Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, Naumi
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S33574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfiadi
"Analisis dilakukan dengan metode superimposed peta yang
didukunq dengan uji statistik.
Kesimpulan
Makin basah hygromenes Mohr makin tinggi produktivitas teh, namun pada tinqkat hygromenes Mohr sangat basah di lereng datar dan landai produktivitas teh menurun.
Produktivitas teh sangat tinggi terdapat pada hygromenes Mohr sangat basah di lerenq terjal dan hygromenes basah di
lereng datar dan landai
"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S33352
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S34003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ikhsan
"Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas strategis yang terus menerus-dikembangkan dengan berbagai cara dan diarahkan untuk menjadi salah satu primadona ekspor non migas. Perkembangan komoditas ini dari tahun ke tahun kelihatan cukup pesat, baik dilihat dari areal tanamannya, jumlah produksinya maupun jumlah dan nilai devisa yang dihasilkan dari ekspornya. PTP merupakan salah satu perusahaan milik negara yang menghasilkan komoditas minyak kelapa sawit yang perannya secara nasional cukup besar, di samping swasta dan perkebunan rakyat.
Peningkatan peran minyak kelapa sawit dalam perekonomian nasional tidak terlepas dari peran pemasaran. 'Pemasaran minyak kelapa sawit, sebagaimana komoditas lainnya yang dihasilkan oleh PTP, dilaksanakan secara terpusat melalui KPB. Dengan demikian terbentuk saluran pemasaran minyak kelapa sawit : dari PTP, ke KPB, baru kemudian ke perantara lainnya, atau langsung ke pemakainya. Pada suatu saluran pemasaran, terdapat berbagai aspek yang dapat menentukan berdaya guna atau tidaknya suatu saluran, salah satu aspek tersebut adalah aspek perilaku antar organisasi. Aspek perilaku antar organisasi tersebut meliputi penggunaan kekuasaan, (baik dalam bentuk kekuasaan paksaan maupun dalam bentuk kekuasaan non paksaan yang berupa kekuasaan legitimasi, kekuasaan referensi, kekuasaan keahlian kekuasaan ganjaran maupun kekuasaan informasi), terjadinya konflik, maupun dicapainya kerjasama antar organisasi. Perilaku--perilaku tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi sulit tidaknya saluran dikelola. Kesulitan pengelolaan saluran tersebut dinamakan dengan biaya transaksi.
Penelitian ini merupakan kajian atas aspek perilaku antar organisasi dan biaya transaksi yang terdapat pada saluran pemasaran minyak kelapa sawit yang dihasilkan oleh PTP. Secara khusus penelitian ini menyoroti hubungan antara berbagai aspek perilaku antar organisasi, yakni hubungan antara kekuasaan paksaan, kekuasaan non paksaan, konflik dan kerjasama yang ada dalam hubungan antara PTP dengan KPB khususnya dalam kegiatan pemasaran minyak kelapa sawit, serta hubungan perilaku-perilaku tersebut dengan biaya transaksi, yang dirumusk.an sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam mengelola transaksi penjualan minyak kelapa sawit, Kajian tersebut didasari oleh pertanyaan penelitian, adakah hubungan antara kekuasaan paksaan dengan terjadinya konflik, kekuasaan non paksaan dengan dicapainya kerjasama, serta antara perilaku antar organisasi tersebut dengan biaya transaksi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
T3141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Alfonsius Gorga S.
"Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan tingkat konsumsi minyak goreng berbasis kelapa sawit terbesar di Indonesia. Hal ini tentunya memberikan keuntungan bagi perusahaan penyedia produk minyak goreng kelapa sawit yang berada di Sumatera Utara seperti PT. X. Dalam pemenuhan permintaan minyak goreng berbasis kelapa sawit, salah satu aktivitas yang menghabiskan biaya relatif besar adalah aktivitas distribusi dan transportasi produk menuju konsumen. Pada saat ini, dalam melakukan aktivitas tersebut, PT. X tidak menggunakan pendekatan ilmiah untuk memperoleh rute distribusi yang optimal untuk meminimalkan total biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas distribusi dan transportasi. Padahal, jumlah serta permintaan dari konsumen PT.X sangat banyak dan sering berubah. Hal ini berdampak kepada peningkatan kompleksitas aktivitas distribusi dan transportasi PT. X sehingga memerlukan pendekatan khusus untuk penyelesaiannya. Pada kasus ini, model optimasi dibangun dengan menggunakan metode pendekatan Vehicle Routing Problem (VRP) sebagai salah satu cabang dari operasi riset serta algoritma Simulated Annealing sebagai salah satu algoritma metaheuristik. Hasil dari model optimasi dapat menurunkan rata rata jarak tempuh perusahaan yang lebih lanjut dapat berdampak pada pengurangan biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas distribusi dan transportasi. Selain itu model ini juga memberikan peluang bagi perusahaan untuk melakukan pengurangan jumlah kendaraan pendukung aktivitas distribusi dan transportasi PT.X

North Sumatra is one of the provinces with the largest consumption of palm-based cooking oil in Indonesia. This certainly provides benefits for the companies that provide palm-based cooking oil products in North Sumatra such as PT. X. In process to fuilfill the demand for palm-based cooking oil, one of the activities that costs a relatively huge amount of money is the distribution and transportation of the products to consumers. At this time, in carrying out these activities, PT. X does not use a scientific approach to obtain an optimal distribution routes to minimize the total costs ocurred in distribution and transportation activities. Furthermore, the number and demand from PT.X consumers are numerous and change frequently. This result to increase the complexity of distribution and transportation activities of PT. X thus requires a special approach to its solution. In this case, the optimization model is built using the Vehicle Routing Problem (VRP) approach as a branch of research operations and the Simulated Annealing algorithm as a metaheuristic algorithm. The results of the optimization model will reduce the company's average mileage which can further have an impact on reducing costs ocurred for distribution and transportation activities. In addition, this model also provides opportunities for companies to reduce the number of vehicles supporting PT.X distribution and transportation activities."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Nur Rofiq
"Perkebunan kelapa sawit menjadi komuditas utama pertanian di Indonesia selama tiga dekade terakhir. Indonesia sebagai negara yang berada di garis katulistiwa dengan 147 juta hektar area hutan mempunyai potensi besar dalam pembangunan perkebunan kelapa sawit sebagai senjata dalam meningkatkan pendapatan per kapita terutama di daerah pedesaan. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa perkebunan kelapa sawit memberi dampak negatif, terutama terhadap isu lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati.
Studi ini dilakukan dalam rangka untuk memahami pengaruh dari perkebunan kelapa sawit dan produktivitasnya terhadap pendapatan perkapita di tingkat daerah dan tingkat nasional di Indonesia. Studi ini menggunakan data panel pada tingkat propinsi yang terdiri dari 23 propinsi di Indonesia menggunakan data tahunan dalam rentang waktu 9 tahun dari tahun 2003 sampai dengan 2011. Tingkat wilayah dibagi menjadi 5 berdasar atas kesamaan lokasi propinsi-propinsi pada pulau yang sama di Indonesia.
Hasil menunjukkan bahwa perkebunan kelapa sawit tidak secara nyata mempengaruhi pendapatan perkapita di Indonesia. Di tingkat wilayah, perkebunan kelapa sawit memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan perkapita dengan hubungan yang bertolak belakang dan pengaruh ini terlihat di semua wilayah. Produktivitas kelapa sawit memberi pengaruh yang nyata terhadap pendapatan per kapita di tingkat nasional dengan hubungan yang positif. Namun demikian, produktivitas kelapa sawit tidak menunjukkan memberi pengaruh yang nyata di masing-masing wilayah di Indonesia. Berdasar pada hasil tersebut, studi ini menyimpulkan bahwa perluasan perkebunan kelapa sawit tidak memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan perkapita. Peningkatan produktivitas kelapa sawit menjadi cara yang lebih memungkinkan dalam meningkatkan pendapatan per kapita di Indonesia.

Oil palm plantation was becoming the mainstay of agricultural commodities in Indonesia since last three decades. Indonesia as an equatorial country with 147 million hectares of forest area has a great potential in the development of oil palm plantations as a weapon in increasing per capita income especially in rural areas. However, it cannot be denied that expansions of oil palm plantations bring negative effects, especially in relation with environmental issues and conservation of biodiversity.
