Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131583 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1993
S27912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asyari
"Guna mengetahui perubahan sifat optis dan struktur terhadap laju deposisi pembuatan lapisan tipis dan juga terhadap anil, dibuat lapisan Cds dengan co-evaporasi termal CdS dan S diatas substrat kaca. Laju deposisi dibuat pada 4 A/s, 8 A/s, 12 As dan 16 A/s. Anil dilakukan pada setiap laju deposisi dengan 3 macam teinperatur yaitu: 200°C, 300°C dan 400°C. Ketebalan lapisan yang dibuat berkisar 7000 A. Konstanta optis yaitu koefisien absorpsi dan indek bias dihitung dari reflektansi R dan transmisi T berdasarkan metode fungsi minimal dengan menggunakan persamaan O.S. Heavens. Dad kurva koefisien abrsoipsi terhadap energi foton dibuat lebar pita terlarang CdS. Pengukuran nilai R dan T dilakukan dengan alat UV-VIS Spektrofotometer pada panjang gelombang 400 nm - 800 nm. Dari penelitian didapatkan bahwa laju deposisi mempengaruhi sifat optis material. Didapatkan nilai indek bias nyata pada laju deposisi 4 Als, 8 A/s, 12 A/s dan 16 A/s pada panjang gelombang 550 nm masing masing 2,534; 2,503; 2,46; 2,505 dan koefisien absorpsi masing-masing adalah 1,15 x 103; 5,96 x 103; 4,38 x I03; 7,33. x 103 /cm dan lebar pita terlarang masing-masing adalah 2,46 eV, 2,44 eV, 2.42 eV dan 2,40 eV. Besar butir menurun dengan meningkatnya laju deposisi. Besar butir pada laju deposisi 4 Als. 8 A/s, 12 AN dan 16 A/s berturut-turut adalah 816 A , 291,5 A, 256,7 A dan 251,1 A. Proses anil memberikan basil bahwa dari suhu 200 0C sampai 400 oC terjadi perobahan sifat optis dan struktur. Pada laju deposisi 4 A/s berturut-turut untuk proses tanpa anil, anil 200°C, 300°C dan 400°C indek bias nyata n adalah 2,513; 2,56; 2,54 dan 2.53 dan nilai koefisien absorpsi adalah 1,15x103; 6 x 103; 7 x 103; 4 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2.46 eV, 2,43 eV, 2,40 eV dan 2,42 eV. Piida laju deposisi 8 A/s berturut-turut untuk proses tanpa anil, anil 200°C, 300°C dan 400°C indek bias nyata n adalah 2,503; 2,527; 2,504 dan 2,505 dan nilai koefisien absorpsi adalah 5.96x 103; 6,5 x 103; 7,17 x 103; 3,37 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2,44 eV, 2,43 eV, 2,40 eV dan 2,41 eV. Pada laju deposisi 12 A/s berturut-turut tmtuk proses tanpa anil, anil 200°C, 300°C dan 400°C indek bias nyata n adalah 2,46; 2,546: 2,495 dan 2,485 dan nilai koefisien absorpsi adalah 4,38 x 103; 1,27 x 103; 0,15 x 103; 0,23 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2.42 eV, 2,42 eV, 2,43 eV dan 2,44 eV. Pada laju deposisi 16 A/s berturut-turut untuk proses tanpa aril, aril .200°C, 300°C dan 400°C indek bias nyata n adalah 2,505; 2,498; 2,499 dan 2.497 dan nilai koefisien absorpsi adalah 7,33 x 103; 2,9 x 103; 1,7 x 103; 1,95 x 103 /cm dan lebar pita terlarang adalah 2,40 eV, 2,41 eV, 2,42 eV dan 2,43 eV. Stniktur kristal lapisan tipis CdS yang terbentuk adalah heksagonal dengan prefi-'rred 0i-lank-Ilion (002). Proses anil inerubah besar ukuran butir. Pada sampel dengan laju deposisi 4 A/s anil 400°C inerubah besar butir dart 816 A ke 193,5 A. Sampel dengan laju deposisi 8 A/s anil 400 oC merubah besar butir dari 291,5 A ke 168 A. Sampel dengan laju deposisi l2 A/s anil 400°C merubah besar butir dari 256,7 A ke 198,2 A. Sampel dengan laju deposisi 16 A/s anif 400 oC merubah besar butir dari 251,1 Ake 235,9 A.

