Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan penggunaan
antibiotika sebelum dan sesudah penerapan Formularium Rumah Sakit (FRS)
di Rumah Sakit Umum PMI Bogor (RSU PMI Bogor). Data antibiotika dicatat
dari laporan harian penjualan obat di Instalasi Farmasi secara retrospektif,
yaitu data bulan Januari-Juni 2006. Parameter kuantitatif penggunaan
antibiotika pasien rawat inap adalah Defined Daily Dose/100 hari rawat
(DDD/shr). Parameter kualitas penggunaan antibiotika adalah jumlah nama
antibiotika berdasarkan urutan DDD membentuk segmen 90% dari total
penggunaan antibiotika (DU 90%) dan kepatuhan peresepan antibiotika
terhadap formularium dalam segmen DU 90% berdasarkan nama bahan aktif
dan nama dagang. Kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotika
dibandingkan sebelum dan sesudah penerapan FRS tahun 2006. Analisis
perbandingan kuantitas dan kualitas dilakukan dengan uji Mann-Whitney.
Analisis kesesuaian dengan formularium dilakukan dengan uji kai-kuadrat.
Penggunaan antibiotika untuk pasien rawat inap menurun secara tidak
bermakna sebesar 1,4% dari 253,19 DDDs/hbd di tahun 2005 menjadi
249,64 DDDs/hbd di tahun 2006 (p=0,763). Amoksisilina adalah antibiotika
yang terbanyak diresepkan di rawat inap pada tahun 2005 dan tahun 2006.
Kepatuhan peresepan antibiotika terhadap FRS tahun 2005 dan tahun 2006
secara berturut-turut berdasarkan nama bahan aktif adalah 100% dan 100%,
berdasarkan nama dagang 63,37% dan 63%. Profil DU 90% pasien rawat inap dapat dikatakan tidak menunjukkan perbaikan baik berdasarkan nama
bahan aktif maupun nama dagang. Sebagai kesimpulan ialah bahwa
penerapan FRS 2006 di RSU PMI Bogor belum efektif dan efisien dalam
menurunkan jumlah dan jenis produk obat, serta belum dapat meningkatkan
kesesuaian penulisan resep terhadap formularium."
Universitas Indonesia, 2006
S32570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetty Syafridani
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
T39549
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anita Anuariyanti
"Antibiotika merupakan satu diantara obat yang umum digunakan oleh pasien rawat inap di RSUD Budhi Asih Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotika pada pasien rawat inap dan adanya penggunaan antibiotika yang tidak rasional dari segi indikasi, dosis dan lama pemakaian. Penelitian dilakukan dengan metode survei yang bersifat deskriptif retrospektif. Data dikumpulkan dari Medical Record (Rekam Medis) pasien yang dirawat pada bulan Januari-Juni 2005.
Hasil penelitian menunjukkan jenis antibiotika yang banyak digunakan adalah antibiotika golongan penisilin (51,33%) antara lain ampisilin dan amoksisilin, dan antibiotika golongan sefalosporin (38%) antara lain sefadroksil, sefazolin, sefoperazon, sefotaksim, seftriakson dan sefiksim. Pengobatan pada pasien DHF yang banyak digunakan adalah antibiotika golongan penisilin, sejumlah 33 orang pasien (22%) antara lain, ampisilin dan amoksisilin. Pengobatan pada infeksi saluran gastrointestinal menggunakan antibiotika golongan sefalosporin (20%) antara lain, sefadroksil, sefazolin, sefoperazon, sefotaksim, seftriakson dan sefiksim. Antibiotika golongan penisilin paling banyak digunakan pada kelas tiga (33,99%) antara lain, ampisilin dan amoksisilin. Penggunaan antibiotika yang rasional adalah dari segi indikasi dan lama pemakaian, masing-masing sejumlah 150 orang pasien (100%), sedangkan penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah dari segi dosis, sejumlah 35 orang pasien (23,34%) yang paling banyak terjadi pada kelompok umur 0-14 tahun dari 150 orang pasien.
Antibiotic is a common drug used in patient at RSUD Budhi Asih Jakarta. The objective of this study is to know a pattern of antibiotic use in patient and the irrational using of antibiotics which was based on choosing its indication, dosage and duration. The study was conducted with descriptive retrospective method. The data were collected from Medical Record of patients during January until June 2005.