This study conducted in order to understand the effects of oil palm plantation and oil palm productivity on per capita income in the region and national level in Indonesia. This study uses panel data at provincial level which consists of 23 provinces in Indonesia in the vulnerable period of 9 years from 2003 to 2011 in annually data. The region level is divided in 5 based on the similarity of provincial location in same island in Indonesia.
The results showed that oil palm plantation did not significant in effect the per capita income in Indonesia. In region level, oil palm plantations gave significant effect on per capita income in the opposite relationship and this effect was represented by all across regions. Oil palm productivity is significant in effected on per capita income at national level with positive relationship. However, oil palm productivity did not give significant effect in representation across regions in Indonesia. According to these results, this study concludes that expansion of oil palm plantations do not significant in increasing per capita income. Increasing of oil palm productivity becomes more reasonable way in increasing per capita income in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T39024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Naryati
"Menghadapi era globalisasi serta kondisi bisnis yang semakin majemuk,
semakin disadari bahwa pengelolaan sumberdaya manusia menempati posisi
penting dalam kegiatan organisasi. Pengamatan terhadap kondisi tenaga kerja yang
ada di Indonesia, memberikan gambaran yang memprihatinkan. Hanya sedikit
tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualitas intelektuai dan kecakapan memadai
untuk bersaing di dunia intemasional. Sementara itu, sejak tahun 1997 Indonesia
mengalami masalah-masalah poiitik, sosial dan khususnya ekonomi, yang belum
dapat teratasi.
Dengan gambaran seperti di atas, Indonesia dewasa ini memerlukan suatu
konsep atau teori tentang kinerja dan motivasi kerja yang tepat untuk diterapkan,
agar sumber daya manusia di Indonesia mampu mengejar ketinggalannya dari
negara-negara maju dan mempersiapkan diri menghadapi era pasar bebas. Konsep
pengelolaan kinerja dan Kanungo & Mendonca (1994) yang dibuat khusus untuk
kondisi di negara sedang bemembang dapat menjadi suatu alternatif. Menurut
konsep ini perilaku pekerja dipengaruhi oleh motivasinya untuk menampilkan kinerja
tertentu, kecakapannya melakukan pekerjaan yang dituntut dan sistem pendukung
dari organisasi. Dalam hal ini Kanungo & Mendonca menekankan pentingnya
melihat aspek-aspek sosial-budaya dari Iingkungan asal pekerja yang
mempengaruhi motivasi kerjanya.
Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bidang usaha yang berprospek
baik untuk meningkatkan penghasilan negara, sekaligus dapat menyerap cukup
banyak tenaga kerja dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji kesesuaian konsep pengelolaan kinerja di negara sedang
berkembang dan Kanungo dengan kondisi empirik di Indonesia, khususnya di
perkebunan kelapa sawit di Sumatera.
Secara teoritik penelitian ini dapat mengkonfirmasikan kesesuaian konsep
pengelolaan kinerja dari Kanungo untuk diterapkan pada kondisi di Indonesia,
khususnya di perkebunan kelapa sawit di Sumatera. Disamping itu dapat
melengkapi informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja,
khususnya di negara sedang berkembang."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnan Alhabsyi
"ABSTRAK
Iklim merupakan unsur Geografis yang paling penting
dalam mempengaruhi kehidupan manusia. Sangat pentingnya
kedudukan iklim itu atas dasar kenyataan bahwa manusia
tidak bisa menghindarkan diri dari pengaruhnya dan tidak
bisa pula mengendalikannya (Sandy, 1985) . Dalam banyak
hal, pengaruh iklim sangat besar bagi kehidupan manusia,
kegiatan dibidang pertanian merupakan kegiatan manusia
yang sangat dipengaruhi oleh iklim (Sandy, 1987) .
Khusus untuk perkebunan lada (Piper nigrum L.) yang
merupakan penyuplai utama bagi industri makanan, industri
obat-obatan industri kosmetik dan keperluan rumah tangga,
haruslah diusahakan perkembangannya dengan meraanfaatkan
sumber daya yang ada. Beberapa hal yang perlu mendapatkan
perhatian dalam bidang perkebunan lada adalah faktor
klimatologis, khususnya curah hujan dan kelembaban udara.
