Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97201 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syamsudin A. Karim
"Kecamatan Bojongpicung Kabupaten Cianjur yang ke daerah penempatan di merupakan salah satu banyak mengirimkan transmigran luar Jawa.
Tulisan ini bertujuan ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi banyaknya penduduk yang bertransmigrasi, selain itu ingin mengetahui pemilikan tanah sawah bagi petani pemilik setelah adanya penduduk yang bertransmigrasi.
Sehubungan dengan tuju.an tersebut, masalah yang akan dibahas adalah : Wilayah mana saja di kecamatan Bojong picung yang banyak dan paling sedikit penduduk yang bertransmigrasi. Mengapa disana? Dan bagaimana pemilikan tanah sawah petani pemilik di daerah asal setelah adanya penduduk yang bertransmigrasi baik jumlah maupun luas pemilikaanya.
Untuk mengetahui faktor penyebab banyaknya penduduk yang bertransmigrasi, digunakan beberapa variabel yang dianggap berpengaruh terhadap banyaknya penduduk yang bertransmigrasi, antara lain kepadatan penduduk, ratio beban tanggungan penduduk dan pemilikan tanah sawah.
Dalam pembahasan, metode yang digunakan adalah analisa korelasi peta dan untuk memperkuat hasil korelasi peta tersebut digunakan analisa statistik, yaltu rumus koefisien kontingensi (KK)."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Febrina Siti Nurman
"Skripsi ini membahas mengenai analisis implementasi pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dengan manfaat penelitian murni. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami dan menganalisis implementasi pemungutan Pajak Reklame dan faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan field research dan studi pustaka.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelaksanaan implementasi pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur yang dilakukan oleh instansi-instansi terkait pada kenyataannya masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku, dan terdapat faktor-faktor penghambat yang menjadi kendala dalam implementasi pemungutan Pajak Reklame di Kabupaten Cianjur.

This thesis discusses the analysis of the implementation of advertising tax collection in Cianjur Regency. This study used a qualitative approach with descriptive research with the benefits of pure research. The purpose of this study is to understand and analyze the implementation of advertising tax collection and inhibiting factors in the implementation of advertising tax collection in Cianjur Regency. Data collection techniques performed by field research and study literature.
The study concluded that the implementation of the implementation of the Advertising Tax collection in Cianjur Regency conducted by relevant agencies in fact still not in accordance with the applicable rules, and there are inhibiting factors that become an obstacle to implementation of advertising tax collection in Cianjur Regency.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Widyanto
"Motif utama orang berimigrasi adalah ekonomi, dengan arus migrasi ke perkotaan, ke daerah yang tidak miskin ataupun ke tempat yang banyak menyediakan kesempatan kerja (Ravenstein, 1885). Kabupaten Tangerang merupakan daerah tujan migran. Salah satu indikasinya adalah pertambahan penduduk akibat migrasi di Kabupaten Tangerang hampir 6 kali lebih besar dibandingkan pertambahan alami (BPS: 1990). Pertambahan penduduk baik yang alami maupun migrasi pada akhirnya mempengaruhi komposisi sex ratio di suatu daerah. Dari 82 kabupaten yang ada di Jawa, sex ratio Kabupaten Tangerang adalah yang tertinggi. Selain itu, juga inerupakan salah satu dari 2 kabupaten yang sex rationya di atas 1000 (didominasi oleh laki-laki).
Sehubungan dengan itu, maka yang menjadi masalah adalah:
- Daerah mana saja yang menjadi tujuan iniran di Kabupaten Tangerang?
- Bagaimana pengaruh pertambahan penduduk terhadap komposisi sex ratio pada daerah tujuan migran di Kabupaten Tangerang?
HIPOTESIS: Daerah yang banyak menjadi tujuan migran di Kabupaten Tangerang adalah daerah perkotaan yang tidak miskin dan kesempatan kerja banyak, dimana makin banyak meƱjadi tujuan migran maka sex rationya makin tinggi.
BATASAN: Sex ratio adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki per 1000 perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Migran adalah penduduk yang masuk selama tahun 1990 dan dicatat sebagai warga Tangerang. Daerah tujuan migran ditentukan dari proporsi antara banyaknya migrasi masuk dengan migrasi keluar
ANALISIS: dilakukan dengan superimposed peta dan diperkuat dengan uji statistik. Sebagai satuan analisisnya adalah kecamatan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dizar Ramadhan Sabana
"Sekuritisasi migran/migrasi merupakan hal yang problematis. Tulisan ini akan mengkaji berbagai gugatan akademisi kritis terhadap dinamika tersebut. Tulisan ini akan mengelompokkan literatur berdasarkan tipologi Huysmans dan Squire. Mereka melihat untuk mengkaji sekuritisasi migran/migrasi secara kritis hal yang harus dipersoalkan adalah wacana, praktik, dan studi. Namun, tulisan ini hanya akan menelaah literatur yang mempersoalkan wacana dan praktik sekuritisasi migran/migrasi. Pembahasan mengenai studi akan menjadi analisis. TKA ini mengidentifikasi bila perspektif postmodern dan poststrukturalis mendominasi literatur. Selain itu, TKA ini juga melihat perspektif negara penerima yang mayoritas merupakan negara Barat mendominasi. Dengan demikian, muncul kecurigaan bahwa sekuritisasi migran/migrasi hanyalah masalah negara-negara Barat saja.

