descriptive analysis method, Diversity Investigation analysis (ANOVA), Duncan?s Multiple Range Test (DMRT), and double regression linear with the assistance of SAS (Statistical Analysis Software) version 6.12 to see the sample diversity (mercury content on water, sediment and shrimp) and the diversity at each observation station. Double regression analysis is used to see correlations between heavy metal content in the head and body parts of giant freshwater prawn with the heavy metal content in water and sediment.
Based on the secondary data it is known that Sintang Regency has 460,033 population and 44,999 of them work in mining sectors, while the existing PETI in Melawi River are consisting of 509 investors, 2,000 machines and 2,047 workers.
Mercury content in the surface water is under the detection limit, while in the river bed water, it ranges 0.5 - 4.2 ug/l. This grade has exceed the permitted threshold, based on the Govemment Regulation of the Republic of Indonesia No. 82 Year 2001 for water class I, namely 1 ug/l. Hg content in the sediment ranges 0.5- 161 ug/kg. Mercury concentration in the sediment has not quality standard. The mercury content in the giant freshwater prawn head ranges 1 - 26 ug/kg, while in the giant freshwater prawn body ranges 2 - 108 ug/kg (0.5 ppm). This content is still under safe threshold for consumption, namely 500 ug/kg. WHO standard, the total maximum consumption limit for total Hg is 300 ug. person1 week-3 (WHO, 1989).
The analysis result of diversity investigation (ANOVA) indicates that mercury content diversity in the surface water, river bed water and sediment in 14 survey stations show P > 0.0768 (concrete at grade a 10 percent), while Duncan?s double Distance test shows there is a real difference between mercury content in the surface water and river bed water with sediment on the grade ot of 5 percent
Mercury content diversity in the head and body pans of giant freshwater prawn respectively amounting to P < 0.05 with R2 = 0.409766 and p < 0.05 with R2 = 0.707830 Further, from Duncan?s test, mercury content at giant freshwater prawn head in 14 stations indicate a real difference respectively at station 11, 12, and 9 with a value of 0.05, while mercury content at body part of giant freshwater prawn shows that the real difference on the grade ot 0.05 at station 11, 6, 13, and 5. Correlation model of mercury content in the head part of giant freshwater prawn (Y1) and (X1) river bed water and (X2) sediment are: Konst Hg = 7.73 8297 + 0.056330.Konst Hg water + 0.036798.Konst Hg sediment (R2 = 0.1326). It means the increase of mercury concentration in sediment by 1 ug/kg will influence mercury content on the giant freshwater prawn head by 0.036793 ug/kg. The correlation of mercury content on the body part of giant freshwater prawn (Y2) and (X1) liver bed water and (X2) sediment are: Konst Hg = 3.046111 + 9.53525O.Konst Hg water + 0.000951.Konst Hg sediment (R2 = 0.2765).
The double linear regression test shows that there is positive correlation of mercury content in the head and body part of giant freshwater prawn with mercury content in the river bed water and sediment. The influence of mercury heavy metal in the river bed water and sediment to the head and body part of giant freshwater prawn indicate the small influence.
The illness data available in the hospitals and Puskesmas (Public Health Center) in Sintang Regency, the largest patients are skin illness by 30,104 persons, upper respiratory infection (ISPA), 26,680 persons and other illness in respiratory channel 19,697 persons. To correlate between consuming river water, shrimp and other river fishery products with the polluted river by mercury is not easy, medical data could not be taken as a conclusion."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In management of the spatial lay out of the space's prawn, is needed mastery knowledge abouts its. prawn is water animal , that needed specific habitats, so that we are also to think the potential factors so far its to be concorned for revitalisation of the coastal zon we are planed; for example water temperature, salt concentration, short wave etc. Many factors must be presents joined to the integrated planning for the zone optimal"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Srie Redjeki
"Penelitian tentang pengaruh ablasi mat a uniia^teral dan bila'keral 'telah dilakukan barhadap stadiun juvonil udang Galah (MacrobrachiuMi rosenbergii do Man). Tujuan penoli'tian inx adalah untuk nongotiahui pejrbodaan ponga— ruh ablasi mata unilateral dan bilateral terhadap laju pertumbuhan dan persentase nortalitas stadiun juvenil udang Galah. Metoda penelitian yang dipakai adalah metoda eksperimental, nenggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan ulangan 9 kali. Perlakuan yang diberikan yaitu ablasi mata unilateral (Al) dan bilateral (A2) serta tanpa ablasi mata (TA). Ablasi mata dilakukan dengan memecah bola mata dan memijat keluar seluruh isi bola mata. Parameter yang diukur adalah laju pertumbuh an berdasarkan pertambahan berat rata-rata (gram) dan panjarig rata—rata (cm), serta persentase mortalitas. ^ji Tukey dengan taraf nyata o. ~ 0,05 menunjukkan adanya laju pertumbuhan berat yang berbeda nyata antara ke-3 perlakuan. Sedangkan hasil uji Tukey terhadap laju pertumbuhan panjang menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan TA-Al dan TA—A2, serta tidak ada per bedaan nyata antara perlakuan A1-A2. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Ablasi mata pada stadium juvenil udang Galah meningkatkan laju pertumbuhan; (2) Stadium juvenil udang Galah yang diablasi mata bilateral nenunjukkan peningkatan laju pertumbuhan dan persentase nortalitas yang lebih besar dibandingkan dengan udang yang diablasi nata unilateral dan udang yang tanpa ablasi nata."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>