Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68794 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Irvan Ika Putra
"Untuk mencapai sirkulasi sistemik absorpsi suatu obat harus melewati satu atau beberapa membran sel. Sifat membran dan struktur molekul obat sangat berhubungan dengan permeabilitas obat. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh penambahan surfaktan tween 80 terhadap laju absorpsi ibuprofen secara in vitro menggunakan alat absorption simulator. Ibuprofen sebanyak 500 mg dalam 100 ml cairan lambung buatan tanpa enzim pH 1,0; 3,0 atau cairan usus buatan tanpa enzim pH 6,5 pada kompartemen I akan diabsorpsi secara difusi pasif ke kompartemen II (100 ml cairan plasma simulasi pH 7,4). Membran artifisial pada percobaan ini dibuat dari kertas penyangga bentuk bulat tipe GV 0,22 μm (Milipore), dengan luas permukaan 13,2 cm2 yang diimpregnasi dengan campuran lesitin-kolesterol (1:1) dalam pelarut parafin cair. Percobaan absorpsi berlangsung 5 jam pada suhu 37°C ± 1°C dan sampel diambil pada jam ke-1, 3, dan 5, kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada λ 264 dan 263,5 nm. Hasil percobaan menunjukan adanya peningkatan ibuprofen yang diabsorpsi dari kompartemen I ke kompartemen II dengan meningkatnya jumlah konsentrasi tween 80. Jumlah ibuprofen yang diabsorpsi dari kompartemen I ke kompartemen II paling besar terjadi pada cairan usus buatan pH 6,5. Tween 80 dapat meningkatkan kelarutan ibuprofen pada konsentrasi maksimal 1,5%.

Drugs have to pass one or more cell membranes in order to reach systemic absorption. Cell membrane and molecular structure characteristics are strongly related to drugs permeability. The objective of this research is to evaluate the effect of surfactant tween 80 addition based on in vitro absorption rate of ibuprofen by using absorption simulator. 500 mg Ibuprofen is added to simulation gastric liquid without enzim pH 1.0; 3.0 or simulation colon liquid without enzim pH 6.5 at compartment I that will be absorbed by passive diffusion to compartment II (100 ml plasma liquid simulation pH 7.4). Artificial membrane in this trial is made of spherical buffer paper GV 0.22 μm type (milipore) with 13.2 cm2 surface area that was impregnated to lecithin-cholesterol mixture in liquid paraffin solution. Absorption experiment has been conducted for 5 hours at temperature 37oC+1oC and the mixture is sampled at the first hour, 3rd hour and 5th hour. Then it is analyzed using spectrophotometer UV-Vis with λ 264 and 263,5 nm. Experiment result shows intensity of ibuprofen that is absorbed from compartment I to compartment II with increment of tween 80 intensity at compartment I. Ibuprofen intensity that was absorbed from compartment I to compartment II will be increased due to the increment of pH simulation liquid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S32993
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2005
S32442
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angeline Agustin
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S32651
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zuraida Syafara Dzuhro
"Meningkatkan penetrasi mencapai lapisan subkutan. Natrium hialuronat (NaHA), bentuk garam asam hialuronat, merupakan polimer hidrofilik derivat polisakarida. NaHA memiliki kemampuan meningkatkan penetrasi perkutan dengan mengubah susunan sel-sel stratum korneum yang tersusun rapat menjadi lebih renggang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh NaHA terhadap penetrasi kofein sebagai zat aktif antiselulit dalam sediaan hidrogel, hidroalkoholik gel, dan emulsi gel. Masing-masing sediaan mengandung kofein 1,5% dan terbagi atas 3 formula. Formula 1 mengandung basis gel HPMC 2%; formula 2 mengandung basis gel HPMC 2% dan NaHA 0,5%; formula 3 mengandung NaHA 2% sebagai basis gel.