Investigate the optical properties and structures of CdS thin film as functions of deposition rate and annealing process, it was made the CdS thin film on the substrate glass by thermal co-evaporation CdS+S methode.To investigate the optical properties and structures of CdS thin film as functions of deposition rate and annealing process, it was made the CdS thin film on the substrate glass by thermal co-evaporation CdS+S methode. The deposition rates were adjusted to 4 A/s, 8 A/s, 12 A/s and 16 A/s and the annealing temperatures were to 200°C, 300°C and 400°C. The thickness of thin films were around 7000 A. The optical constant and band gap energy were calculated from the Reflectance ( R ) and Tansmittance (T) by using O.S. Heavens formula. The value of R and T were obtained from UV-VIS Spectrofotometre with the wavelength from 400 inn to 800 run. From the calculations it was found that the deposition rate affected the optical properties and structures. At wave length 550 nm, the deposition rates 4 A/s, 8 A/s, 12 A/s and 16 A/s give the real refractive index n 2.534; 2.503; 2.46; 2.505 respectively and the absorption coefficient a 1.15 x 103, 5.96 x 103, 4.38 x 103, 7.33 x 103 /cm respectively and the band gap energy 2,46 eV, 2,44 eV, 2,42. eV, 2.40 eV respectively and the grain sizes 816 4 A, 291.5 A, 256.7 A, 251.1 A respectively. The annealing process to 200°C, 300°C and 400°C also affected the optical properties and structures. At deposition rate 4 A/s the process without annealing, annealing to 200°C, 300°C and 400°C give the real refraction index 2.513, 2.56, 2.54, 2.53 respectively and the absorption coefficient l .15x 103, 6 x 103, 7 x 103, 4 x 103 /cm respectively and the band-gap energy 2.46 eV, 2,43 eV, 2,40 eV, 2,42 eV respectively. At deposition rate 8 A/s the process without annealing, annealing to 200°C, 300°C and 400°C give the real refraction index n 2.503, 2.527, 2.504, 2.505 respectively and the absorption coefficient 5.96x103, 6.5 x I03, 7.17 x l03 , 3-37 x 103 /cm respectively and the band gap energy 2,44 eV, 2,43 eV, 2.40 eV, 2,41 eV respectively. At deposition rate 12 A/s the process without annealing, annealing to 200°C, 300°C and 400°C give the real refraction index n 2.46, 2.546, 2.495, 2.485 respectively and the absorption coefficient 4.38 x 103, 1.27 x 103, 0.15 x 103, 0.23 x 103 /cm respectively and the band gap energy 2.42 eV, 2,42 eV, 2,43 eV, 2,44 eV respectively. At deposition rate 16 A/s the process without annealing, annealing to 200°C. 300°C and 400°C give the real refraction index n 2.505, 2.498, 2.499, 2.497 respectively and the absorption coefficient 7.33 x 103, 2.9 x 103, 1.7 x 103, 1.95 x 103 1cm respectively and the band gap energy 2,40 eV, 2,41: eV, 2,4.2 eV, 2,43 eV respectively. The c3-stall structures of thin film are found to be hexagonal with preferred orientation (002). The annealing processes affect the grain size. At the deposition rate 4 A's, the annealing process to 400°C changed the grail? size from 816 A to 193,5 A. At the deposition rate 8 A/s, the amtealing process to 400 0C changed the grain size from 291,5 A to 168 A. At the deposition ratel2 A/s, the annealing process to 400°C changed the grain size from 256,7 A to 198,2 A. At the deposition rate 16 A/s, the annealing process to 400°C also changed the grain size from 251,1 A to 235,9 A.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T-532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1993
S28167
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijaya Candra Husin