Disamping itu faktor fisik seperti ketinggian, lereng serta jenis tanah perlu diperhatikan. (Tanaman rempah dan
obat, Dinas Perkebunan Propinsi Lampung).
Penelitian ini hendak mengungkapkan pengaruh unsurunsur
iklim terhadap produktifitas tanaman lada di
Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Barat. Sehubungan
dengan tujuan penulisan diatas, maka masalah yang dikemukakan
adalah : Bagaimana pengaruh unsur-unsur iklim
terhadap produktifitas tanaman lada di kabupaten Lampung
Utara dan Lampung Barat ?.
Sebagai jawaban sementara diperkirakan akan terjadi
hal-hal sebagai berikut :
Produktifitas lada akan tinggi pada wilayah dengan
curah hujan yang tinggi dan kelembaban udara sedang
(moderat).
Beberapa batasan yang dipakai adalah sebagai
berikut :
- Pengkajian pengaruh iklim terhadap tanaman lada hanya
meliputi rata-rata curah hujan dalam bulanan (1983 -
1992) dan kelembaban udara bulanan (1986 - 1992) .
- Produktifitas lada adalah lada yang dihasilkan dalam
satuan kwintal perhektar. Data produktifitas lada
meliputi periode 1983 - 1992 perkecamatan di Kabupaten
Lampung Utara dan Lampung Barat.
- Perkebunan lada yang dibahas dalam penelitian ini adalah perkebunan lada rakyat.
- Masa pertumbuhan lada yaitu suatu masa dimana
pertumbuhan lada mulai mengeluarkan malai bunga
sempurna (tanaman lada telah berusia lebih dari 2
tahun) sampai buah lada siap panen (masak). Masa per
tumbuhan lada ini berlangsung dari bulan Desember
(musim bunga) sampai bulan Agustus (musim panen) setiap
tahunnya.
- Varitas lada yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
varitas lada yang paling dominan ditanam di Kabupaten
Lampung Utara dan Lampung Barat yaitu jenis Belantung.
Analisa yang dilakukan meliputi ;
1. Metode Korelasi Peta
2. Analisa Statistik (Program Paket Statistik Microstat),
terdiri dari : Scatter Plot, Korelasi Matriks dan
Analisa Regresi.
Dari hasil analisa peta dan statistik didapatkan
bahwa : Produktifitas tanaman lada akan tinggi pada
wilayah dengan curah hujan tinggi dan kelembaban udara
yang rendah, tetapi pada batas curah hujan lebih dari
2300 mm selama musim tanam produktifitas tanaman lada
menurun."
1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Fitria
"Pada kegiatan Pabrik Kelapa Sawit (PKS), air merupakan bahan penolong yang sangat penting, yaitu sebagai air umpan boiler untuk pembangkit tenaga dan untuk air pengolahan (Naibaho, 1996:24). Keperluan PKS akan air sesuai dengan angka kerja pengolahan pada Standarisasi Ditjen Perkebunan (1997:4), adalah sebesar 1,2 - 1,5 m3 per ton tandan buah segar (TBS) yang diolah. Dari jumlah penggunaan air untuk kegiatan PKS sesuai angka kerja pengolahan pada Standarisasi Ditjen Perkebunan dan memperhatikan penggunaan air sesuai dengan angka pengolahan yang dikeluarkan Naibaho (1996:154) dan H-Kittikun (2000:7), yaitu; 1,1 - 1,2 m3/ton TBS diolah, serta data realisasi penggunaan air dari 11 PKS di Sumatera Utara, pada kisaran 1,20 - 2.16 m3/ton TBS diolah, maka keadaan ini memperlihatkan adanya indikasi penggunaan air yang tidak terkendali dan inefisien. Selain itu yang tak kalah pentingnya, mengingat bahwa air buangan PKS menjadi tercemar (BOD berkisar 20.000 - 30.000 ppm), dengan debit 0,44 - 1,18 m3 / ton TBS diolah (H-Kittikun, 2000:5), maka bila air yang digunakan tidak efisien, potensi air buangan mencemari air tanah dan air permukaan akan menjadi lebih besar. Keadaan tersebuttentu bukan masalah yang penting, bila suplai air di muka bumi ini dalam keadaan melimpah dan seimbang.