The results of this study indicated that the most frequently antibiotics used by patients were penisilin (51,33%) such as, ampicillin and amoxicillin and cephalosporin (38%) such as, cefadroxil, cefazolin, cefoperazon, cefotaxime, ceftriaxone dan cefixime . The most frequently antibiotics used by patients DHF was penisilin (22%) included ampicillin and amoxicillin. The medicinal therapy for gastrointestinal tract infectious disease used cephalosporin (20%) were cefadroxil, cefazolin, cefoperazon, cefotaxime, ceftriaxone dan cefixime. Penisilin was the most frequently antibiotics used by patients in class three (33,99%) included ampicillin and amoxicillin. The rational using of antibiotics came from the indication and duration each other were one hundred fifty patients (100%), and the irrational using of antibiotics came from the dosage of antibiotics which was happened to age groups zero until fourteen years old (23,34%) from one hundred fifty patients.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Hasna Hanifah
"Infeksi bakteri adalah salah satu penyebab utama mortalitas secara global dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan munculnya resistensi antimikroba. Untuk menekan angka resistensi antimikroba, WHO telah menyusun program penatagunaan antimikroba yang mencakup evaluasi antibiotik menggunakan metode ATC/DDD dan pedoman penggunaan antibiotik melalui klasifikasi AWaRe. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan antibiotik secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD secara kualitatif berdasarkan metode DU90% dan klasifikasi AWaRe. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik cross- sectional dengan pengambilan data retrospektif yang dilakukan di RS Universitas Indonesia. Sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap ICU dewasa dengan penggunaan antibiotik periode 1 Januari–31 Desember 2022. Antibiotik yang paling sering digunakan adalah levofloksasin (41,39 DDD/100 pasien-hari), seftriakson (33,57 DDD/100 pasien-hari), dan meropenem (18,18 DDD/100 pasien-hari). Hasil persentase dari masing-masing klasifikasi AWaRe adalah Access (10,97%), Watch (86,68%), Reserve (2,35%). Segmen DU90% disusun oleh 15 jenis antibiotik yang mayoritas berasal dari golongan sefalosporin generasi ketiga, fluorokuinolon, dan karbapenem. Dengan hasil yang telah dipaparkan, sebaiknya program penatagunaan antibiotik terus dilakukan agar dapat menurunkan peluang terjadinya resistensi antibiotik. 

Bacterial infections are one of the main causes of mortality on a global scale, and the indiscriminate use of antibiotics can result in the emergence of antimicrobial resistance. To reduce the number of antimicrobial resistance, WHO has established the Antimicrobial Stewardship Program that includes antibiotic evaluation using the ATC/DDD method and guidelines for proper antibiotic usage through AWaRe classification. This study aimed to evaluate the use of antibiotics quantitatively using the ATC/DDD method and qualitatively based on the DU90% method and AWaRe classification. This research is a cross-sectional analytical descriptive study with retrospective data collection conducted at RS Universitas Indonesia. The sample of this study is adult ICU patients with antibiotic usage from January 1 to December 31, 2022. The most frequently used antibiotics were levofloxacin (41.39 DDD/100 patient-days), ceftriaxone (33.57 DDD/100 patient-days), and meropenem (18.18 DDD/100 patient-days). The results for each AWaRe classification are Access (10.97%), Watch (86.68%), Reserve (2.35%). The DU90% segment contains 15 types of antibiotics, most of which were from third-generation cephalosporins, fluoroquinolones, and carbapenems. With these results, it is best if the antibiotic stewardship program continues to be applied to reduce the occurrence of antibiotic resistance. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Bestari Sutantoputri
"Data Indonesia Antimicrobial Surveillance System (INASS) tahun 2019 menunjukkan tingginya tingkat resistensi bakteri penghasil extended-spectrum beta-lactamase (ESBL) terhadap sefalosporin generasi ketiga dan fluorokuinolon. Untuk menekan angka resistensi, diusung program penatagunaan antibiotik yang mencakup evaluasi penggunaan antibiotik dan pemberian antibiotik berdasarkan klasifikasi Acces, Watch, Reserve (AWaRe). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik data pasien rawat inap non-intensif di RSUI yang berusia ≥ 18 tahun yang menggunakan antibiotik pada periode 1 Januari–31 Desember 2022 berdasarkan klasifikasi AWaRe dan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Penelitian deskriptif analitik dengan desain studi cross-sectional ini memperoleh sampel dengan teknik total sampling dan diolah menggunakan Microsoft Excel. Data pasien dengan data rekam medis nihil, data pasien yang menggunakan antibiotik rute topikal, serta antibiotik yang tidak memiliki nilai standar DDD dari WHO dieksklusi dari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan total penggunaan antibiotik sebesar 258,37 DDD/100 pasien-hari dengan sefiksim (60,63 DDD/100 pasien-hari) sebagai antibiotik dengan penggunaan tertinggi. Persentase penggunaan antibiotik berdasarkan klasifikasi AWaRe dari WHO, yaitu klasifikasi Access (14,80%), Watch (85,01%), Reserve (0,19%). Antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga (sefiksim, seftriakson), fluorokuinolon (levofloksasin, siprofloksasin), dan makrolida (azitromisin) termasuk ke dalam segmen 90%.