"Cetakan memegang peranan yang penting dalam menentukan kualitas dari produk cor yang dihasilkan. Salah satu metode pembuatan cetakan yang banyak digunakan saat ini adalah cetakan kulit (shell molding), yang menggunakan resin sebagai bahan kimia pengikat butir-butir pasir. Pada penelitian ini dicari hubungan antara temperatur dan waktu pemanasan terhadap sifat mekanis dan permeabilitas pasir silika lapis resin berkadar 3 % sebagai bahan pembuat cetakan dan inti beberapa jenis produk coran. Kemudian dicari kondisi cetakan yang paling optimal. Temperatur pemanasan yang digunakan adalah 240, 260, 280 dan 300 °C, sedangkan waktu pemanasan yang digunakan adalah 1,5 ; 2 ; 2,5 dan 3 menit. Adapun hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan mekanis dan permeabilitas cetakan yang paling optimal dicapai pada kondisi temperatur pemanasan 300 °C dengan waktu pemanasan 3 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Budiman
"Cetakan pasir dengan menggunakan bahan pengikat dari polimer saat ini sudah luas digunakan. Salah satu jenis polimer yang banyak dipakai adalah Resin Phenolic. Pasir dengan bahan pengikat ini biasanya dalam bentuk pasir yang dilapisi resin (Resin Coated Sand). Pasir ini harganya relatif mahal. Salah satu cara untuk mengurm1gi biaya produksi pemakaian pasir ini adalah dengan mencampurkannya dengan pasir biasa sehingga diperoleh pasir dengan kadar resin yang lebih rendah dari kadar resh1 awal. 0leh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana kekuatan mekanis dan sifat permeabilitas pasir campuran ini pada temperatur dan waktu pemanasan tertentu. Penelitian dilakukan terhadap pasir Silika lapis resin kadar 2,5 % (J-6250) produksi PT. Silikaindo MS dan pasir Silika biasa dengan rentang GFN hampir sama (antara 60 -65). Pencampuran dan pengadukan dilakukan dalam mesin Muller selama 20 menit (41 putaran per menit). Kemudian dilihat pengaruh temperature pemanasan (240°; 260°; 280°; 300° C) dan waktu pemanasan (1,5 ; 2 ; 2,5 ; 3 menit) terhadap kekuatan tarik, tekan dan geser serta sifat permeabiltasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan tekan maksimum terjadi pada temperatur pemanasan 260°C dan waktu tahan 2,5 menil. Sedangkan kekuatan geser mencapai harga maksimum pada temperature pemanasan 280°C dan waktu pemanasan 3 menit. Sifat permeabilitas maksimum tercapai pada temperature pemanas 280°C dan waktu pemanasan 3 menit. Sifat permebilitas maksimum tercapai pada temperature 240°C dan waktu pemanasan 3 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arifin
"Komposit polimer epoksi berpenguat serat gelas (GFRP) merupakan salah satu material yang dewasa ini sangat populer, karena nilai ekonomis dan kehandalan nya. Aplikasi GFRP pada lingkungan bawah air, menyebabkan terjadinya proses wet curing yang dapat mempengaruhi sifat mekanik.
Penelitian ini membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dari material GFRP dan daya rekat komposit tersebut dengan logam, faktor-faktor tersebut diantaranya seperti durasi curing, temperatur dan salinitas. Komposit GFRP dengan dua tipe hardener yaitu poliamin dan siklikamin dimanufaktur dengan menggunakan metode hand lay-up. Spesimen GFRP selanjutnya dengan variasi durasi curing 12, 24 dan 48 jam dimanufaktur pada lingkungan udara, air laut dan air distilat dengan temperatur dan salinitas yang berbeda. Kemudian dilakukan pengujian tarik, tekuk dan impak serta uji kekuatan bonding dan pengamatan SEM.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa GFRP dengan hardener poliamin gagal membuat ikatan crosslink pada proses wet curing, sedangkan dengan hardener siklikamin crosslink berhasil terbentuk, nilai karakteristik sifat mekanik pada proses wet curing sedikit menurun dibandingkan dengan proses dry curing, seperti hasil uji tarik menurun sebesar 10% dan uji daya rekat sambungan logam dengan komposit turun sebesar 16%. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan uji coba dilapangan.

