Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurlela
"Tablet parasetamol seribu rupiah adalah obat penurun panas yang merupakan salah satu dari 10 jenis obat murah yang diproduksi PT Indofarma dan bekerja sama dengan Departemen Kesehatan. Program obat serba seribu dibuat untuk memperluas akses masyarakat terhadap obat dan mewujudkan sistem penanganan obat yang pro rakyat agar masyarakat luas mampu mendapatkan obat dengan harga yang murah dan berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan persepsi responden terhadap obat penurun panas parasetamol seribu rupiah yang beredar di pasaran serta pengujian mutunya. Sebagai responden diambil 100 orang yang membeli ataupun yang tidak membeli obat penurun panas parasetamol seribu rupiah. Responden dibagi menjadi dua yaitu 50 orang responden yang mengunjungi apotek dan 50 orang responden yang mengunjungi toko obat. Responden diwawancarai berdasarkan kuesioner yang telah dibuat. Data yang diperoleh yaitu karakteristik responden, pengetahuan dan persepsi responden terhadap obat generik serba seribu rupiah dan khususnya obat penurun panas parasetamol seribu rupiah. Mutu tablet parasetamol seribu rupiah ditinjau dari terpenuhinya syarat yang tertera pada monografi dalam Farmakope Indonesia. Syarat tersebut yaitu identifikasi, uji disolusi dan penetapan kadar. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan KLT dengan eluen diklorometana dan metanol (4:1). Kadar hasil uji disolusi diukur dengan menggunakan Spektrofotometri dalam media disolusi dapar fosfst pH 5,8. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan terhadap keberadaan tablet obat penurun panas parasetamol seribu rupiah cukup baik (59 %). Persepsi responden pengguna tablet parasetamol seribu rupiah terhadap mutu dan khasiat cukup baik (67,35 %). Sampel obat yang diperoleh dari apotek dan toko obat, setelah diperiksa memenuhi syarat sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope Indonesia.
Paracetamol tablet with the price of thousand rupiah, a fever lesser medicine has become one of ten generic drugs that produced by PT Indofarma and affiliated with Department of Health. The thousand rupiahs drugs program is made to enlarge the public's access of drugs and to realize the system of drugs handle which pro society so they able to get drugs with low price and good quality. This research is purpose to find out the knowledge level and respondent's perceptions of a thousand rupiahs price of fever lesser paracetamol in which had already sale on market along with its quality test. About a hundred people were taken as potential respondents neither purchase it or nor this medicine. The respondents were divided into two groups namely fifty respondents in dispensary and the other fifty were in drugstores. Respondents were interviewed based on questionnaire construction. Data's available consists respondent's characteristic, knowledge and their perceptions of thousand rupiah generics and particularly paracetamol. The quality of this tablet had been reviewed from the conditions which is to complied within Farmakope Indonesia as printed out in monograph. The terms are, identification, dissolution test and dosage set ups. Identification conducted by using TLC with mobile phase consist of dichloromethane and methanol (4:1). The results of dissolution test was measured by using a Spectrophotometric in dissolution media buffer phosphate pH 5.8. Dosage determination is conducted by Spectrophotometric application. Results of this research has demonstrated that knowledge level to a thousand rupiahs of fever lesser paracetamol are quite good (59 %). Respondents perception from a thousand rupiahs paracetamol user about quality and effication are quite good (67.35 %). Drugs samples are obtained from dispensary and drugs outlet, afterwards it had already examined and tested in order to comply the terms in according to Farmakope Farmakope Indonesia provisions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Daneta Putri