Securitization of migrants/migration is a problematic issue. This paper seeks to discuss various assessments from critical studies scholars towards securitization of migrant/migrations. This paper organizes these literatures based on a typology by Huysmans and Squire. According to their typology, discourse, practice, and knowledge must be examined to assess securitization of migrant/migration are. However, this paper would only scrutinize discourse and practice. Assessment on knowledge will be discussed in the analysis. This paper found that postmodern and poststructuralism paradigms dominate critical studies about securitization of migrant/migration. Furthermore, it is also interesting to note that host countries perspective dominates the literature. This raises a suspicion if securitization of migrant/migration is merely a problem of Western countries."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arnes Tasya Citra Anggini
"Soil transmitted helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di pedesaan. Untuk mencegah infeksi, masyarakat perlu diberikan pengetahuan mengenai STH. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan mengenai siklus hidup STH pada murid tsanawiyah di Kecamatan Pacet, Cianjur. Penelitian menggunakan desain pre-post study dengan intervensi penyuluhan kesehatan. Data diambil 10 September 2011 di Madrasah (MTs) Tsanawiyah X (total populasi), Pacet, Cianjur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai siklus hidup STH. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon.
Hasil riset menunjukkan dari 133 responden sebagian besar adalah lakilaki (54,1%), kelas 2 (41,4%), riwayat belum pernah terinfeksi (56,4%), dan riwayat orang sekitar yang pernah terinfeksi (78.9%). Sebelum penyuluhan, nilai median tingkat pengetahuan adalah 40 (0-80). Uji statistik menunjukkan delta score tidak berbeda bermakna (p>0.05) terhadap karakteristik responden. Sesudah penyuluhan, nilai median tingkat pengetahuan adalah 60 (0-100). Uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan murid mengenai morfologi dan daur hidup STH sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,001). Disimpulkan tingkat pengetahuan murid mengenai morfologi dan daur hidup STH tidak berhubungan dengan karakteristik responden tetapi dipengaruhi oleh penyuluhan.

Soil Transmitted Helmithes (STH) is a serious health problem in Indonesia especially in rural area. To prevent the infection, people should be given the knowledge about STH. This research was conducted to know the effectiveness of health education in increasing the knowledge level of STH life cycle among Madrasah Tsanawiyah (MTs) students in Pacet, Cianjur. The research design used pre-post study with the intervention of health education. The data was taken on 10 September 2011 in Madrasah Tsanawiyah X (total population), Pacet, Cianjur using questionnaire which consist of questions about STH life cycle. The data was analyzed by Wilcoxon test.
The result shows from 133 students most of them were male (51.4%), second grader (41.4%), has never been infected before (56.4%), and most of them have surrounding people who have been infected (78.9%). Before health education, the median score was 40(0-80). From the statistic test, the delta score had no association with the respondent's demographic characteristic (p>0.05). After health education, the median score was 60(0-100). Wilcoxon test shows there was a significant difference in the knowledge level of STH morphology and life cycle before and after health education (p<0.001). In summary, the knowledge level of STH morphology and life cycle did not have association with the respondent?s demographic characteristic but was influenced by health education."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asteria Puspa Kemala
"