Dengan memperhatikan hal di atas, serta untuk: 1) menyikapi kecenderungan global (dengan komponen globalisasi produksi, keuangan, perdagangan, dan teknologi) yang mengakibatkan lahirnya global consumers dengan salah satu cirinya perlu adanya kepedulian terhadap lingkungan, sehingga berimplikasi bahwa pertimbangan produk yang perduli terhadap lingkungan (menjadi global) (Salim, 1995:15-17); 2) memenuhi program pengembangan agrobisnis dalam UU No. 25 Th. 2000 (PROPENAS) yaitu, berupa terpeliharanya sistem sumberdaya alam dan lingkungan, serta keberlanjutan pembangunan ekonomi untuk mengantisipasi trade barrier dalam sistem perdagangan global; 3) mempermudah pencapaian persyaratan debit beban pencemaran untuk PKS (dari 6 m3/ton produksi menjadi 2,5 m3/ton produksi) pada tahun 2000, sesuai lampiran A. IV dan lampiran B. IV, tentang Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Minyak Sawit, Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP-51/MENLH/10/1995, tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, maka pengelolaan sumberdaya air di PKS harus dilakukan dengan prinsip yang bersifat global dalam suatu tindakan lokal (think globally, act locally), yaitu secara proaktif untuk memenuhi sasaran agar pembangunan ekonomi tetap berlanjut.
Dalam ringkasan Agenda 21 Indonesia (1997:54), salah satu alternatif pengelolaan lingkungan yang disarankan untuk mencapai sasaran tersebut adalah menerapkan prinsip Pencegahan Pencemaran (Pollution Prevention). Dari pengamatan lapangan, penerapan prinsip pencegahan pencemaran (P2) seperti pengurangan dari sumber (source reduction) limbah cair pada PKS antara lain dapat dilakukan dengan menekan penggunaan air berlebih, melalui pengaturan kondisi proses produksi sesuai dengan prosedur standar operasi (SOP). Alternatif daur ulang sebagaimana yang direkomendasikan dalam buku panduan Teknologi Pengendalian Dampak Lingkungan Industri Minyak Kelapa Sawit (BAPEDAL, 1988:65), yang pertama adalah pemanfaatan kembali atau recycle air dari fat-pit (kolam pengutip minyak) untuk kebutuhan pengepresan, atau pemanfaatan kembali air kondensat rebusan sebagai air pengencer unit press (Tobing, 2000:4-5), sedangkan yang kedua adalah pemanfaatan kembali air pendingin turbin. Selain itu dari hasil pengamatan di PKS, memanfaatkan kembali air kondensasi sisa uap pemanas adalah sesuatu yang perlu dilakukan.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang menggambarkan penerapan prisip P2 dalam penggunaan sumberdaya air di PKS dan mengetahui manfaat ekonomis dan lingkungan dari penerapannya. Secara khusus penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui rancang penerapan prinsip P2 yang meliputi source reduction dan pemanfaatan kembali (recovery dan recycle) pada kegiatan PKS SMK; 2) Mengetahui besar penurunan penggunaan air, dan penurunan debit limbah cair di PKS SMK dari masing rancang penerapan prinsip P2; 3) Mengetahui kelayakan ekonomis dan prediksi dampak terhadap lingkungan dan sosial, dari rancang penerapan prinsip P2 dalam penggunaan sumberdaya air di PKS SMK.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang didukung oleh penelitian terapan dengan metode eksperimen. Jenis data untuk penelitian ini adalah data sekunder dan primer, meliputi operasional PKS, penggunaan air, produksi, biaya, peraturan-peraturan pemerintah dan standarisasi yang terkait dengan ketentuan pelaksanaan kegiatan PKS, serta data lain yang erat hubungannya dengan materi penelitian. Penelitian dilakukan di PKS Sei Mangkei, Kecamatan Bosar Malinggas, Kabupataen Simalungun, Propinsi Sumatera Utara, dilaksanakan dari bulan januari sampai dengan Juni 2002.