"Latar Belakang: Pandemi penyakit COVID-19 menyebabkan tenaga medis termasuk dokter gigi dan mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia mendapat risiko untuk tertular infeksi sehingga penting bagi mereka untuk memiliki pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan (preparedness) mengenai penyakit dan pengendalian infeksi penyakit COVID-19 didukung dengan riwayat pelatihan yang berkaitan. Tujuan: Untuk memperoleh informasi tentang gambaran dan mengetahui adanya asosiasi antara pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan (preparedness) mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia terhadap penyakit dan pengendalian infeksi COVID-19 dengan riwayat pelatihan. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online pada mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia tahun ke-5 dan ke-6 berjumlah 564 mahasiswa pada bulan Agustus hingga September 2020 yang terpilih dengan controlled quota sampling. Kuesioner terdiri dari 41 pertanyaan. Digunakan uji beda bivariat melalui uji Chi Square dan nilai Odds Ratio untuk analisis statistik. Hasil: Berdasarkan uji chi square, terdapat perbedaan perbedaan proporsi yang signifikan (p<0,05) antara item riwayat pelatihan dengan item pertanyaan pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan. Kesimpulan: Masih banyaknya mahasiswa yang belum mengikuti pelatihan formal untuk kesiapan menghadapi penyakit COVID-19 tapi diketahui bahwa mereka selalu mendapat informasi tentang COVID-19 melalui jejaring sosial. Selain itu, mahasiswa menunjukkan pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan mahasiswa yang telah sesuai mengenai penyakit COVID-19. Kemudian, ditemukan bahwa riwayat pelatihan memiliki asosiasi dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan mahasiswa mengenai penyakit COVID-19.

Latar Belakang: Pandemi penyakit COVID-19 menyebabkan tenaga medis termasuk dokter gigi dan mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia mendapat risiko untuk tertular infeksi sehingga penting bagi mereka untuk memiliki pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan (preparedness) mengenai penyakit dan pengendalian infeksi penyakit COVID-19 didukung dengan riwayat pelatihan yang berkaitan. Tujuan: Untuk memperoleh informasi tentang gambaran dan mengetahui adanya asosiasi antara pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan (preparedness) mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia terhadap penyakit dan pengendalian infeksi COVID-19 dengan riwayat pelatihan. Metode: Studi cross-sectional berupa kuesioner online pada mahasiswa profesi kedokteran gigi di Indonesia tahun ke-5 dan ke-6 berjumlah 564 mahasiswa pada bulan Agustus hingga September 2020 yang terpilih dengan controlled quota sampling. Kuesioner terdiri dari 41 pertanyaan. Digunakan uji beda bivariat melalui uji Chi Square dan nilai Odds Ratio untuk analisis statistik. Hasil: Berdasarkan uji chi square, terdapat perbedaan perbedaan proporsi yang signifikan (p<0,05) antara item riwayat pelatihan dengan item pertanyaan pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan. Kesimpulan: Masih banyaknya mahasiswa yang belum mengikuti pelatihan formal untuk kesiapan menghadapi penyakit COVID-19 tapi diketahui bahwa mereka selalu mendapat informasi tentang COVID-19 melalui jejaring sosial. Selain itu, mahasiswa menunjukkan pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan mahasiswa yang telah sesuai mengenai penyakit COVID-19. Kemudian, ditemukan bahwa riwayat pelatihan memiliki asosiasi dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan kesiapsiagaan mahasiswa mengenai penyakit COVID-19."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriani Irsan
"Di dalam banyak penelitian, kreasi pengetahuan hanya berbicara mengenai bagaimana mengontrol pengetahuan tetapi tidak mampu mendukung pengetahuan yang ada sehingga seringkali kegiatan-kegiatan perusahaan tidak membuat kreasi pengetahuan timbul. Kreasi pengetahuan yang produktif dan berkelanjutan membutuhkan lebih banyak usaha/aktivitas yang dijalankan oleh individu-individu di dalam organisasi sehingga memampukan pencapaian hal tersebut. Enabler pengetahuan mencakup aktivitas-aktivitas organisasi yang dihubungkan dengan kreasi pengetahuan terdiri dari lima enabler yaitu: 1. visi bersama, 2. pengelolaan percakapan, 3. mobilisasi penggerak pengetahuan, 4. penyediaan lingkungan yang kondusif, 5. penyebaran pengetahuan internal.