ABSTRAK

Nama                           : Asteria Puspa Kemala

Program Studi             : Geografi

Judul                           : Daya Tahan Spasial Toko Tradisional Terhadap Toko Modern di Kabupaten Cianjur

Menjamurnya toko modern dikhawatirkan akan mematikan keberadaan toko tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya tahan toko tradisional terhadap toko modern berdasarkan usia toko, waktu pendirian toko, jarak toko dengan minimarket, dan kondisi penjualan yang dikaitkan dengan lokasi toko di pusat dan pinggiran kota. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Cianjur yang saat ini sedang berkembang sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara deskriptif komparatif dengan pendekatan keruangan. Sampel yang diambil menggunakan metode purposif sampling. Hasil penelitian ini semakin dekat jarak antara kedua toko semakin besar pengaruhnya. Di pusat kota toko tradisional yang memiliki daya tahan kuat lebih banyak daripada toko tradisional yang memiliki daya tahan lemah. Di pinggiran kota toko tradisional yang memiliki daya tahan kuat lebih banyak dari pada toko tradisional yang memiliki daya tahan lemah.

Kata kunci : toko modern, toko tradisional, jarak, waktu, daya tahan


ABSTRACT

Name                           : Asteria Puspa Kemala

Study Program            : Geography

Title                             : Spatial Resistance Of Traditional Stores Against Modern Stores In Cianjur

When modern stores are mushrooming everywhere, it’s predicted that traditional stores will out of business. This study was conducted to determine the resistance of a traditional stores to modern stores by age, period of the store, distance stores with minimarket, and conditions associated with the sale of store locations in the center and suburbs. This research was conducted in the current Cianjur as a center of trade and services. Data analysis in this study used a comparative descriptive analysis of the data with spatial approach. Samples were taken using a purposive sampling method. The results of this study conclude that the distance between one store to another is a critical factor to determining the level of the resistance. In the downtown, traditional store has strong resistance more than the traditional stores which have a weak resistance. In the suburbs, traditional stores which have a strong resistance more than the traditional stores which have a weak resistance.