Glass Fiber Reinforced Polymer (GFRP) is very popular among other material due to its economic value and reliability. As an application to subsea pipeline, the main challenge of GFRP is the process of wet curing which is required by epoxy composite to form a strong bonding of cross link in subsea environment and consequently can effect mechanical properties.
This study evaluated the factors that might affect the performance of epoxy composite material and its bonding to metal, i.e. curing duration, temperature, and salinity. GFRP composite with two different types of hardener which are polyamine and cyclic amine were manufactured by hand lay-up method. Then, the specimens were manufactured in atmospheric, sea water, and distillation water with different variables such as 12, 24, and 48 hours curing time; temperature; and salinity. Then, the specimens were tested for their tensile, flexural, impact, and bonding strength. The last, observation of fracture appearance was done by SEM.
Result of the study, concluded that GFRP with polyamine hardener was failed to create cross link on wet curing process while the one with cyclic amine hardener successfully created cross link. However, the mechanical characteristic was a bit lower, such as the tensile strength decreased to 10% and the adhesion strength of the bonding decreased to 16%. For the future, this study can be investigated by field testing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh waktu penyinaran resin komposit nanofil menggunakan Light Curing Unit (LCU) LED protototipe terhadap temperatur atap pulpa gigi. Spesimen berupa 30 gigi premolar 1 rahang atas yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan jumlah spesimen 10 untuk setiap kelompok. Gigi kemudian direstorasi resin komposit nanofil dan disinari menggunakan LCU LED prototipe selama 10 atau 20 detik dan komersial selama 20 detik. Pengukuran temperatur dilakukan sebelum dan setelah penyinaran resin komposit dan temperatur atap pulpa yang dihasilkan oleh LCU LED prototipe selama 10 atau 20 detik lebih rendah secara signifikan dari yang dihasilkan oleh LCU LED komersial., The aim of the present research was to analyze the effect of curing duration of nanofilled composite resin by the prototype curing light on pulp roof temperature. Thirty extracted human maxillary premolars were divided into 3 groups, 10 specimens for each group. Each teeth restored using nanofilled composite resin and were cured by the prototype LED curing light in 10 or 20 seconds or the commercially available in 20 seconds as a comparison. Pulp roof temperature was measured before and after the curing process. As a result, the temperature induced by the prototype curing light in both 10 or 20 seconds were significantly lower compared to the commercially available.]"
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, ], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
AG Eko Purnomo
"Salah satu cara untuk membuatan cetakan dari pasir adalah Shell Molding, dimana pasir yang digunakan adalah pasir resin (Resin Coated Sand) yang akan mengeras bila dipanaskan. Kelebihan Shell Molding bila dibanding dengan cetakan pasir basah adalah benda casting yang dihasilkan mempunyai ketelitian dimensi dan kehalusan permukaan yang lebih baik. Pada umumnya dengan semakin meningkatnya temperatur pemanasan, maka kekuatan tarik pasir juga akan meningkat. Begitu pula dengan semakin bertambahnya waktu pemanasan, untuk temperatur pemanasan yang konstan, make kekuatan mekanisnya akan meningkat. Sedangkan permeobilitasnya relatif konstan dengan berubahnya temperatur dan lama pemanasan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S41175
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Wahyu Indrayani
"Untuk menilai kekuatan basis gigi tiruan akrilik dari segi mekanik maupun fisik perlu dilakukan uji kekuatan untuk akrilik resin. Cara uji yang sering digunakan dalam bidang Kedokteran Gigi untuk mengetahui transverse strength ini biasanya dengan menggunakan mesin uji Instron.
Tulisan ini melaporkan hasil penelitian tentang perbandingan transverse, strength hasil reparasi dengan tiga macam bahan resin, yaitu light-cured resin, cold-cured resin dan heat-cured resin. Biasanya untuk memperbaiki gigi tiruan sering digunakan heat-cured resin atau cold-cured resin. Kedua macam bahan reparasi ini dirasa masih kurang memuaskan untuk memperbaiki gigi tiruan yang akan digunakan dalam jangka waktu panjang.