Dalam disertasi ini dibahas mengenai pengaruh yang signifikan antara komponen enabler pengetahuan dengan kreasi pengetahuan terhadap pengetahuan perusahan di kelompok Kalbe dan perbedaan yang signifikan antara komponen enabler pengetahuan dengan kreasi pengetahuan terhadap pengetahuan perusahaan dilihat dari sudut pandang kelompok manajer dan kelompok karyawan di kelompok Kalbe. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan kelompok Kalbe yang berjumlah 9300 orang (300 manajer dan 9000 karyawan) dengan sampel penelitian berjumlah 200 responden (40 manajer dan 160 karyawan) ditentukan dengan cara stratified purposive random sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan LISREL (Linear Structural Relationship) dan Metode Persamaan Struktural (Structural Equation Model) diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Visi bersama selalu disosialisasikan baik pada pertemuan-pertemuan formal dan infomal serta pada billboard setiap lantai gedung sehingga karyawan mengetahui apa yang menjadi visi bersama perusahaan. Visi bersama sebagai enabler pertama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyediaan lingkungan yang kondusif dan mobilisasi penggerak pengetahuan (hal 173);
2. Partisipasi karyawan yang aktif berbicara dalam setiap pertemuan CFI? (cross functional team) yang diadakan memegang peranan yang sangat penting untuk mengetahui apakah ide/konsep yang telah dibuat CFC (cross functional comittee) dapat dijalankan atau tidak. Pengelolaan percakapan tidak Iepas dari peran direksi/manajer,
3. Mobilisasi pengggerak pengetahuan dipengaruhi signifikan oleh visi bersama dan pengelolaan percakapan. Peran penggerak pengetahuan di kelompok usaha Kalbe dipegang oleh direksi/manajer yang secara sporadis mengusahakan agar setiap pertemuan terjadi sharing dan saling benchmark di antara perusahaan yang rutin diadakan,
4. Penyediaan lingkungan yang kondusif dipengaruhi secara signifikan oleh visi bersama, dalam arti bahwa dengan mengetahui visi bersama, maka setiap kegiatan yang dijalankan akan mendukung pencapaian visi bersama sehingga kebebasan menggunakan internet, teleconference adalah untuk kepentingan perusahaan dan membuat antar karyawan saling berinteraksi dengan cepat (hal 181).
5. Penyebaran pengetahuan internal tercermin melalui berita-berita yang dirangkum di dalam bulletin-board perusahaan,
6. Kreasi pengetahuan dipengaruhi secara signifikan oleh visi bersama, pengelolaan percakapan, mobilisasi penggerak pengetahuan dan penyebaran pengetahuan internal (hal 187-188),
7. Adapun program untuk meningkatkan sumberdaya yang dilakukan adalah mengadakan seminar-seminar dengan memanggil para pakar yang anti di bidangnya, pelatihan in -house training dan external training. Pengetahuan perusahaan di kelompok kalbe bukan hanya jarang dimiliki tetapi juga sulit ditiru (hal 191-192).
Adapun rekomendasi yang diusulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Perlu ditekankan kepada sluruh direksi/manajer bahwa peran penggerak pengetahuan rnerupakan tugas dan tanggungjawab mereka sehingga memberikan job description yang jelas dan diperhitungkan sebagai indikator penilaian kinerja jabatan,
2. Penyebaran pengetahuan internal tugas dari seluruh manajer yang ada dan didukung oleh seluruh karyawan,
3. Perlu forum bagi karyawan baik di kantor pusat maupun cabang untuk dapat mempresentasikan kreasi pengetahuan secara langsung ke manajer-manajer dan rekan kerja sebagai wadah untuk membangkitkan kreasi pengetahuan Ialu setelah itu dianalisis apakah kreasi pengetahuan tersebut bermanfaat atau tidak. Bagi karyawan Iebih baik mengikuti workshop/training (Iebih aktif) daripada mengikuti seminar-seminar yang sifatnya hanya mendengarkan saja (Iebih pasif),
4. Perlu forum bagi karyawan baik di kantor pusat maupun cabang untuk dapat mempresentasikan kreasi pengetahuan secara langsung ke manajer-manajer dan rekan kerja sebagai wadah untuk membangkitkan kreasi pengetahuan Ialu setelah itu dianalisis apakah kreasi pengetahuan tersebut bermanfaat atau tidak.

