Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulfiatry Yubhar
"Telah dilakukan pengukuran Dosis Rata-rata Glandular (Mean glandular Dose) pada pemeriksaan mammografi dengan menggunakan Thermoluminiscense (TLD) terhadap 49 pasien. Dosis yang terbaca pada TLD adalah Entrance Surface Dose (ESD) dengan nilai ratarata yang didapat 7.6 (± 3.9) mGy. Untuk konversi ke nilai Mean Glandular Dose, nilai ESD dikalikan dengan nilai Dgn (ESD dengan faktor konversi average glandular dose per unit exposure) yang terkonversi dengan memperhitungkan prosentase glandular terhadap adipose. Data Dgn diperoleh dari perhitungan John M Boone yang menggunakan metode Monte Carlo yang masih tergantung dari nilai HVL dan ketebalan payudara. Prosentase glandular terhadap adipose dihitung dengan menggunakan metoda analisa film Nooriah Djamal. Kemudian nilai Dgn 0% glandular untuk kontribusi adipose maupun Dgn 100% glandular untuk kontribusi glandular diperoleh dari Tabel Dgn Boone. Nilai MGD yang diperoleh adalah 1.818 (± 0.615) mGy. Nilai masih dibawah limit yang direkomendasikan FDA( Food and Drug Administration) yaitu < 3 mGy.

Mean glandular Dose (MGD) during mammography has been determined for 49 patients using TLD. MGD numbers has been derived from the measured ESD (Entrance Surface Dose) by multiplicating ESD with converted Dgn (ESD with average glandular dose per unit exposure conversion factor) incorporating the glandular percentage to adipose percentage. Dgn data were
obtained from Boone's Monte Carlo calculation and generally is a function of HVL values and breast thickness. The glandular percentage to adipose were obtained using Nooriah Djamal's methods of mammography film analysis Both 0% glandular Dgn for adipose contribution and 100% glandular Dgn for glandular contribution were then obtained from Boone's table. Average Entrance Surface Dose (ESD) for 49 patients were found to be 7.6 (± 3.9) mGy. The average MGD for 49 patients were found to be 1.818 (± 0.615) mGy. These values were generally below the recommended FDA ( Food and Drug Administration) limit of 3 mGy."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S29104
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Kurnianingsih
"ABSTRAK
Dengan menggunakan TLD dan dosimeter dioda EDD - 53G, telah diukur dosis
organ kritis mata, tiroid, medula spinalis , dan gonad pada berbagai perlakuan
radioterapi dengan sinar X 6 MV. Pengukuran dilakukan pada fantom rando yang
diberi simulasi perlakuan radioterapi dengan berbagai jenis kanker, utamanya kanker
nasofaring. Perencanaan simulasi terapi 3 D dilakukan dengan TPS ISIS berdasarkan
data hasil pengamatan pada beberapa pasien kanker nasofaring yang telah menjalani
radioterapi di RSPAD. Perlakuan diberikan dengan 2 lapangan plan parallel dan teknik
SAD (source axis distance), ukuran lapangan radiasi 18.5 x 17 cm2, dosis preskripsi 2
Gy/fraksi. Sesuai dengan perlakuan pada pasien, kemudian lapangan diperkecil untuk
melindungi medulla spinalis, menjadi 9 x 16 cm2. Dengan cara yang sama, dosis organ
kritis ditentukan dari simulasi radioterapi kanker paru, tulang bahu, abdomen, pelvis
dan tulang paha. Perencanaan setiap perlakuan diakukan berdasarkan data seorang
pasien yang telah menjalani radioterpi di RSPAD . Pada umumnya dosis organ kritis
yang berjarak 0 – 4 cm dari tepi lapangan berbeda dengan hasil kalkulasi TPS sampai
61% bila diukur dengan TLD, dan berbeda sampai 80% bila diukur dengan diode.