Indonesia Antimicrobial Surveillance System (INASS) data in 2019 shows increased resistance of extended-spectrum beta-lactamase (ESBL)-producing bacteria to third-generation cephalosporins and fluoroquinolones. The antimicrobial stewardship programs to suppress resistance rates are an evaluation of antibiotic use also the antibiotic administration based on the Access, Watch, Reserve (AWaRe) classification. This study aimed to evaluate the use of antibiotics among non-intensive inpatients' data aged ≥ 18 years who were taking antibiotics at RS Universitas Indonesia between 1st January–31st December 2022 based on AWaRe classification and the ATC/DDD method. This cross-sectional descriptive analytic study was conducted using total sampling and processed using Microsoft Excel. Meanwhile, patients' data with zero medical record data, patients' data who were using topical antibiotics, and antibiotics that did not have a WHO standard DDD value were excluded in this study. The total antibiotic utilization was 258,37 DDD/100 patient-days. The antibiotic with the highest use was cefixime (60,63 DDD/100 patient-days). Access (14,80%), Watch (85,01%), Reserve (0,19%) are the percentages of antibiotic usage based on the WHO AWaRe classification. Third-generation cephalosporins (cefixime, ceftriaxone), fluoroquinolones (levofloxacin, ciprofloxacin), and macrolides (azithromycin) belong to the 90% segment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elwyati C. Rasahan
"abstrak
Pelayanan farmasi bagi pasien di ruang rawat inap di RS PMI Bogor masih berupa pelayanan sistem resep individual. Berbagai faktor dan tata-cara harus diperhatikan dalam mengatur pelayanan penggunaan obat bagi pasien rawat inap di setiap ruangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan tidak efisiennya penyediaan dan penggunaan obat pasien rawat inap. Secara khusus penelitian ini bertujuan pula untuk mengidentifikasi obat yang tersedia dan kesesuaiannya dengan resep yang digunakan oleh pasien selama dalam perawatan, mengidentifikasi obat sisa dan penyebab terjadinya obat sisa, dan mengidentifikasi mekanisme pemantauan penyediaan penggunaan obat selama pasien dalam perawatan.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kualitatif dengan telaah kasus dan data dengan cara penelusuran proses sampai sejauh mana penggunaan obat di ruang rawat inap telah dijalankan. Telaah kasus dimaksud untuk mempelajari secara kualitatif tentang proses penggunaan obat pasien rawat inap di seluruh ruangan melalui kegiatan wawancara, diskusi kelompok, pengamatan dan pengumpulan data sekunder Bari lembar rekam medik pasien. Penelitian di RS PMI Bogor ini dilaksanakan dalam periode Mei-Juni 1998.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi instalasi farmasi di RS PMI baru terbatas melaksanakan pelayanan sebagai apotik. Ketidakmampuan instalasi farmasi menyediakan dan menyalurkan penggunaan obat secara efisien bagi pasien selama di rawat di ruang rawat inap juga tercermin dalam pengelolaan obat yang diperlukan oleh penderita selama dalam perawatan.