Most researches convey the knowledge creation is all about controlling knowledge rather than supporting it; which allows inability of knowledge creation in corporate activities. lt needs more works/activities on individual level within the organisation to enable the attainment of productive and sustainable knowledge creation. There are live enablers which are organisational activities related to knowledge creation: [1] Common goal, [2] Conversation management, [3] Knowledge-mover mobilisation, [4] The provision of supportive environment, [5] lntemal knowledge distribution.
This dissertation discusses the effect of enablers on knowledge creation and how significant it would affect Kalbe Group's corporate knowledge. Furthermore, we will also see the significant differences of that effect between managers and subordinates within the group. Research population is 9300-total Kalbe Group's employees (300 managers and 9000 subordinates); 200 (40 managers and 160 subordinates) of which are determined as respondent samples by stratified purposive random sampling method.
The data polling process - conducted in accordance with the Linear Structural Relationship (LISREL) method and the Structural Equation Model - resulting in the following conclusions:
[1] The common goal of the corporation has always been well-socialised to its employees, either in format or infonnal meetings. The usage of billboard presentation on every floor of the corporate building has also been a common way of presenting it common goal as the first enabler has significant effect on providing supportive environment and mobilising knowledge-mover (p 173).
[2] Subordinates' participation in form of active-conversing within cross functional team (CFT) meetings proved to be crucial in determining whether the concepts or ideas generated by the cross functional committee (CFC) are applicable. Thus, the conversation management is an executivelmanagerial responsibility.
[3] Knowledge-mover mobilisation is effected significantly by common goal and conversation management. This role of knowledge-mover in Kalbe Group is engaged by executive officers/managers who sporadically endeavour the presence of sharing and benchmarking in every routine corporate meeting.
[4] The provision of supportive environment is effected significantly by common goal, to the extent of by comprehensively realising the common goal; every activity conducted within the corporation is every effort to achieve if. Hence, the free usage of today's telecommunication technology (i.e. internet, teleconference, etc.) is for the corporate interest and helping faster interaction between employees (p 181).
[5] lnternal knowledge distribution is reflected by information attached on corporate bulletin board.
[6] Knowledge creation is effected signincantly by common goal, conversation management, knowledge-mover mobilisation and internal knowledge distribution (p 187-188).
[7] There are also programmes conducted to enhance the human resource, e.g. seminars involving relevant expertise, in-house training and external; which come to the image that Kalbe Group?s corporate knowledge, not only scarcely found in other corporations, it is also hardly to follow (p 191-192).
However, there are some recommendations generated from this research to be considered:
[1] the important role as knowledge-movers for all members of executive board and managers should be put into theirjob description, and also into the perspective of their performance evaluation indicator.
[2] Managers have the duty in distributing internal knowledge with the full support of their subordinates.
[3] For employee-enhancement programmes, interactive workshops/trainings are more endorsed to be participated than those of passive seminars.
