Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Indarto Setyadi
Universitas Indonesia, 2005
S32699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari Asdiatuti
"Formalin termasuk salah satu bahan tambahan yang dilarang penggunaannya dalam makanan, karena dapat membahayakan kesehatan manusia. Namun penggunaannya untuk mengawetkan makanan masih banyak ditemukan, misalnya pada ikan asin. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi dan penetapan kadar formalin dalam sampel ikan asin yang diperoleh dari tempat pengolahan ikan asin. Analisis formalin dalam sampel ikan asin dilakukan dengan metode spektrokolorimetri menggunakan pereaksi asam kromatropat. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum 570,6 nm. Dari 10 sampel yang di analisis, enam sampel ikan asin berdaging tebal menunjukkan hasil yang positif terhadap uji formalin dengan konsentrasi antara 1,2562 mg/ml sampai 5,7936 mg/ml. Pada ikan asin berdaging sedang menunjukkan hasil yang negatif terhadap uji formalin. Hal ini dapat dilihat dari spektrum serapan dan warna yang terbentuk.

Formaline is a substance which is not allowed to be used in food because it is dangerous for health, but the using of formaline as food preservative still can be found in some cases, for example in the making of salty fishes. Therefore, it is necessary to analize the used of formaline in the making of salty fishes. The spectrocolorimetry method with chromatropic acid as the reagent can be used to analyze formaline in salty fishes. The measurment of absorbtion had been done at 570,6 nm wave length. The result of the analysis shows six samples which have much more meat contained formaline, with the concentration between 1,2562 mg/ml to 5,7936 mg/ml. Samples which have less meat show that there was no formaline used as the preservative."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Apriani Vera Sarjanita
"Metode analisis formaldehida dapat dilakukan dengan spektrokolorimetri dengan menggunakan pereaksi asam kromatropat dan pereaksi Nash. Namun pereaksi ini tidak selektif hanya pada formaldehida. Telah dilaporkan kedua pereaksi berinterferensi dengan bahan kimia lain seperti aldehida, fenol, beberapa logam. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan selektivitas pereaksi asam kromatropat dan pereaksi Nash terhadap bahan tambahan makanan seperti asap cair, kurkumin, dan vanillin dalam sampel tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair atau kurkumin dalam sampel tahu mengganggu analisis formaldehida dengan pereaksi asam kromatropat maupun pereaksi Nash. Vanillin dalam sampel tahu mengganggu analisis formaldehida dengan pereaksi asam kromatropat, tetapi dengan pereaksi Nash hanya pada konsentrasi 0,1% sampai 1%. Pereaksi Nash lebih selektif dibanding pereaksi asam kromatropat untuk analisis formaldehida dalam sampel tahu yang mengandung asap cair, kurkumin, atau vanillin."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Polanda Angelia
"Formaldehyde, also known as formalin, is a chemical substance which is frequently misused by food producers and traders. One of accurate reagents to identify formalin is Schryver reagent. The aim of this research is to optimize Schryver reagent for usage in indicator papers and wet tissue. Based on five formulas that have been tested, it is determined that formula 3, which contains 7% phenyl hydrazine hydrochloride; HCl 4,5N; and 5% potassium ferricyanide, is the chosen formula. The formula was then applied into indicator paper and wet tissue. The best result is obtained using wet tissue to identify formalin with detection limit of 1 mg/L. Stability test on indicator paper at room temperature (28-30 °C) and wet tissue at room temperature and cold temperature (2-8 °C) gave unsatisfactory result (stability remains for only less than a day). Therefore, they were not feasible for further development into indicator papers and wet tissue. Identification on tofu, meatballs, and wet noodles showed that most of them contain formalin at approximately ≥ 5 mg/L.