Kerangka analisis penelitian dilaksanakan menurut tahapan: Langkah pertama, mengidentifikasi kuantitas dan kualitas penggunaan air dan debit limbah cair PKS. Langkah kedua, mencermati potensi penerapan prinsip P2 dengan mengetahui jumlah penurunan penggunaan air pengolahan dan debit limbah cair PKS. Langkah ketiga, mengetahui dampak ekonomis dan prediksi dampak lingkungan dan sosial dengan penerapan prinsip P2 tersebut. Analisis dilkukan dengan cara analisis matematis, tabel, statistik SPSS, dan analisis kelayakan finansial Microsoft Excel 2000.
Dari hasil analisis dan pembahasan dalam tesis ini, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan: 1) Rancangan penerapan prinsip P2 yang diusulkan untuk diterima adalah source reduction dengan pengaturan kondisi proses produksi, yaitu dengan mengatur tekanan boiler pada tekanan optimal; penggunaan kembali (recovery) air kondensat rebusan untuk air pengencer press dan waste vibro, dan penggunaan kembali (recycle) air pendingin turbin, air pendingin LSS (LSS Cooler); 2) Terjadi penurunan penggunaan air 10 -39 % dan penurunan debit limbah cair high pollutant berkisar antara 26 - 39%, debit limbah cair low pollutant 100%, bila PKS SMK menerapkan masing-masing rancang penerapan prinsip P2 yang diusulkan. 3) Hasil analisis kelayakan ekonomis dan prediksi dampak terhadap lingkungan dan sosial, dari rancang penerapan prinsip P2 dalam penggunaan sumberdaya air di PKS SMK, menunjukkan; a) diperoleh keuntungan berkisar antara enam puluh lima juta seratus lima puluh dua ribu empat ratus dua puluh dua rupiah sampai dua ratus empat puluh satu juta dua puluh lima ribu sembilan ratus lima puluh rupiah per tahun (menurut nilai tahun 2001 - 2002), bila PKS SMK menerapkan masing-masing rancang penerapan prinsip P2 yang diusulkan, serta manfaat marjinal (marginal benefit); b) Aspek pengurangan penggunaan air atau peningkatan efisiensi penggunaan air (EPA), dan penurunan debit limbah cair hingga di bawah ambang batas yang diijinkan, akan berdampak pada konservasi sumberdaya air dan menurunkan tingkat pencemaran. Penghematan biaya air dan biaya instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang diperoleh dari penerapan prinsip P2 akan dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan sosial pendapatan karyawan PKS.
Saran dari hasil penelitian ini adalah: 1) Mengingat penerapan prinsip P2 bukan suatu keharusan, tetapi hanya bersifat sukarela, maka pihak pengusaha (top management), dituntut memiliki komitmen dan peran yang tinggi untuk mengubah budaya dan etika bisnis perusahaan, serta menggalang dukungan penuh dari karyawan agar penerapan prinsip ini dapat mencapai sasaran. Dukungan tersebut akan menjadi nyata bila pihak pengusaha mau memasukkan biaya lingkungan menjadi bagian langsung dari komponen biaya produksi; 2) Pemerintah dan badan yang terkait diharapkan dapat meningkatkan penegakkan peraturan dan perundang-undangan lingkungan dengan; a) meningkatkan peran pengawasan dan pengendalian emisi, b) menetapkan kriteria standarisasi penggunaan sumberdaya alam yang lebih mengikat dan diterapkan, c) memasukkan nilai insentif, menaikkan pajak pengambilan dan pemanfaatan air, serta memberlakukan retribusi bagi setiap pembuangan limbah cair agar sifat sukarela seperti penerapan prinsip P2 lebih menarik dan memiliki arti; 3) Untuk lebih bisa mendapalkan hasil yang lebih nyata, diharapkan hasil rancang bangun (disain) penerapan prinsip P2 yang diusulkan dapat diuji coba, serta perlu ada suatu penelitian lebih lanjut dari beberapa hal yang membutuhkan jawaban yang lebih teknis dan spesifik dari penelitian ini.