[4] There is a necessity in providing a forum for subordinates in the headquarters as well as branches, to express their views and ideas in the manner of openness and straight-forwardness both to managers and colleagues alike that would generate knowledge creation; Those polled ideas can be analysed later on of its contribution to the enhancement of corporate knowledge.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
D799
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan metode penentuan kadar parasetamol dan kafein dalam obat dengan KCKT menggunakan fasa gerak KH2PO4--metanol-asetonitril-isopropil alkohol (42 : 2: 3: 3), laju alir 1 mL/menit, detektor UV panjang gelombang 215 nm dan kolom C18, yang dilakukan secara simultan. Uji validasi metode analisis kadar parasetamol dan kafein dalam tablet obat dengan KCKT dilakukan untuk memperoleh data validasi metode sehingga metode tersebut diketahui kelayakannya. Parameter-parameter validasi yang diuji meliputi linearitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, dan akurasi. Hasil yang diperoleh memiliki nilai waktu retensi lebih cepat daripada teknik simultan sebelumnya dengan menggunakan kolom C8. Semua parameter yang diuji memenuhi kriteria penerimaan yang telah ditetapkan oleh Association of Official Analytical Chemists. Untuk parasetamol mempunyai nilai koefisien korelasi (r) = 0,9997, limit deteksi 17,5867 mg/L, limit kuantitasi 53,2932 mg/L, presisi luas area 0,96% serta presisi konsentrasi analit 1,03% dan akurasi dengan persen perolehan kembali berkisar 100,22-102,36%. Sedangkan kafein mempunyai nilai koefisien korelasi (r) = 0,9999, limit deteksi 0,7567 mg/L, limit kuantitasi 2,2932 mg/L, presisi luas area 0,99% serta presisi konsentrasi analit 1,01% dan akurasi dengan persen perolehan kembali berkisar 90,03-92,98%."
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Malahayati Kamal
"Parasetamol sebagai mikropolutan pada air laut menjadi perhatian global karena efek toksisitasnya. Karakteristik parasetamol yang tidak dapat terdegradasi pengolahan konvensional sepenuhnya, membuat Fenton hadir sebagai alternatif yang terbukti mampu mendegradasi parasetamol. Kombinasi proses Fenton dan ultrafiltrasi menghadirkan peluang sebagai pengolahan alternatif untuk menyisihkan parasetamol dan sisa besi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengevaluasi efektivitas proses hybrid Fenton dan membran untuk menyisihkan parasetamol dalam COD. Variabel penting dari proses Fenton yang diamati ialah rasio H2O2/Fe2+ . Pada matriks air sintetik, rasio optimal 1:2 menghasilkan penyisihan COD sebesar 45%, sedangkan rasio 1:1 menghasilkan 37% penyisihan COD pada matriks air laut. Membran Polyerhersulfone (PES) dengan ukuran pori 30 nm dan 7 nm (50 kDa) yang beoperasi pada fluks 120 L/m2h digunakan dalam penelitian ini. Kurangnya penyisihan COD teramati pada matriks air sintetik dan penyisihan 37% COD teramati selama untuk matriks air laut pada kedua jenis membran. Kemudian, penyisihan Fe2+ teramati sebesar 54% dan 92% setelah penyesuaian pH hingga 8,5 pada kedua matriks air dengan variasi membran. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efektivitas proses hybrid Fenton dan ultrafiltrasi dalam menyisihkan parasetamol bergantung pada dosis katalis dan juga matriks air yang digunakan serta retensi besi oleh membran optimal terjadi ketika pH 8,5.