Formaldehida atau lebih dikenal dengan nama formalin adalah bahan kimia yang sering disalahgunakan oleh para produsen maupun pedagang bahan makanan. Salah satu pereaksi yang akurat untuk mendeteksi adanya formalin adalah pereaksi Schryver. Penelitian ini bertujuan mengoptimasi pereaksi Schryver untuk dijadikan kertas dan tisu basah indikator. Berdasarkan kelima formula yang diuji, didapatkan bahwa formula 3 yang terdiri dari fenil hidrazin hidroklorida 7%; HCl 4,5 N; dan kalium ferrisianida 5% adalah formula terpilih. Formula tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam media kertas dan tisu basah. Hasil deteksi formalin terbaik diperoleh dengan menggunakan media tisu basah dengan batas deteksi 1 mg/L. Uji stabilitas kertas indikator yang dilakukan pada suhu kamar (28-30ºC) dan tisu basah yang dilakukan pada suhu kamar dan suhu dingin (2-8ºC) menunjukkan kestabilan yang kurang baik (kurang dari 1 hari) sehingga tidak efisien untuk dikembangkan menjadi kertas dan tisu basah indikator. Identifikasi pada sampel tahu, bakso, dan mi basah menunjukkan bahwa sebagian besar positif mengandung formalin dengan perkiraan konsentrasi ≥ 5 mg/L."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32902
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlies Sartini
1989
S29818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nike Christine
"Formalin sering disalahgunakan sebagai pengawet produk makanan, oleh karena itu kebutuhan akan suatu pereaksi kimia untuk pengujian formalin dalam makanan sangat diperlukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimasi pereaksi Schryver untuk dijadikan pereaksi kit. Dalam penelitian ini, dibuat 5 macam formula pereaksi Schryver yang masingmasing diamati intensitas warna dan sensitivitasnya. Formula terpilih terdiri dari fenilhidrazin hidroklorida 5% dalam asam klorida 4,5 N (1 : 4) dan kalium ferisianida 5% diuji stabilitasnya, setelah disimpan pada suhu 2°-8°C; 28°-30°C; dan diatas 40°C, lalu direaksikan dengan formaldehida diukur serapannya pada λ 515,5 nm dengan menggunakan spektrofotometer UVVis. Hasil optimasi menunjukkan bahwa formula ini merupakan pereaksi terbaik untuk dijadikan pereaksi kit karena bersifat praktis dan memiliki stabilitas yang baik dengan sensitivitas yang tinggi dengan batas deteksi 0,2 mg/L. Uji identifikasi dari sampel, menghasilkan 2 sampel positif yaitu sampel A dan B.
Formalin is often misused as food product preserver, therefore the need of chemistry reagent for identification formalin in food is hardly required. The aim of this research is to optimize Schryver reagent for used as a reagent kit. The study research of 5 kinds of Schryver reagent formula has been made and observed for their sensitivity and color intensity. The Formula consist of phenylhydrazine hydrocloride 5% in hydrocloride acid 4,5 N (1 : 4) and potassium ferricyanida 5% was tested for its stability, after keeping at 2°-8°C; 28°-30°C; and over 40°C, and reacting with sample formaldehyde and measured by the absorption λ 515,5 nm using spectrophotometer UV-Vis. Formula with optimation is the best reagent to be made as reagent kit because it is practice, having good stability with high sensitivity with detection limit of 0,2 mg/L. The samples identification test produce for 2 positive samples A and B."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Satria Wicaksono
"Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi pereaksi Schryver yang diharapkan dapat memberikan stabilitas dan terbentuknya warna yang spesifik dan sensitif antara pereaksi dan formaldehida dengan batas deteksi yang lebih baik dari pereaksi Schryver. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pereaksi untuk analisis formaldehida melalui reaksi polimerisasi oksidatif menggunakan kalium peroksodisulfat (PDS) dan untuk mengidentifikasi penggunaan formaldehida pada ikan dan udang segar yang dijual di Pasar Minggu.
Penelitian ini diawali dengan identifikasi kandungan formaldehida dalam sampel ikan dan udang segar kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk memperkuat hasil yang diperoleh. Analisis kualitatif dan kuantitatif formaldehida secara spektrofotometri UV-Vis dilakukan dengan pereaksi terpilih (asam sulfanilat dan PDS).
Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0244 mg/L, batas kuantitasi 0,0815 mg/L, dan koefisien variasi 1,90%. Perolehan kembali formaldehida dalam sampel ikan berkisar antara 86,33-105,61% sedangkan dalam sampel udang 90,97-101,36%. Identifikasi terhadap sampel ikan dan sampel udang menunjukkan hasil yang positif dan hasil analisis kuantitatif pada seluruh sampel memperkuat hasil yang diperoleh, yaitu ditemukan adanya formaldehida dalam sampel ikan dan udang segar di Pasar Minggu dengan kadar rata-rata sebesar 888,32 μg/g untuk sampel ikan dan kadar rata-rata sebesar 1013,60 μg/g untuk sampel udang.

In this research, Schryver modification reagent that is expected to provide stability and formation of specific and sensitive color between the reagent and formaldehyde with a detection limit better than Schryver reagents. This research aims to obtain reagents for the analysis of formaldehyde through oxidative polymerization reaction using potassium peroxodisulfat (PDS) and to identify the use of formaldehyde in fish and fresh shrimp sold in Pasar Minggu.