Untuk organ yang terletak relatif lebih jauh dari tepi lapangan radiasi, hasil pengukuran
dengan kedua dosimeter menunjukkan hasil sama, berbeda sampai lebih 100% dengan
kalkulasi TPS. Dosis pada pasien 5000 cGy, maka mata menerima dosis mencapai 209
cGy pada perlakukan kanker nasofaring dan mencapai 400 cGy pada perlakukan kanker
otak. Organ kritis tiroid dimungkinkan menerima dosis dari perlakuan kanker paru,
kanker nasofaring, dan kanker tulang bahu, berturut turut mencapai 284 cGy, 192 cGy,
dan 312 cGy. Organ kritis Gonad pada perlakuan radioterapi kanker abdomen menerima
dosis sebesar 524 cGy dan kanker sarkoma tulang paha mencapai 372 cGy.

ABSTRACT
By using TLD and diode dosimeter EDD - 53G, critical organ doses were
measured eye, thyroid, spinal cord, and gonads at various radiotherapy treatment with 6
MV X-rays. Measurements were taken at rando phantom given radiotherapy treatment
simulations with various types of cancer, especially nasopharyngeal cancer. 3 D
treatment planning simulations performed with ISIS TPS based observed data on some
of nasopharyngeal cancer patients who had undergone radiotherapy in the army
hospital. Treatment was given with 2 field parallel plan and technique of SAD (source
distance axis), the radiation field size 18.5 x 17 cm2, prescription dose 2 Gy / fraction.
In accordance with the patient's treatment, then the field is reduced to protect the spinal
cord, at 9 x 16 cm2. In the same way, the dose of the critical organ is determined from
the simulation radiotherapy of lung cancer, bone shoulder, abdomen, pelvis and femur.
Planning any transactions are carried out based on the data treatment of a patient who
had undergone radiotherapy at the RSPAD. In general, the critical organ dose within 0-4
cm from the edge of the field in contrast to the results of calculations TPS to 61% when
measured with the TLD, and vary up to 80% when measured with the diode. For an
organ that is located relatively far from the edge of the radiation field, with both
dosimeter measurements showed similar results, approximately over 100% different
from the TPS calculations. The dose given to patient at 5000 cGy, the eyes received
dose until 209 cGy at simulation nasofaring cancer and until 400 cGy at simulation
brain cancer. Critical organs received doses of thyroid possible treatment of lung cancer,
nasofaring cancer, and shoulder bone cancer, the dose received in a row to reach 284
cGy, 192 cGy, and 312 cGy. Gonad organ critical in the abdomen cancer radiotherapy
treatment received a dose of 524 cGy and bone sarcoma cancer at 372 cGy."
Universitas Indonesia, 2013
T35038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaifulloh
"Pengukuran dalam radioterapi untuk perhitungan dosis seperti percentage depth dose (PDD) dilakukan dalam fantom air yang memiliki densitas homogen, dengan densitas hampir sama densitas otot (1 g/cm3). Pada perlakuan radioterapi seperti pada kanker paru, berkas radiasi melewati material yang tidak homogen yaitu otot, tulang dan paru itu sendiri yang berakibat pada perubahan PDD, sehingga perlu pengukuran pada medium inhomogen seperti pada fantom rando.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur distribusi dosis pada paru dengan simulasi perlakuan radioterapi pasien kanker paru dengan fantom rando kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan TPS. Pengukuran distribusi dosis menggunakan TLD dan film Gafchromic. Untuk memperoleh distribusi dosis pada paru TLD diletakkan pada titik - titik yang berada pada bidang utama berkas dalam fantom rando. Pengukuran distribusi dosis dengan film dilakukan dengan meletakkan film Gafchromic diantara 2 irisan fantom rando. Pengukuran dilakukan untuk 3 lapangan, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2, dan 15 x 15 cm2. Hasil pengukuran dengan film dan TLD kemudian dibandingkan dengan hasil perhitungan TPS.
Hasil penelitian menunjukkan persentase dosis pada berbagai kedalaman antara hasil pengukuran film Gafchromic dengan perhitungan TPS berbeda secara signifikan, dan semakin besar lapangan semakin besar deviasi. Hasil pengukuran dengan film gafchromic mendapatkan nilai deviasi persen dosis hingga 6 % untuk lapangan 5 x 5 cm2, 16 % untuk lapangan 10 x 10 cm2, dan 17% untuk lapangan 15 x 15 cm2. Untuk pengukuran dengan TLD deviasi persen dosis hingga 8% untuk lapangan 5 x 5 cm2, 11% untuk lapangan 10 x 10 cm2, 12% untuk lapangan 15 x 15 cm2 masing ? masing pada kedalaman 15 cm.