Traces of Paracetamol (PCT) as a micropollutant, particularly in seawater (SW), become a global concern due to the toxicity effect. Conventional wastewater treatment plants only able to degrade PCT partially. Therefore, an alternative treatment was necessary to treat PCT. Fenton oxidation is an efficient process to degrade PCT. Combination of Fenton oxidation and ultrafiltration treatment presents a promising opportunity as one of the alternative treatments for PCT removal across aqueous matrices and removal of iron residue. This study aims to evaluate the efficiency of the hybrid processes to remove PCT, in Chemical Oxygen Demand (COD), for both distilled water (DW) and seawater. Important parameter in Fenton, H2O2/Fe2+ ratio (w/w) was observed. In the DW, optimal 1:2 ratio resulted 45% COD removal, whereas 1 :1 exhibited 37% COD removal in SW. Flat sheet Polyethersulfone (PES) with pore size of 30 nm and 7 nm (50 kDa) membrane was employed with a constant flux of 120 L/m²·h. A lack of contribution of COD removal in DW and 37% in SW was observed during the ultrafiltration process. Furthermore, 54% and 92% removal of Fe2+ residue was observed during ultrafiltration at adjusted pH 8,5 in both water matrices using different membrane pore size, respectively. In conclusion, hybrid Fenton oxidation and ultrafiltration efficiency depend on catalyst dosage and water matrix and optimum condition for ultrafiltration to retain iron is when the pH is adjusted to 8,5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan validasi kinerja spektrofotometer ultraviolet Shimadzu UVmini-1240V nomor seri A10934803808 menggunakan parasetamol standar dan tablet parasetamol. Validasi kinerja ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa instrumen tersebut memberikan hasil yang dapat dipercaya. Validasi kinerja dilakukan sesuai dengan International Conference of Harmonisation (ICH 2005) dan menggunakan prosedur baku penentuan parasetamol menurut WHO International Farmakopea 4thedition (2008), meliputi: perhitungan linieritas, sensitivitas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, dan akurasi. Sebelum tahapan validasi, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap instrumen tersebut. Berdasarkan hasil kalibrasi diperoleh kedataran garis dasar yang mendekati 0,000 dan akurasi panjang gelombang pada rentang 650 – 660nm berada pada 656,3nm, sedangkan untuk rentang 480 – 490nm berada pada 486,1nm. Hasil tersebut menyatakan bahwa instrumen mempunyai akurasi panjang gelombang yang cukup baik. Dari hasil pengujian validasi diperoleh linieritas sebesar 0,9990 dengan limit deteksi dan limit kuantitasi masing-masing sebesar 0,47 ppm dan 1,43 ppm. Sensitivitas dari alat ini sebesar 0,0655. Presisi yang diperoleh berdasarkan pada keterterimaan nilai RSD yaitu 0,81% untuk parasetamol standar dan 0,05% untuk tablet parasetamol. Akurasi masing-masing berada pada rentang 100,36-102,93% untuk standar parasetamol, dan 99,35-99,78% untuk tablet parasetamol. Hasil tersebut menyatakan bahwa kedua sampel berada pada rentang yang diperbolehkan. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa spektrofotometer ultraviolet Shimadzu UVmini-1240V dengan nomor seri A10934803808 sudah tervalidasi dengan baik melalui penentuan parasetamol."
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Roni Kusumo Atmojo
"Knowledge Management merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan sistem pengelolaan pengetahuan. Implementasi KM di sektor publik mulai diterapkan sejak munculnya permenPANRB No. 14 tahun 2011 mengenai pedoman implementasi manajemen pengetahuan. Menindaklanjuti peraturan ini, Bappenas berupaya untuk menerapkan Knowledge Management System di dalam organisasinya. Namun sejak 2011 hingga saat ini, belum adanya penerapan yang terstruktur dan terintegrasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil persepsi dari pegawai Bappenas Bagaimana implementasi KM seharusnya dijalankan. Penelitian ini menggunakan teori model Knowledge Management Inukshuk sebagai landasan penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik penyebaran kuesioner secara online dan wawancara mendalam terhadap beberapa narasumber penting. Berdasarkan hasilnya diketahui bahwa mayoritas pegawai Bappenas berpendapat bahwa dalam elemen proses, Bappenas perlu menciptakan sistem KM yang terintegrasi dengan adanya aksesibilitas untuk semua pegawai. dalam elemen budaya, mayoritas pegawai setuju bahwa diperlukannya budaya yang mendukung kebiasaan Knowledge Sharing. Mayoritas pegawai juga setuju bahwa diperlukannya peran dari pimpinan untuk menciptakan budaya Knowledge Sharing. pada elemen teknologi, mayoritas pegawai setuju bahwa diperlukannya sistem KM yang berbasis aplikasi namun juga menggunakan alat intranet yang dapat menghubungkan semua repository. Dalam elemen Measurement, mayoritas pegawai setuju bahwa diperlukannya strategi evaluasi untuk mengukur pengaruh KM terhadap kualitas kinerja Bappenas.