The first step of this research was formaldehyde identification in fish and shrimp samples and the next was quantitative analysis to assure the results obtained. Qualitative and quantitative determination was carried out spectrophotometrically using the selected reagent (sulfanilic acid and PDS). The limit of detection, limit of quantitation, and coefficient of variation for formaldehyde were 0.0244 mg/L, 0.0815 mg/L,and 1.90%, respectively. Recovery of formaldehyde in fish samples was 86.33-105.61% and shrimp samples was 90.97-101.36%.
Qualitative determination in fish samples and shrimp samples showed positive results and the quantitative analysis confirmed that formaldehyde was found in the fresh fish and shrimp samples from Pasar Minggu with an average concentration of 888.32 ug/g for fish samples and the average concentration of 1013.60 ug/g for shrimp samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S54642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanki Melanie
"Penggunaan formalin sebagai bahan tambahan dalam makanan dilarang oleh
kementerian kesehatan dan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.722/MenKes/Per/IV/88. Meskipun demikian, pada
beberapa tahun terakhir ini muncul pemberitaan mengenai maraknya penggunaan
formalin sebagai pengawet bahan makanan yang mudah membusuk seperti ikan dan
udang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penggunaan formalin pada ikan dan
udang segar yang dijual di Pasar Muara Angke, pasar tempat penjualan hasil laut
segar di Jakarta. Penelitian ini diawali dengan identifikasi kandungan formalin dalam
sampel ikan dan udang segar kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk
memperkuat hasil yang diperoleh. Analisis kualitatif formalin dilakukan dengan
pereaksi Schryver sedangkan untuk analisis kuantitatif secara spektrofotometri UVVis
menggunakan pereaksi Nash. Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi
0,0102 mg/L, batas kuantitasi 0,0341 mg/L, dan koefisien variasi 0,09%. Perolehan
kembali formalin dalam sampel ikan berkisar antara 89,79-109,58% sedangkan
dalam sampel udang udang 82,11-97,76%. Identifikasi terhadap enam sampel ikan
dan enam sampel udang menunjukkan hasil yang negatif dan hasil analisis kuantitatif
pada seluruh sampel memperkuat hasil yang diperoleh, yaitu tidak ditemukan adanya
formalin dalam sampel ikan dan udang segar di Pasar Muara Angke."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33159
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herci Marliana
"Formalin seringkali disalahgunakan sebagai pengawet makanan di Indonesia. Secara umum, sulit membedakan makanan yang mengandung formalin dengan yang tidak. Oleh sebab itu, saat ini dibutuhkan suatu cara deteksi formalin dalam makanan yang cepat, akurat serta mudah dilakukan, terutama oleh masyarakat umum. Penelitian ini bertujuan mengoptimasi pereaksi Schryver untuk dijadikan kertas indikator formalin. Dalam penelitian ini, dilakukan optimasi kertas menggunakan 5 jenis kertas saring dan didapatkan kertas saring Whatman nomor 42 sebagai kertas terbaik. Setelah itu, dibuat 5 macam formula pereaksi Schryver untuk dijadikan kertas indikator kemudian diamati sensitivitasnya. Formula terpilih terdiri dari campuran fenilhidrazin hidroklorida 7,5%, asam klorida 4,5 N dan kalium ferrisianida 7,5% dengan batas deteksi dalam bentuk kertas indikator adalah 1 mg/L. Uji stabilitas yang dilakukan pada suhu kamar (28-30°C) menunjukkan kertas indikator ini hanya dapat stabil hingga 6 jam dalam penyimpanan disertai penurunan sensitivitas. Identifikasi pada 9 sampel makanan menunjukkan 3 sampel positif yaitu sampel air rendaman tahu A1, A2, dan A3 dengan perkiraan kadar antara 10 - 30 mg/L dan melebihi 50 mg/L.

Formalin is often misused as food preservative in Indonesia. Generally, it is hard to distinguish formalin-contained food and non-formalin food. Therefore, nowadays we need a fast, accurate, and easy to be done-formalin detection method, especially to be done by common people. The aim of this research is to optimize Schryver reagent for used as an indicator paper. In this research, 5 kinds of filter papers had been observed and it is founded that Whatman filter paper number 42 is the best filter paper to be made as indicator paper. With the selected filter paper, 5 kinds of Schryver reagent formula had been made as indicator paper and observed for their sensitivity and color intensity. The selected formula consist of phenylhydrazine hydrochloride 7,5%, hydrochloric acid 4,5 N and potassium ferricyanida 7,5% with detection limit of 5 mg/L as indicator paper. Stability test in the room temperature (28-30°C) give a result that this indicator paper could be stable only for 6 hours along with degradation of sensitivity. Identification test in 9 food samples give 3 positive results: A1, A2, and A3 soybean curd samples immersion-water with approximate estimation between 10 - 30 mg/L and over 50 mg/L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32755
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>