Keywords: modern stores, traditional stores, period, distance, resistance

"
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nono Hartono
"Pelaksanaan program penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, dari pemerintah kepada P3A, pada awalnya didorong keinginan pemerintah untuk melaksanakan Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi (PKPI). Kebijakan tersebut dituangkan dalam Intruksi Presiden Nomor 3 tahun 1999 dan PP No 77 Tahun 2001 Tentang Irigasi. Keberhasilan pelaksanaannya sangat tergantung kepada kesiapan P3A untuk mampu dan siap menerima penyerahan kewenangan pengelolaan jaringan irigasi. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kesiapan pemerintah untuk menyerahkan kewenangan pengelolaan irigasi kepada organisasi P3A.
Pelaksanaan kebijakan ini telah mempengaruhi perubahan sosial masyarakat dalam pengelolaan irigasi. Proses pelaksaaan program PPI telah melalui berbagai tahapan kegiatan, namun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan, karena dalam pelaksanaannya masih berorientasi kepada target ketimbang proses pelaksanaan. Hal ini memperlihatkan belum adanya perubahan paradigma pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai obyek dan subyek pembangunan.
Berbagai tahapan kegiatan telah dilakukan di tingkat lokasi diawali kegiatan Profil Sosio Ekonomi Teknik dan Kelembagaan (PSETK), kegiatan ini didasarkan bahwa, pembangunan yang dalam setiap kawasan ekologi, membutuhkan solusi khusus berdasarkan data kultural dan data ekologi setempat. Karena itu, pembangunan berwawasan ekologi dilaksanakan berdasarkan kriteria pembangunan yang dihubungkan dengan setiap kasus tertentu, dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Untuk memperkuat organisasi P3A, telah ditugaskan Tenaga Pendamping Petani (TPP) yang direkruit dari kalangan LSM dan perguruan tinggi.
Walaupun bentuk organisasi instansi pemerintah telah mengalami perubahan, baik struktur, tanggung jawab maupun kewenangannya, tetapi belum diimbangi dengan adanya perubahan paradigrna, hal ini ditujukan dengan lemahnya komitmen dalam upaya mendorong penguatan posisi dan peran masyarakat dalam pengelolaan jaringan irigasi. Adanya program PPI menimbulkan rasa ketakutan dari petugas, karena merasa akan kehilangan perannya dalam pengelolaan jaringan irigasi. Kondisi tersebut menimbulkan langkah-langkah kontradiktif dengan upaya penguatan organisasi P3A, padahal komitmen aparat pemerintah sangat berpengaruh terhadap motivasi pengurus P3A dan angggotanya dalam mengembangkan organisasinya.
Sedangkan proses perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat dapat dilihat dari fungsi adaptasi sosial masyarakat dalam bentuk organisasi P3A dan kepengurusan yang mampu untuk mengorganisir sumberdaya yang ada dalam daerah itu, seperti pembiayaan operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Fungsi integrasi, mengatur pola hubungan antara unit organisasi P3A, gabungan P3A, sehingga dapat membangun solidaritas untuk mencapai tujuan bersama. Pemeliharaan pola yang tersembunyi, dalam bentuk pemeliharaan sistem, yaitu melakukan sosialisasi tentang pengurus dan aturan main organisasi (AD/ART) untuk mendorong pengurus dan anggota P3A mau melaksanakan fungsi dan tugasnya.
Atas dasar perubahan yang terjadi, secara prinsip Organisasi P3A siap menerima penyerahan pengelolaan jaringan irigasi dari pemerintah, kesiapan tersebut ditunjukan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh petani seperti; perubahan struktur organisasi P3A yang sesuai dengan tuntutan perubahan dan kebutuhan pelayanan kepada anggotanya. Bentuk struktur organisasi P3A di daerah irigasi Cihea terdiri dari; unit P3A, Gabungan P3A dan Induk P3A, sedangkan di daerah irigasi Susukan Gede hanya unit P3A dan gabungan P3A. Kesiapan lain yaitu, organisasi P3A legalitas formal telah diakui, karena di kedua daerai irigasi organisasi P3Anya telah mempunyai AD/ART P3A yang telah disahkan oleh Bupati. Perbedaan bentuk struktur tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik jaringan irigasi.
Kemampuan teknis operasi dan perneliharaan jaringan irigasi oleh P3A, telah mampu dilakukan terutama untuk kegiatan pembabatan rumput, pengangkatan sedimentasi dan penutupan saluran bor. Sedangkan untuk pengaturan air baik di Cihea maupun di Susukan Gede telah mempunyai jadwal pergiliran air sesuai hasil musyawarah. Tetapi untuk pengooperasian pintu bendung di kedua lokasi ini sementara ini masih tetap dilakukan oleh petugas pemerintah, karena apabila salah operasi akan sangat beresiko. Sedangkan sumber pembiayaan untuk pengelolaan irigasi berasal dari iuran anggota, sebesar 50 kg/ha/ musim. Tetapi hasilnya belum mampu untuk membiayai pelaksanaan operasi dan pengelolaan jaringan irigasi. Untuk itu, sumber pembiayaan dari pemerintah menjadi sangat penting untuk tetap menjaga keberlanjutan fungsi jaringan irigasi.
Untuk memperkuat pelaksanaan implementasi PPI, dalam pelaksanaannya dibentuk kelompok kerja irigasi. Unsur keanggotaanya masih didominasi oleh aparat birokrasi pemerintah yang mewakili berbagai dinas instansi pada tingkat kabupaten dan kecamatan. Sementara unsur diluar pemerintah hanya diwakili oleh beberapa orang pengurus P3A dari kedua daerah irigasi. Keberadaannya didasarkan bahwa, pengelolaan irigasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga perlu melibatkan stakeholders lain yang punya kepedulian terhadap nasib petani, karena irigasi tidak hanya dilihat dari perspektif telmis saja, melainkan juga perlu dilihat dari perspektif sosial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiata Chandra Susatyo
"Perkembangan moda transportasi kereta api di Indonesia yang sedang berkembang pada saat itu juga harus diimbangi dengan perkembangan jalur kereta api untuk menjangkau seluruh tujuan. Stasiun Lampegan adalah salah satu stasiun kereta api pertama di Indonesia yang terletak di jalur KA manggarai-Padalarang, terletak di Desa Cibokor, kecamatan Cibeber, Cianjur. Stasiun kereta api ini dibangun oleh perusahaan kereta api SS Staats Spoorwegen pada periode 1879-1882 untuk melayani perjalanan kereta api jalur Jakarta-Bogor-Sukabumi-Bandung melalui Cianjur dan sebagai stasiun penjaga Terowongan Lampegan yang berada di dekatnya. Terowongan Lampegan adalah salah satu terowongan kereta api tertua di Indonesia. Terowongan ini membelah Gunung Kencana dan memiliki panjang 686 meter dan dibangun untuk mendukung jalur kereta api rute Bogor - Sukabumi - Bandung. Kini Stasiun ini hanya melayani Kereta api Siliwangi yang melayani jalur Sukabumi-Cianjur. Bangunan stasiun Lampegan merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang berasal dari masa kolonial. Pembangunan stasiun ini dilakukan untuk mempermudah proses distribusi komoditi dan moda transportasi para buruh.