Knowledge Management is a science that is used to create a knowledge management system. The implementation of KM in the public sector has been implemented since the emergence of Permen PANRB No. 14 of 2011 regarding guidelines for the implementation of knowledge management. Following up on this regulation, Bappenas seeks to implement a Knowledge Management System within its organization. However, since 2011 until now, there has been no structured and integrated implementation. This study aims to obtain perceptions from Bappenas employees on how KM implementation should be carried out. This study uses the Inukshuk Knowledge Management model theory as the research foundation. This study uses a quantitative approach with online questionnaire distribution techniques and in-depth interviews with several important sources. Based on the results, it is known that the majority of Bappenas employees think that in the process element, Bappenas needs to create an integrated KM system where there is accessibility for all employees. In terms of cultural elements, the majority of employees agree that a culture is needed that supports Knowledge Sharing habits. The majority of employees also agree that the leadership role is needed to create a Knowledge Sharing culture. On the technology element, the majority of employees agree that there is a need for a KM system that is application-based but also uses an intranet tool that can connect all repositories. In the Measurement element, the majority of employees agree that an evaluation strategy is needed to measure the influence of KM on the quality of Bappenas' performance."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Enie Mayuntari
"Skripsi ini membahas mengenai keragaman bobot sediaan puyer di wilayah Kecamatan Cimanggis dan Pancoran Mas kota Depok, kemudian dibandingkan dengan persyaratan keragaman bobot yang ada di FI IV. Hasil yang didapat dari 32 sampel puyer parasetamol yang diambil ada 1 sampel yang memenuhi syarat. Penelitian juga dilakukan dengan menggunakan kuesioner di apotek tempat pembelian puyer parasetamol kemudian hasilnya dibandingkan dengan keragaman bobot puyer yang didapat dengan menggunakan metode SPSS for windows versi 17.0. Hasil penelitian menyarankan perlunya pembuatan SOP di tiap apotek agar pelayanan yang diberikan memiliki standar dan hasil yang sama meskipun pelayanan dilakukan oleh petugas dan waktu yang berbeda."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia , 2010
S70463
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004
726.1 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Magdalena
"Hingga saat ini SLE (Systemic Lupus Erythematosus) masih belum populer di telinga masyarakat luas walaupun beberapa media massa telah memuat artikel mengenai penyakit ini. Jumlah penyandang SLE memang masih terhitung kecil bila dibandingkan jumlah penderita penyakit lainnya. SLE sendiri adalah penyakit autoimmune yang kronis atau berkepanjangan yang berakibat pada timbulnya peradangan pada berbagai sistem organ dan/atau jaringan tubuh seperti kulit, persendian, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Autoimmune adalah gangguan pada mekanisme pertahanan tubuh di mana antibodi dihasilkan untuk menyerang jaringan tubuh sendiri (Concise Medical Dictionary 1990). Padahal antibodi diproduksi oleh sistem kekebalan kita untuk melindungi tubuh kita dari benda asing. Karena penyebab SLE belum diketahui secara pasti, hingga kini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan SLE (Wilson, et al., 1991). Oleh sebab itu yang dapat dilakukan saat ini adalah mempertahankan mana remisi (masa di mana SLE tidak aktif) selama mungkin sehingga penyandang SLE dapat hidup dengan normal.
Dalam perawatannya, penyandang SLE tidak hanya membutuhkan dukungan medis tetapi juga dukungan psikologis seperti dukungan sosial. Dukungan sosial adalah informasi yang diperoleh dari orang lain bahwa seseorang itu dicintai, diperhatikan, dipercayai, dan dihargai (Cobb, 1976, dalam Taylor, 1995). Ada beberapa bentuk dukungan sosial, yaitu appraisal support, tangible assistance, emotional support, dan informational support (dalam Taylor, 1995). Namun bagi mereka yang menderita suatu penyakit yang cukup serius, dukungan emosional dan informasional dirasakan lebih penting (Wortman & Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994). Itulah sebabnya dukungan sosial yang diteliti pada penelitian ini difokuskan pada kedua dukungan tersebut.