Ruang rawat inap belum dapat memberikan pelayanan efisien dan optimal kepada pasien rawat inap karena belum tersedianya standar baku dalam pengelolaan obat pasien diruang rawat inap. Instalasi belum mampu memberikan pelayanan yang efisien dan optimal kepada pasien rawat inap karena kenyataan menunjukkan masih tingginya jumlah dan jenis obat yang tersisa.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang efisien kepada pasien selama berada dalam perawatan, maka instalasi farmasi dalam suatu rumah sakit harus mempunyai fungsi yang lebih luas sehingga dapat melaksanakan sistem pelayanan farmasi terpadu, khususnya dalam melayani secara efisen penggunaan obat bagi pasien rawat inap. Dalam hal ini sumberdaya manusia, sarana, dan prasarana merupakan kendala yang perlu diatasi.

ABSTRACT
Pharmacy services for hospital inpatient in RS PMI Bogor is still given in term of individual receipt service. Various factors and procedures must be taken into account in the service management of drug utilization for inpatient treatments.
The main objective of this study is to identify factors affecting the inefficiency of supplying and utilizing drugs for inpatient individuals. Specifically, the purpose of the study are also to identify the appropriateness between the drugs given and the receipt provided to the patient, to identify the unused drugs and its causes, and to identify the mechanism by which all drugs are being utilized by patients during inpatient treatment.
The method applied was qualitative in nature by using case and data studies about the process by which drugs inpatient care unit were being utilized by the patient. The objective of case study was to analyze the process of drugs used by patients qualitatively, through in-depth interviews, focused group discussion, observation at inpatient care units, and secondary data taken from patient's medical records. The study took place at RS PMI Bogor during the period of May- June 1998.
The result showed that the current function of pharmatical installation unit in RS PMI Bogor is limited to provide pharmacy services only. The inability of pharmatical installation unit to supply and to distribute drugs efficiently was also reflected in term of drug management needed by the patient during the treatment. Inpatient care unit was not able to provide an optimal and efficient service because the facts indicated that there is no such standard operating procedures being applied to manage distribution of drugs properly. Furthermore, the unit was not able to provide an optimal and efficient services to the patients as the data showed that the amount of unused drugs remain very high.
In order to be able to provide an efficient services to the patient during inpatient treatment, the function of pharmacy installation unit in the hospital should be broadened so that the unit can implement the more integrated pharmacy system services, particularly to provide utilization of drugs for patient under treatment in a more efficient manner. In these respects, it is suggested that constraints on human resource development, materials, and infrastructures need to be resolved.
Bibliography: 21 (1979-1997)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iin Inayah
"Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan diupayakan melalui pemberdayaan tenaga keperawatan. Tenaga perawat pelaksana merupakan tenaga kerja yang berinteraksi 24 jam dengan klien. Dalam pelayanannya diperlukan manajemen waktu yang berasal dari motivasi kerja seorang perawat pelaksana tersebut. Sehingga penelitian ini dibuat bertujuan untuk : 1) mendapatkan gambaran motivasi kerja : kebutuhan berprestasi, kebutuhan mempengaruhi, kebutuhan afiliasi dan manajemen waktu, 2) melihat hubungan antara motivasi kerja : kebutuhan berprestasi, kebutuhan mempengaruhi dan kebutuhan afiliasi dengan manajemen waktu, dan 3) melihat hubungan yang paling signifikan antara aspek motivasi kerja dengan manajemen waktu yang dapat dikontrol oleh karakteristik perawat. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan cara pengumpulan data cross sectional. Analisis univariat menggunakan uji deskriptif, bivariat dengan menggunakan chi square dan multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda. Tempat penelitian adalah instalasi rawat inap RSU PMI Bogor dengan jumlah sampel 138 perawat pelaksana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian perawat pelaksana mempunyai motivasi kerja : kebutuhan berprestasi yang tinggi (51,4%), kebutuhan mempengaruhi yang tinggi (69,6%) kebutuhan berafiliasi yang tinggi (67,4%). Kebutuhan berprestasi dan kebutuhan mempengaruhi mempunyai hubungan yang bermakna dengan manajemen waktu. Kebutuhan berafiliasi tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan manajemen waktu. Kebutuhan mempengaruhi mempunyai hubungan paling dominan dengan manajemen waktu. Perawat pelaksana dengan kebutuhan mempengaruhi yang tinggi mempunyai peluang 5,7 kali melakukan manajemen waktu yang lebih baik daripada yang kebutuhan mempengaruhi yang rendah. Perawat pelaksana dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi mempunyai peluang 2,7 kali melakukan manajemen waktu yang baik daripada yang kebutuhan berprestasinya rendah. Perawat pelaksana dengan kebutuhan mempengaruhi yang tinggi dengan dikontrol kebutuhan berprestasi yang tinggi mempunyai peluang manajemen waktu yang baik sebesar 78%.