Uji penetrasi dilakukan secara in vitro menggunakan sel difusi Franz dengan kulit tikus sebagai membran selama 8 jam. Persentase kofein terpenetrasi sediaan hidrogel formula 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 9,41 ± 0,01%; 11,74 ± 0,13%; 16,32 ± 0,03%. Persentase kofein terpenetrasi sediaan hidroalkoholik gel formula 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 19,54 ± 0,02%; 22,99 ± 0,23%; 7,42 ± 0,08%. Persentase kofein terpenetrasi sediaan emulgel formula 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah 10,47 ± 0,19%; 13,41 ± 0,12%; 18,42 ± 0,06%. Hasil menunjukkan NaHA meningkatkan penetrasi kofein perkutan berbagai sediaan gel, kecuali hidroalkoholik gel formula 3.

Penetration enhancer to reach subcutaneous layer. Sodium hyaluronate (NaHA), the sodium salt of hyaluronic acid, is a hydrophilic polysaccharide derivative polymer. It has ability to enhance percutaneous penetration by loosening the dense of the compact substance stratum corneum. The aim of this research was to observe the effects of NaHA on caffeine penetration as anticellulite active agent in three types of gel preparation: hydrogel, hydroalcoholic gel, and gel emulsion. Each gel type contained caffeine 1,5% and was varied into three formulas. Formula 1 contained HPMC 2% as gel basis; formula 2 contained HPMC 2% and NaHA 0,5%; formula 3 contained NaHA 2% as gel basis.
Caffeine penetration properties were analyzed by Franz diffusion cell in vitro test using rat skin as membrane. Percent caffeine penetration of hydrogel formula 1, 2, 3 were 9,41 ± 0,01%; 11,74 ± 0,13%; 16,32 ± 0,03%, respectively. Percent caffeine penetration of hydroalcoholic gel formula 1, 2, 3 were 19,54 ± 0,02%; 22,99 ± 0,23%; 7,42 ± 0,08%, respectively. Percent caffeine penetration of gel emulsion formula 1, 2, 3 were 10,47 ± 0,19%; 13,41 ± 0,12%; 18,42 ± 0,06%, respectively. The result showed that NaHA enhanced the caffeine percutaneous penetration properties in various gel preparations, except hidroalkoholic gel formula 3.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1147
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yudha Pratesa
"Kebutuhan akan minyak dan gas bumi semakin meningkat,,peningkatan ini membutuhkan proses produksi yang berkesinambungan. Untuk mencegah korosi pada sumur injeksi umumnya dilakukan water treatment dengan menggunakan inhibitor,salah satunya adalah natrium sulfit. Untuk membuat keadaannya sesuai dengan keadaan didalam sumur injeksi maka percobaan dilakukan pada fluida yang mengalir dengan kecepatan dan kadar oksigen yang telah ditentukan. Percobaan dilakukan dengan menggunakan alat Rotating Cylinder Electrode (RCE) untuk memberikan pengaruh kecepatan selama pengujian dalam larutan NaCl 3,5% . Selain dalam keadaan fluida yang bergerak penelitian dilakukan pula pada keadaan statis (0 rpm) untuk membandingkan efek kecepatan terhadap kinerja inhibitor natrium sulfit.
Dari hasil pengujian,dengan penambahan inhibitor natrium sulfit 10 ppm,50 ppm dan 100 ppm didapatkan hasil bahwa laju korosi menurun seiring dengan penambahan inhibitor natrium sulfit. Dengan kadar inhibitor yang efisien adalah pada penambahan 50 ppm natrium sulfit yaitu sebesar 60% pada keadaan fluida diam dan 88% dalam keadaan fluida bergerak 1000 RPM. Dari pengujian ini dihasilkan kesimpulan bahwa efek inhibisi natrium sulfit tidak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.Selain itu dari kurva polarisasi dan pengujian kadar oskigen terlarut didapatkan kesimpulan bahwa metode inhibisinya adalah katodik inhibitor.