The development of railway transportation mode in Indonesia that is being developed at that time must also be balanced with the development of the railway line to reach all destinations. Lampegan station is one of the first railway station in Indonesia, located on the railway line manggarai Padalarang, located in the village of Cibokor, Cibeber subdistrict, Cianjur. The train station was built by the railway company SS Staats Spoorwegen within the period of 1879 to 1882 to serve the train route from Jakarta Bogor Sukabumi Bandung through Cianjur and serves as Lampegan tunnel guard station. Lampegan tunnel is one of the oldest railway tunnel in Indonesia. This tunnel splits Kencana Mountain and has a length of 686 meters and was built to support the railway line Bogor Sukabumi Bandung. The station now serves only Siliwangi trains serving routes Sukabumi, Cianjur. Lampegan station building is one of the heritage buildings from the colonial period. Construction of the station is done to ease the process of distribution of commodities and modes of transport."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69733
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahlan Mujtaba
"ABSTRAK
Tesis ini merupakan penelitian tentang strategi pemertahanan B dor di masyarakat Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. B dor merupakan seni pertunjukan tradisi teater yang di dalamnya terdapat ritual dan hiburan. Sebagai tradisi lisan, B dor telah berlangsung melewati lima generasi. Keberlanjutan B dor dari masa ke masa tidak lepas dari peran komunitas pendukungnya dalam melakukan strategi pemertahanan. Penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan dinamika strategi pemertahanan yang dilakukan para pelaku B dor terutama terkait dengan proses pewarisan dan sistem pengelolaan. Proses pewarisan dan sistem pengelolaan akan dikaji melalui pendekatan etnografi dengan menghimpun data kebudayaan dan keseharian masyarakat pelaku B dor. Dalam pembahasan pewarisan, penulis menggunakan teori yang dikemukakan Albert B. Lord yang membagi proses pewarisan tradisi lisan ke dalam tiga tahap: tahap penyerapan; tahap penerapan; tahap pentas di hadapan khalayak. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kekuatan pewarisan B dor berlangsung pada semua tahap itu. Dalam sistem pengelolaan, intensitas pertunjukan memengaruhi kinerja organisasi. Tanpa ada pertunjukan, kerja organisasi tidak bergerak. Untuk mengantisipasi kepunahan B dor perlu dirumuskan perencanaan strategis terkait pengembangan pertunjukan, sistem pengelolaan dan pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Kata kunci: B dor, tradisi lisan, pertunjukan, strategi pemertahanan, pewarisan, dan pengelolaan.