Measurements in radiotherapy for dose calculation as percentage depth dose (PDD) are done in a water phantom with homogeneous density (1 g/cm3). In the radiotherapy treatment such as lung cancer, the radiation beam passes through inhomogeneous materials i.e. muscle, bone and lung itself, which resulted change in PDD, so necessary measurements on inhomogeneous medium like the rando phantom.
The purpose of this study was to measure dose distribution in the lung with simulated radiotherapy treatment of lung cancer patients with a rando phantom and compared with the TPS calculation. Measurement of dose distributions is using TLD and gafchromic films. To obtain the dose distribution in the lung, TLD placed at the points located on the main field of the beam in the rando phantom. Field measurements were made for 3 field sizes, 5 x 5 cm2, 10 x 10 cm2, and 15 x 15 cm2. The results were then compared with the TPS calculation.
The results show the percentage dose at various depths between the measurement and TPS calculation differ significantly, and the larger the field the greater the deviation. Measurement using gafchromic film resulting in deviation in dose percentage reaching up to 6 % for 5 x 5 cm2 field size, 16 % for 10 x 10 cm2, and 17 % for the 15 x 15 cm2. For TLD measurement, deviation is up to 8% for 5 x 5 cm2 field size, 11% for 10 x 10 cm2, and 12% for 15 x 15 cm2 at 15 cm depth respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35528
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Auriani
"Radiografi dental panoramik merupakan teknik untuk mendapatkan gambaran daerah mandibula dan seluruh gigi. Saat ini yang menjadi referensi pengukuran dosis pasien adalah penggunaan TLD chip, namun cara pengukuran yang memberikan indikasi langsung dari dosis pasien lebih sulit ditentukan. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran dengan metode CTDI dan pengukuran dengan TLD chip.
Penelitian ini menggunakan jenis fantom silinder PMMA berdiameter 16 cm dengan 5 titik pengukuran yaitu pada periperal dan pusat fantom. TLD diletakkan pada sekeliling permukaan fantom, sedangkan pencil chamber diletakkan ke dalam celah fantom dengan lebar berkas radiasi 5 cm. Selain itu, percobaan ini menggunakan waktu penyinaran 12 detik dengan masing-masing faktor eksposi anak 65 kV dan dewasa 70 kV. Nilai CTDI dihitung dari hasil bacaan pencil chamber, sedangkan TLD dihitung dari hasil pembacaan data TLD chip. Selanjutnya, Dose Area Product (DAP) didapatkan dari mengalikan CT-Dose Index dengan celah sekunder dari reseptor.
Hasil penelitian menunjukkan Dose-Length Product (DLP) dan DAP untuk kondisi anak adalah 18,23 mGy.mm dan 270 mGy.mm2, sedangkan DLP dan DAP untuk kondisi dewasa adalah 23,45 mGy.mm dan 330 mGy.mm2 . Sebaliknya, hasil pengukuran dosis menggunakan TLD pada dental panoramik yaitu 0,0875 ± 0,001 mGy untuk kondisi anak dan 0,0731 ± 0,001 mGy untuk kondisi dewasa.

Dental panoramic radiography is a technique to get an image of mandible and teeths. Commonly the patient dose estimation is TLD measurement, but the measurement of actual patient dose is more difficult to determine. In this study, we did the patient dose assesment of the dental panoramic procedure using CTDI method and compared with TLD measurement.
The experiment was done using 16 cm diameter cylindrical CTDI phantom with 5 points measurement at periapical and center of the phantom. TLDs were distributed circularly at phantom surface, whereas the pencil chamber with 5 cm wide X-ray beam was inserted into the chamber’s holder of the phantom. Moreover, the experiments were performed using 12 seconds time exposure and 65 kV and 70 kV for children and adult respectively. The CTDI was calculated based on the reading of chamber whereas the TLD was calculated based on the TLD reading data. Subsequently, the dose area product was calculated with multiplying the CTDI with the secondary slit are of receptor.