The need for oil and natural gas is increasing,this increase requires a continous production process. To prevent corrosion in injection wells some water treatment are generally done by using inhibittor for example,Natrium Sulfite. Experiments carried out by using a Rotating Cylinder Electrode (RCE) to give an effect of speed during testing in 3,5% NaCl solution. Beside on the moving fluid, the research is investigated on static condition to compare the effect of velocity on the performance of sodium sulphite inhibitor.
From the test result,with the addition of inhibitors of sodium sulfit 10 ppm, 50 ppm and 100 ppm showed that the corrosion rate decreases with the addition of sodium sulfit.With the most effecicient adding is 50 ppm sodium sulfit,which is equal to 60% on the static fluid and 88% n the moving fluid. From this experiment result, we can conclude that inhibition effect of sodium sulfit not influenced by velocity.Beside that from polarization curve and dissolved oxygen test we can conclude that mode of natrium sulfit is cathodic inhibitor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51528
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Machitah
"ABSTRAK
Telah dilakukan suatu pemeriksaan kecepatan melarut dan kecepatan absorpsi secara in vitro terhadap dua sampel Paracetamol 500 mg. Pemeriksaan kecepatan melarut dilakukan dengan alat solubility simulator, dalam cairan lambung buatan pH 1,2 dan pH 3,0. Jumlah Paracetamol yang terlarut dalam Medium disolusi ditentukan dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 243 nm. Dari hasil pemeriksaan ini, didapatkan kecepatan melarut dan dua tablet Paracetamol yang diperiksa menunjukkan perbedaan, misalnya pada tablet A, jumlah maksimum zat yang melarut tercapai pada menit ke 30, sedangkan untuk tablet B jumlah maksimum yang melarut dicapai pada menit ke 48. Profil melarut kedua sampel ini, cukup baik dimana terjadi kenaikan jumlah melarut yang cukup tajam dari menit ke 6 sampai ke 18. Pemeriksaan kecepatan absorpsi dilakukan dengan menggunakan alat absorption simulator dalam cairan lambung buatan pH 1,2 dan pH 3,0; cairan usus buatan pH 6,5, yang dimasukan kedalam cairan plasma buatan pH 7,5 dengan melalui lapisan lemak. Dari hasil pemeniksaan ini, didapatkan bahwa kecepatan absorpsi dan tablet Paracetamol yang diperiksa menunjukan perbedaan bermakna secara statistik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriatno Martono
"Selama beberapa tahun terakhir surfaktan telah berhasil diformulasikan dalam sediaan farmasi dan kosmetika karena terjadinya peristiwa solubilisasi. Beberapa surfaktan dalam larutan aqua dipelajari pengaruhnya terhadap solubilisasi kristal aspirin. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh panambahan surfaktan terhadap laju dissolusi aspirin. Aspirin diformulasikan untuk sediaan tablet Surfaktan yang digunakan adalah polisorbat 20, polisorbat 80 , dan Na lauril sulfat. Variasi jumlah surfaktan yang ditambahkan adalah 5 mg, 12, 5 mg, 25 mg , dan 50 mg. Dissolusi dilakukan selama 30 menit dalam medium dapar asetat 0,05 M pH 4,5 dan suhu 37°C +/- 0,5 °. Aspirin yang terlarut ditentukan kadarnya dengan menggunakan spektrofotome terpada panjang gelombang 265 nm dalam dapar asetat 0,05M pH 4,5. Surfaktan menurunkan laju dissolusi aspirin. Semakin tinggi jumlah surfaktan yang ditambahkan semakin besar penghambatan yang terjadi. Urutan daya hambat surfaktan terhadap laju dissolusi aspirin adalah polisorbat 20 > polisorbat 80 > Na lauril sulfat untuk penambahan surfaktan 5 mg sedangkan untuk penambahan surfaktan diatas 5 mg adalah polisorbat 20 > Na lauril sulfat > polisorbat 80."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S70328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>