ABSTRACT
This thesis is a study about the survival strategies of B dor in Cibeber society, Cianjur Regency, West Java. B dor is a traditional theatre performance which contains ritual and entertainment. As an oral tradition, B dor has been through five generations. The sustainability of B dor from time to time involves the supportive community that play the role of conducting survival strategies. This study aims to show the dynamics of survival strategies conducted by B dor performers, especially those which are related to the inheritance process and management system. The inheritance process and management system were examined through ethnographic approach by collecting the data of B dor performers culture and daily life. In discussing the inheritance, the writer used Albert B. Lord s theory of the inheritance process of oral tradition which are divided into three stages absorption stage, application stage, performance stage. The results of the study show that the transmission power of B dor happened in every stage. In management system, the performance intensity influences the organization s work performance. Without any performance, the organization s work performance is not active. To avoid the extinction of B dor, strategic plans related to the performance development, management system and human resources utilization need to be formulated. Keywords B dor, oral tradition, performance, survival strategy, inheritance, and management."
2016
T47476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rheza Fabianto Sebastian
"Infeksi STH (soil-transmitted helminths) merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi tinggi yang sering ditemukan di daerah pedesaan dan pertanian di Indonesia. Penyakit ini amat banyak ditemukan terutama pada anak-anak, yang dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat. Tujuan riset ini adalah untuk mengupayakan pencegahan infeksi STH lebih lanjut dengan cara menganalisis efektivitas penyuluhan kesehatan tentang perilaku perlindungan diri terhadap infeksi STH pada murid di Madrasah X, Pacet, Cianjur. Penelitian ini dilakukan dengan desain pre-post study pada tanggal 10 September 2011 dengan cara pengisian kuisioner berisi pertanyaan tentang perilaku perlindungan diri terhadap infeksi STH kepada 49 siswa dari 3 kelas (total populasi). Data dari kuisioner diolah dengan SPSS 11.5, dimana hasilnya menunjukkan bahwa dari total populasi, responden terbanyak adalah wanita (51%) kelas tiga (28.6%) riwayat infeksi terdahulu yang positif (57.1%) dan riwayat terinfeksi dari orang-orang di sekitar yang positif (77.6%). Uji Mann-Whitney/Kruskal-Wallis membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sebelum penyuluhan kesehatan dan delta score dengan jenis kelamin (p=0.013), kelas (p=0.787), riwayat infeksi terdahulu (p=0.669), dan riwayat infeksi sekitar (p=0,048). sebelum penyuluhan kesehatan, nilai median adalah 62 (30-80) dan setelah penyuluhan kesehatan, skor median mengalami peningkatan menjadi 80 (40-100). Uji Wilcoxon membuktikan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan siswa-siswi sebelum dan sesudah penyuluhan kesehatan (p=0.00). Dapat disimpulkan bahwa penyuluhan kesehatan memiliki efek yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan siswa tentang perilaku perlindungan diri terhadap infeksi STH.

Soil-transmitted helminths (STH) infection is one of the most common and prevalent disease in Indonesia. It is most commonly found in rural areas, especially in children residing in those areas. This disease could cause growth and developmental retardation. The purpose of this research is to prevent further STH infection by means of finding out the effectiveness of health education regarding the self-protective behavior against STH infection in students in Madrasah X, Pacet, Cianjur. The design of this research was a pre-post study of which the data was taken on 10th of September 2011 by means of distributing questionnaires containing questions regarding self-protective behavior against STH infection to 49 students from 3 grades (total population). The data obtained from the questionnaires are processed with SPSS 11.5. the result shows that from the total population, most are females (51%), third grader (28.6%), positive self-infected history (57.1%) and positive surrounding infected history (77.6%). The Mann-Whitney/Kruskal-Wallis tests proved that there were no association between knowledge level before health education & delta score and gender (p=0.013), grade (p=0.787), self-infected history (p=0.0699), and surrounding infected history (p=0.048). before the health education, the median score was 62 (30-80), after health education, the median score improved to 80 (40-100). The Wilcoxon test proved that there is a significant difference between the health education and knowledge level (p=0.00). and thus it can be concluded that the health education imposed a significant effect on the knowledge level of students regarding self-protective behavior regarding STH infection."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>