The results show the DLP and DAP for children are 18,23 mGy.mm and 270 mGy.mm2, whereas DLP and DAP for adult are 23,45 mGy.mm and 330 mGy.mm2. On the other hand, the TLD measurement shows that the dose estimation during the dental panoramic procedure are 0,0875 ± 0,001 mGy for children and 0,0731 ± 0,001 mGy for adult.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S45594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurliana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S29187
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Irawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septi Purwaningsih
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dosis sinar-x Computed Tomography dengan variasi pitch menggunakan film Gafchromic XR QA2 dan TLD pada fantom kepala orang dewasa dan kepala pediatrik. Untuk tujuan tersebut dilakukan pengukuran dan analisis profil dosis di sepanjang sumbu z rotasi scan pada pusat fantom dan beberapa tepi di kedalaman 1 cm, analisis profil dosis pada posisi yang sama dengan nilai pitch yang berbeda, dan analisis profil dosis pada kepala orang dewasa dan kepala pediatrik. Dari pengukuran dan analisis data diperoleh hasil profil dosis pada scan kepala orang dewasa dan kepala anak-anak dengan nilai dosis maksimal di tengah, menurun pelan ke arah tepi dengan tendensi cenderung simetri. Profil dosis dengan variasi nilai pitch, diperoleh nilai dosis yang semakin menurun dengan bertambahnya nilai pitch. Profil dosis pada scan kepala orang dewasa memiliki nilai dosis lebih besar dari pada dosis pada scan kepala pediatrik, karena scan kepala orang dewasa menggunakan mAs lebih besar. Hasil pengukuran menggunakan TLD diperoleh data yang bersifat disktrit, namun memiliki pola distribusi dan nilai dosis yang hampir sama dengan hasil dari pengukuran menggunakan film Gafchromic. Hasil pengukuran profil dosis menggunakan film Gafchromic didapatkan grafik kontinu. Nilai dosis maksimum hasil scan didapatkan pada posisi jam 12 dan minimum pada posisi jam 6. Profil dosis pada pitch 0,75; 1 dan 1,5 mengalami fluktuasi dosis dengan amplitudo pada pitch 0,75 dan 1,5 mempunyai nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan amplitudo pada pitch 1.

This research aims to check pattern dose profile on the adult and pediatric head scan. Comparing result measurement dose profile along the z- axis rotation at a depth 1 cm and center phantom with variety pitch. Measurement using cylinder PMMA homogeneous phantom diameter 16 cm and 10 cm using XR QA2 Gafchromic film and TLD. Result of research get dose profile adult and pediatric head scan have same pattern, the maximum dose in the middle and tendency symmetry in the edge. Value dose proportional with value of pitch. Dose in the adult head more than dose pediatric head because dose in adult head scan using bigger mAs. Dose of TLD measurement values obtained are discrete, but has a distribution and dose values are almost the same as the measurement results in XR QA2 Gafchromic film. Result of Gafchromic film measurement is continue graphic. The maximum dose of the scan results at the 12 o'clock position and minimum at 6 o'clock position. Result of research get fluctuated dose and amplitude of pitch 0.75 and 1.5 have greater than amplitude pitch 1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T43843
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Reza Aditya
"Pada prosedur kardiologi intervensional pasien akan menerima radiasi primer berintensitas tinggi dari berkas utama sinar-X, sehingga dosis yang didapatkan cukup besar. Dengan demikian, perlu adanya studi distribusi dosis untuk melihat bagaimana penyebaran dosis pada organ-organ tubuh, dengan menggunakam film Gachromic XR-RV3 dan TLD 100 jenis rod yang telah diletakkan di dalam fantom Rando berbentuk manusia (wanita dewasa) sebagai pengganti pasien dengan parameter eksposi : kV rata-rata = 90 kV, laju frame = 15 fps, kuat arus = 6,2 mA dengan ukuran FPD = 15 cm x 15 cm. Distribusi laju dosis terbesar berada pada radius 0 cm sampai dengan 5 cm dari pusat lapangan, kemudian turun drastis pada radius 7,5 cm dan sudah tidak terdeteksi nilai laju dosis radius 10 cm. Untuk nilai laju dosis terbesar terdapat pada bagian pusat lapangan yaitu sebesar 6,345 ±0,097 mGy/min. Pada pengukuran laju dosis di beberapa Organ at Risk (OAR) dengan menggunakan Film Gafchromic XR-RV3 dan TLD 100 rod sebagai dosimeter didapatkan laju dosis pada Film Gachromic XR-RV3 dan TLD 100 rod dengan nilai terbesar terdapat pada organ jantung bagian tengah berturut-turut yaitu 2,742±0.029 mGy/min dan 2,791±0.161 mGy/min. Perbedaan nilai laju dosis antara Film Gachromic XR-RV3 dengan TLD 100 rod berkisar antara 0,53 % sampai dengan 13,80%.