Baru-baru ini ditemukan light-cured resin yang dapat berpolimerisasi dalam waktu singkat dengan bantuan.penyinaran Halogen biru 400 - 500 nm. Bahan ini mudah dan dapat digunakan untuk memperbaiki gigi drum yang patah. Dengan diketahuinya kekuatan mekanik transverse strength hasil reparasi dengan ketiga macam bahan dalam penelitian ini, maka dapat dibandingkan kekuatan mekanis dari masing-masing bahan tersebut.
Pada penelitian ini, bentuk preparasi bagian yang akan direparasi dibuat membulat dengan jarak 3 mm untuk menambah kekuatan mekanik setelah reparasi. Pematahan spesimen dilakukan dengan alat Instron dicatat sebelum dan sesudah reparasi. Pengukuran transverse strength bahan resin yang telah direparasi dengan light-cured resin ternyata menunjukkan nilai lebih tinggi dibandingkan dengan yang telah direparasi dengan bahan heat-cured resin dan cold-cured resin. Nilai transverse strength setelah direparasi dengan ketiga macam bahan terlihat menurun dibandingkan dengan sebelum direparasi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Noorhidayati
"ZnO:Co/SDS dengan variasi konsentrasi dopant 3 - 13 at% disintesis menggunakan metode kopresipitasi Komposisi sampel dan keberadan dopant Co serta SDS diuji menggunakan spektroskopi Energy Dispersive X Ray EDX Fourier Transform Infrared FTIR dan Electron Spin Resonance ESR Pengaruh dopant dan SDS terhadap struktur kristal ZnO diuji melalui pengukuran X Ray Diffraction XRD Keempat sampel menunjukkan struktur hexagonal wurtzite Fase sekunder Zn OH 2 terdeteksi pada sampel ZnO Co SDS 13 at Pengujian Field Emission Scanning Electron Microscopy FESEM menunjukkan sampel yang disintesis memiliki bentuk menyerupai lembaran Pengaruh dopant dan SDS terhadap sifat optis sampel diuji melalui spektroskopi UV Vis Diffuse Reflectance UV Vis Analisis spektrum UV Vis dengan fungsi Kubelka Munk menunjukkan nilai energy gap sampel menurun dengan peningkatan konsentrasi dopant Aktivitas fotokatalitik sampel diuji dengan mengamati degradasi warna pada larutan uji metil jingga MO dan metilen biru MB Sampel mampu mendegradasi MO sebanyak 85 dan MB sebanyak 89 dengan pemaparan sinar Ultraviolet 200 nm selama 2 jam Spesies utama dalam proses fotodegradasi diuji dengan menambahkan scavenger pada larutan uji Pada sistem ini diketahui pengaruh elektron e hole h gugus radikal hidroksil OH.

ZnO:Co/SDS with doping concentration varies between 3 ? 13 at% were synthesized by co-precipitation method. Sample composition also dopant and SDS existence characterized by Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), and Electron Spin Resonance (ESR) spectroscopy. The effect of dopant and SDS to crystal structure of ZnO were examined by X-Ray Diffraction (XRD). All samples shown hexagonal wurtzite structure. Secondary phase of Zn(OH)2 were detected at ZnO:Co/SDS 13 at%. Field Emission Scanning Electron Microscopy (FESEM) measurement shown the as synthesized samples has nanosheet-like shape. Dopant and SDS effect to optical properties observed by UVVis Diffuse Reflectance (UV-Vis DRS) spectroscopy. UV-Vis reflectance spekctrum were analyzed by Kubelka-Munk relation, it is shown the energy gap of samples decreased as the doping concentration increased. Photocatalytic activity of samples were tested by observing the degradation of methyl orange (MO) and methylene blue (MB) as dyes model. Under Ultraviolet irradiation (200 nm) irradiation for 2h, samples were able to degrade MO to 85% and MB to 89%. Main species in photodegradation mechanism tested by adding scavenger. It is shown the effect of electron (e-)> hole (h+)> hydroxyl radical species (OH-).
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>