Berdasarkan basil penelitian ini maka bidang keperawatan disarankan untuk 1) segera melakukan program jenjang karir untuk meningkatkan motivasi kerja : kebutuhan berprestasi, 2) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui peningkatan pendidikan formal untuk meningkatkan motivasi kerja kebutuhan mempengaruhi, 3) mengoptimalkan acara kekeluargaan perawat untuk meningkatkan motivasi kerja : kebutuhan berafiliasi, dan 4) membuat pelatihan manajemen waktu secara terjadwal untuk meningkatkan manajemen waktu perawat dalam melaksanakan pelayanan dan dokumentasi asuhan keperawatan. Saran lain juga bagi peneliti lain dalam membuat penelitian hubungan motivasi kerja dengan manajemen waktu di rumah sakit lain secara kuasi eksperimen maupun eksperimen guna melihat kuat dan lemahnya hubungan yang terjadi antara variabel motivasi kerja dengan manajemen waktu perawat.

Improvement of nursing services quality strived to enableness of nurse sources or empowerment of nursing personnel. Nurse as a personnel where represent of service of treatment which have 24 hour interaction with client (patient). In its service delivery needed time management that corning form work motivation of a nurse. Therefore, this research was proposes in order to 1) obtain the description of work motivation aspect are need of achievement, need of power, need of affiliation with time management, 2) to see relationship of work motivation need of achievement, need of power, need of affiliation with time management and 3) to see who has most significant relationship between work motivation and time management was controlled with nurse characteristics. Instrument of this research was using questioners measurement by description correlation data based questioners cross sectional. Univariat analysis based on description analysis, Bivariat based chi squire and multivariat used double logistic regression. The research was taking place in hospitalized patient at PMI Hospital Bogor with 138 nurses as sample.
The result was indicated that most of nurse have work motivation about 51.4% need of high achievement, about 69.6% nurse have work motivation need of power and nurse who have work motivation need of affiliation about 67.4% . A. need of achievement and need of power have significant relationship as work motivation with time management, while need of affiliation doesn't have significant relationship with time management. A nurse who have motivation need of power ability had 5.6 better in time management than nurse who have less motivation need of power. Nurses who have work motivation need of achievement had 2.7 better time management than a nurse who has less motivation need of achievement. While a nurse who have motivation need of power and controlled by need of achievement in working had 78% better quality time management.
Based on this research nurse board as an element of hospital are recommended 1) to make multilevel career program in order to increase nurse motivation : need of achievement, 2) to increase formal education nurse as motivation : need of power, 3) to have family gathering nurse board to bring inspire new spirit motivation : need affiliation and also recommended 4) to have management trainee schedule regularly for time management in service delivery of nursing and documentation nurse care. A following up research is advised other hospital to use quassi experiment method or experiment to see strength and weakness of relationship occurring between work motivation variable and time management.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadzia Nazhiva Fikra
"Evaluasi penggunaan obat (EPO) merupakan salah satu program dari standar pelayanan kefarmasian dan perlu dilakukan secara rutin. Lebih lagi, dengan pandemi COVID-19, terdapat rujukan tatalaksana baru yang perlu diperhatikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat di salah satu rumah sakit rujukan COVID-19, yaitu Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI). Metode evaluasi yang digunakan adalah ATC/DDD sebagai analisis kuantitatif dan perbandingan kesesuaian terhadap Formularium Nasional. Penelitian yang dilakukan memiliki desain cross-sectional dengan analisis deskriptif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah resep pasien rawat inap RSUI tahun 2020-2022, dengan inklusi pasien merupakan orang dewasa (18 tahun atau lebih tua) dan obat yang digunakan terdapat pada indeks ATC/DDD. Hasil analisa data menunjukkan obat dengan nilai DDD/100 hari rawat terbesar pada tahun 2020 dan 2021 adalah asam askorbat dengan nilai berturut-turut 826,83 dan 1437,21 DDD/100 hari rawat. Sementara itu, pada tahun 2022 obat dengan nilai DDD/100 hari rawat terbesar adalah asam folat, yaitu sebesar 279,67 DDD/100 hari rawat. Kesesuaian penggunaan obat yang terhadap Fornas selama tahun 2020-2022 secara berturut-turut adalah sebesar 66,17%; 63,25%; dan 69,09%.