In interventional cardiology procedures patients will receive primary radiation of high intensity X-rays beam, so that dose received by the patient is relatively high. Thus, the dose distribution studies needed to see how the spread of the dose to the organs of the body, using Gachromic XR - RV3 film and TLD 100 type rod that has been placed in phantom Rando (adult women) as a replacement for a patient with parameters: average kV = 90 kV, frame rate = 15 fps, electric currents = 6.2 mA with FPD size = 15 cm x 15 cm. The distribution of the largest dose rate is at a radius of 0 cm to 5 cm from the center of the field, then dropped away at a radius of 7.5 cm and had no detectable dose rate value at radius of 10 cm. For the largest dose rate values are at the center of the field is about 6.345 ± 0.097 mGy / min. In the measurement of the dose rate in some organs at risk ( OAR ) using Gafchromic XR - RV3 film and TLD 100 rod obtained dose rate at Gachromic XR-RV3 film and TLD 100 rod with the largest value found in the central part of the heart organ ie 0.029 ± 2.742 mGy / min and 2.791 ± 0.161 mGy / min, respectively. The difference between the value of the dose rate Gachromic XR-RV3 film with TLD 100 rod ranged from 0.53% to 13.80%."
2013
S54336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Nurningsih
"Telah dilaksanakan suatu studi kuantitatif kualitas citra mammografi sebagai fungsi jarak air gap. Studi dilaksanakan pada alat mammografi General Electric Senographe 700T dengan menggunakan metoda Bernstein dan Muntz dan modifikasinya. Metode ini menggunakan Low Shield Contrast dengan memvariasikan gap pada kondisi paparan, SID (Source to Image Distance), field size (luas lapangan) dan otomatic processing yang sama. Modifikasi metode Bernstein dan Muntz menggunakan fantom mammografi PMMA dengan memvariasikan gap pada SID (Source to Image Distance), field size (luas lapangan) dan automatic processing yang sama, namun dengan kondisi paparan yang berbeda untuk masing-masing penambahan ketebalan PMMA. Didapatkan hasil bahwa dengan bertambahnya gap, S/P (Scatter to Primary ratio ) menurun, S/P untuk masing-masing gap 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm berturut-turut yaitu menurun sebesar 0.24%, 0.49%, 0.75%, 1.015%, dan 1.29%, dan kualitas citra yang diperoleh menjadi lebih baik. Penambahan ketebalan fantom menghasilkan berkurangnya kualitas citra.

A quantitative study has been done on the influence of air gap on image quality by using Bernstein and Muntz’ method and its modification. Work was accomplished on General Electrical Senographe 700T mammography unit. The method use Low Shield Contrast with variety of different gaps on same voltage, SID (Source to Image Dista nce), field size and automatic processing unit. The modification used PMMA pantom, but with the different voltage each additional thickness for different exposure. The result is that with increasing gap, S/P (Scatter to Primary ratio) decreases, S/P decreases for 1 cm, 2 cm, 3 cm, 4 cm, and 5 cm gap are 0.24%, 0.49%, 0.75%, 1.015%, and 1.29%, and the image quality increased. Image quality decreases as the PMMA thickness increased."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S29209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>