In Palm Oil Mill (POM), water is essential supporting material, such as feed water for the power generator boiler and the water processing (Naibaho, 1996:24). The requirement of water in POM, according to the number of processing in the Standardization of Dirjen Perkebunan (1997:4 of 26), is approximately 1.2-1.5 m3 per ton of processed Fresh Fruit Bunch (FFB). Based on the data: (1) the total amount of water utilization in POP corresponding to number of processing in the Standardization of Dirjen Perkebunan; (2) the water utilization based on number of processing by Naibaho (1996:154) and H-Kittikun (2000:7), that is 1.1-1.2 m3/ton of processed FFB; (3) the data of actual water utilization of 11 POP in North Sumatera, is about 1.20-2.16 m3/ton of processed FEB; It is clear that these situations show the indication of uncontrollable and inefficient water utilization. Moreover, considering that POM is waste water could be pollution source (BOD is about 20,000-30,000 ppm) with water debit of 0.44-1.18 m3/ton processed FFB (H-Kittikun, 2000:5), the potential of waste water polluting the underground and the surface water becomes greater if the water is used inefficiently. Such condition will not be so crucial, if the water resources are unlimited and at equilibrium.
Based on the case mentioned before, and to: (1) pay heed to global trend ( with components of globalization production, finance, commerce and technology) which leads to the emerging of global consumers with one of its character is the environmental awareness. It's implication is the consideration of environment friendly products (has become global) (Salim, 1995:15-17); (2) implement the agro business development program in UU No. 25 Th. 2000 (PROPENAS) which protects the natural resources and environmental system, and the continuity of the economic development to anticipate the trade barrier in global trading/commerce system; (3) to facilitate the achievement of the required pollution load in POM (from 6 m3lton production to 2.5 m3/ton production) in the year 2000, according to appendix A. IV and appendix B. IV, concerning The Liquid Waste Standard for Palm Oil Industry, Letter of Decision from The Minister of The Environment No. Kep-51/MENLH/10/1995 concerning The Liquid Waste Standard for Industry Activities, therefore the management of POM water resources should be done with the global principles of spirit applied in local measures (Think Globally, Act Locally). This kind of management is a proactive way to meet the purposes sustainable economic development
In The Agenda 21 summary (1997:54), one of the alternatives in environmental management suggested to achieve the purposes mentioned before is to use the Pollution Prevention Principle (P2). Based on the field study, the application of the Principle (P2), such as source reduction of liquid waste in POP could be done by reducing the over usage of water, through controlling the conditions of production process according to Standard Operating Procedure (SOP). The recycling alternative recommended in A Guide Book of Controlling Technology of Environment Impact in Palm Oil Industries (BAPEDAL, 1988:65) is, firstly, to reuse to recycle the water from 'fat-pit' (the oil collecting pool) for pressing process, or to reuse the condensed water as dilution water for pressing process (Tobing, 2000:4-5), and, secondly, to reuse the turbine cooling water. In addition, from the observation in POM, the reuse of condensate water from heating steam is advisable.
Generally, this study aims to obtain the information describing the implementation of P2 principle in the use the water resources in POM and to know the economic and environmental advantages of the implementation. Particularly, this study aims to:
1. Know the implementation design of P2 principle including source reduction, recovery and recycle in POM SMK activities.
2. Know the reduction of water consumption, and the amount of the liquid waste reduction in POM SMK from each implementation design of P2 principle.
3. Know the economical feasibility and prediction of environment and social impact of P2 principle implementation design impact in the use of water resources in POM SMK.
The research is a descriptive one supported by applied research using experimental method. The data of this research are secondary and primary data, including POM operation, water consumption, production, cost, government laws and standardization related to POM activities implementation procedures, and also other related data. This study was performed in Sei Mangkei POM, Kec. Bosar Malinggas, Kabupaten Simalungun, North Sumatera. The duration of this study was in January - June 2002.
The research analysis framework was performed in several steps: first, identifying the quality and the quantity of water consumption and the amount of POM liquid waste; second, observing the possibility of P2 Principle implementation and identifying the decrease of water consumption and POM liquid waste; third, identifying the economic impact and prediction of environmental and social impact by implementing The P2 Principle. The analysis was carried out by math analysis, tables, SPSS software, and financial feasibility analysis by Microsoft Excel 2000.