Pada penelitian ini ingin diperoleh gambaran mengenai dukungan sosial, emosional dan informasional, yang diterima penyandang SLE dmi lingkungan sosialnya, yaitu keluarga dan pasangan hidup, dokter, teman akrab, dan Iingkungan pergaulan. Yang dimaksud dengan lingakungan pergaulan di sini adalah lingkungan kerja, kuliah, sekolah, dan teman-teman lain selain teman akrab. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif; dengan menggunanakan teknik kuesioner dan wawancara. Subyek penelitian adalah penyandang SLE dalam usia subur dan pernah atau masih berkonsultasi dengan dokter. Penelitian kuantitatif dilakukan kepada 31 subyek sedangkan penelitian kualitatif dilakukan kepada lima subyek yang juga sudah mengisi kuesioner sebelumnya.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah bahwa sebagian besar subyek memiliki persepsi yang positif terhadap dukungan emosional dan informasional yang diterima dari keluarga dan pasangan hidup, dokter, dan teman akrab. Sedangkan subyek yang memiliki persepsi yang positif terhadap dukungan emosional dan informasional yang diterima dari lingkungan pergaulan lebih sedikit dari pada subyek yang memiliki persepsi positif terhadap dukungan yang diterima dari pihak-pihak lain.
Pada umumnya keluarga, pasangan hidup, dan teman akrab memberikan dukungan seperti mengerti, memberi semangat, membantu pengobatan, memberikan perhatian, memberikan kesempatan bagi subyek untuk menyampaikan keluhan dan masalahnya, juga memberikan informasi mengenai SLE dan saran-saran untuk subyek. Namun ada juga subyek yang disalahkan dan diangap aneh oleh keluarga, pasangan hidup, dan teman akrab.
Dokter memberikan dukungan dengan mengerti, memberi semangat, memberikan perhatian, memberikan kesempatan buat subyek untuk menyampaikan keluhan dan pertanyaan, menenangkan subyek, bersikap sabar, tidak bersikap kaku (misalnya bercanda), juga memberikan penjelasan mengenai SLE (dengan cara yang dapat dipahami), memberikan kesempatan untuk bertanya jawab, dan memberikan saran-saran. Subyek yang berkonsultasi dengan dokter seperti di atas memiliki persepsi yang positif terhadap dukungan yang diterima dari dokter. Sebaliknya subyek yang berkonsultasl dengan dokter yang bersikap terburu-buru, lebih banyak diam, bersikap kaku, tidak memberikan penjelasan, memiliki persepsi yang negatif.
Lingkungan pergaulan pun memberikan dukungan seperti mengerti, memberi semangat, membiarkan subyek bekerja seperti biasa, memberi perhatian, juga memberi informasi mengenai SLE dan saran-saran untuk subyek. Namun ada juga lingkungan pergaulan yang bersikap menyalahkan, menganggap subyek aneh, dan menanyai subyek terus menerus. Subyek dengan lingkungan pergaulan seperti ini memiliki persepsi yang negatif terhadap dukungan yang diterima dari lingkungan pergaulan.
Saran untuk penelitian lanjutan adalah agar dapat diteliti hubungan antara persepsi penyandang SLE terhadap dukungan yang diterima dengan kondisi penyandang SLE, penelitian dilakukan dengan jumlah subyek yang lebih besar, menghindari pertanyaan yang mengarahkan subyek. Saran Iain adalah perlunya diberikan penjelasan mengenai penyakit kepada lingkungan sosial pasien, dan perlunya pemahaman bagi para dokter mengenai pendekatan psikologis dalam proses penyembuhan selain pendekatan media."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2963
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>