Drug Utilization Evaluation (DUE) is one of the programs of pharmaceutical service standards and needs to be carried out routinely. Furthermore, with the COVID-19 pandemic, there are new management references that need to be considered. This study was conducted to evaluate the drug utilization patterns in one of the COVID-19 referral hospitals, namely the University of Indonesia Hospital. The evaluation method used was ATC/DDD for quantitative analysis and a comparison of appropriateness against the National Formulary. The research was conducted with a cross-sectional design and descriptive analysis. The sample used in this study consisted of inpatient prescriptions at RSUI from 2020 to 2022, including adult patients (18 years or older), and the prescribed drugs were included in the ATC/DDD index.The data analysis results showed that the drug with the highest DDD/100 bed-days value in 2020 and 2021 was ascorbic acid, with values of 826.83 and 1437.21 DDD/100 bed-days, respectively. Meanwhile, in 2022, the drug with the highest DDD/100 bed-days value was folic acid, with a value of 279.67 DDD/100 bed-days. The appropriateness of drug use with Fornas during the years 2020-2022 was 66.17%, 63.25%, and 69.09%, respectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Suci
"Penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia terus meningkat seiring dengan tingginya angka kejadian serta mempengaruhi pola penggunaan antibiotik difasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika golongan beta laktam pada pasien pneumonia di rumah sakit anak dan bunda harapan kita tahun 2016 yang dilakukan untuk mencapai penggunaan antibiotik yang rasional. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari rekam medik pasien. Sampel merupakan resep pasien pneumonia periode Januari hingga Desember 2016. Studi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif dengan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Antibiotik yang digunakan adalah ampisilin; amoksisilin; ampisilin-sulbaktam; seftriakson; sefiksim; sefotaksim; seftazidim; sefoperazone dan seftizoksim. DDD dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah ampisilin 80,5 sedangkan DDD/100bed/hari dengan antibiotik terbanyak yang digunakan adalah amoksisilin 34,62 DDD/100bed/hari . Secara kualitatif, antibiotik yang menyusun segmen DU90 ada lima yaitu ampisilin; seftriakson; sefotaksim; sefixim; ampisilin-sulbaktam. Kesesuaian penggunaan antibiotik golongan beta laktam di rumah sakit anak dan bunda harapan kita tahun 2016 dengan Formularium Nasional sebesar 99,55.

The use of antibiotics increases as well as number of events and affect the pattern of antibiotic uses in health facilities. This study aimed to evaluate the use of beta lactam antibiotics in patients with pneumonia in Harapan Kita Mother and Children rsquo s Hospital in 2016 which is done to achieve rational drug uses. The design of the study was descriptive with retrospective data collection from patients rsquo medical records. Samples were patients rsquo prescriptions from January to December 2016. The analysis was done using Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose ATC DDD qualitatively and quantitatively. The antibiotics were ampicillin amoxicillin ampicillin sulbactam ceftriaxone cefixime cefotaxime ceftazidime cefoperazone and ceftizoxime. DDD with most antibiotics used is ampicillin 80,5 , while DDD 100bed day with most antibiotics used is amoxicillin 34.62 DDD 100bed day . Five antibiotics which are in segment DU90 are ampicillin ceftriaxone cefotaxime cefixime ampicilin sulbactam. Compatibility of the use of pneumonia drugs with National Formulary are 99.55.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>