The conclusions of this research are: (1) The P2 Principle Implementation design suggested to be adopted is source reduction by controlling production process conditions, that is controlling the boiler pressure at its optimum condition, recovery of condensate water for dilution water of pressing process and waste vibro, and also reuse the turbine cooling water, LSS cooling water (LSS cooler); (2) The reduction of water consumption is approximately 10-39%, of high polluted liquid waste debit is approximately 26-39%, and of low polluted liquid waste debit is 100%, if SMK POM adopts all the suggested P2 Principles Implementation design; (3) The economic feasibility analysis and the prediction of the environmental and social impact of the P2 Principle implemented design in water resources utilization at SMK POM indicate: (a) profit around Rp.65,152.422-Rp.241,025,9501year (2001- 2002 value), if SMK POM adopts all the suggested P2 Principle Implementation and the marginal benefit; (b) the aspect of decreasing the water consumption or increasing the efficiency of water consumption, and decreasing the amount of liquid waste under the permitted limit, would have impact on the water resources conservation and lower the pollution level. The efficiency of water and Waste Water Treatment Plant (WVVTP) cost resulted from implementing The P2 Principle would increase the company profit and the PKS employees' income.
The suggestion of this study are; (1) Realizing that the implementation of The P2 Principle is not a must, but voluntary, the top management of the company, therefore, should have strong commitment and take part in changing the culture and ethics of the company business, and together with full support of employees so that the implementation of this principle could reach its goals. Such support would become real if the company have the willingness to put the environmental cost as direct component of the production cost; (2) The government as well as other related institutions are expected to increase the role of the environmental regulations by: (a) improving the role and implementation of emission supervision and control; (b) setting standard criteria of natural resources utilization which is more restricted and must be applied; (c) providing incentives, raising the water consumption taxes and applying the waste water retribution, so that the voluntary nature of implementing The P2 Principle is more attractive and worthy; (3) To gain more significant benefit, the design of The P2 Principle implementation should be tested and other follow-up research is required to produce more technical and specific aspects.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11030
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Balindo Dharma Bakti Samuel
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai cara utilisasi lahan pada perkebunan rakyat di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara dengan menggunakan pendekatan linear programming. Masalah utilisasi lahan ini dikaji karena ditemukan bahwa terjadi alih fungsi lahan dari pertanian menjadi perkebunan kelapa sawit. Alih fungsi lahan ini akan mengakibatkan penduduk yang berprofesi sebagai petani kehilangan pekerjaannya. Pada kebun kelapa sawit, terdapat area kosong akibat jarak penanaman tanaman kelapa sawit itu sendiri. Area ini dapat digunakan sebagai tempat penanaman tanaman sekunder. Tanaman hortikultura dipilih sebagai tanamans sekunder karena harga dan produktivitas yang tinggi. Untuk mengetahui tanaman mana yang sebaiknya ditanam, dilakukan optimalisasi dengan menggunakan linear programming dengan memperhitungkan produktivitas dan biaya dari masing-masing tanaman yang dipilih. Dari tanaman hortikultura yang dioptimalisasi, cabai rawit dan kacang panjang dipilih menjadi tanaman sekunder yang sebaiknya ditanam.

ABSTRACT
This study focuses on how to determine secondary plants at people rsquo s people rsquo s oil palm plantation at Langkat City North Sumatra province of Indonesia using linear programming approach. This research is motivated by the fact that there is a change of land use in Langkat, from paddy field to oil palm plantation. The change has caused job loss in the agriculture sector. In the oil palm plantation, there are empty spaces caused by the nature of oil palm plantation itself. These spaces could be used for planting secondary plants, such as horticulture plants, which have competitive prices and high productivities. We use liner programming model to formulate the problem of selecting horticulture plants to cultivate in the empty space of people rsquo s oil plam plantation. The model is solved using MS Excel Solver, and the results show that cayenne pepper cabai rawit and long bean kacang panjang are selected as the optimum secondary plants to be cultivated as it results in highest profit."
2017
S68939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>