Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174040 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1997
S33619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cities are developing in to a gigantic human settlement. They represent serious sub-regional gaps in economic and welfare. This article reviews the consequences of over-urbanoization. ..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Tri Budianto
"The decrease of rice-field area is one of causes of decreasing rice production in Indonesia. Physical development in many sectors has been converting rice field area into others such as industry, high ways, settlement and other agricultural areas. Because of limited possibility to extent rice field area, one of the efforts of increasing rice production is to implement intensification program.
Rice paddy intensification program relates to "green revolution". Reaching success in 1984 indicated by rice self sufficiency in the year of 1984. This modernization is considered of new rice farming technology application, which is popular by the term of Panca Usaha Tani (Pranadji, 1993). Five elements of Panca Usaha Tani are well soil preparation, prime seed, irrigation sufficient and regular, optimal application of fertilizer and pesticide.
Karawang is one regency in West Java Province that considered as one of national rice producing areas. This region is strategic, because it is relatively flat and located in the area of Jatiluhur irrigation. These are the reasons of Karawang chosen as a model of rice paddy intensification program.
The research title is "Pemodelan Indeks Tingkat Keberhasilan Intensifikasi Sawah di Kabupaten Karawang MT 1998/1999 dan MT 1999". The objective of the research is to determine successfulness index of rice paddy intensification in Karawang Regency. The index is based on qualification of existing soil quality, efforts conducted, and rice production. By comparing each index of each kecamatan, it can be seen level of successfulness of the kecamatan in implementing intensification program, and it can be identified what factors must be improved in order to increase rice production in those kecamatan.
The research questions are (1) Where is the highest and lowest of successfulness index in Karawang on growing season of the year 1998/1999 and 1999? and (2) How is the consistence of the index?
The research method employed is GIS, using overlay, classification and scoring techniques with kecamatan as analytical unit.
The results indicate that the highest indeces are in the southern part of Kabupaten Karawang, especially in the area of "excellent" and "poor" soil quality. Those are Kecamatan Cikampek and Telukjambe. The lowest indices are in the Northern and central of Karawang Regency, particularly on the "excellent" soil quality, Those are Kecamatan Tirtajaya and Rengasdengklok.
The results also indicate that the values of indices are consistence in measuring the level of successfulness in rice paddy intensification program in Karawang Regency in growing season of the year 1998/1999 and 1999.
"
Depok: Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T1112
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuardi Mahdan
"ABSTRAK
Tingkat kemiskinan masyarakat pada suatu wilayah bisa berbeda
ukurannya dan banyak sekali para ahli menilainya, antara
lain, Sayogyo menilai dengan kebutuhan konsumsi beras
orang per tahun; Direktorat Tata Guna Tanah Ditjen Agraria
Dept. Dalam Negeri menilai kebutuhan hidup minimum dengan
sembilan bahan pokok; Bank Dunia menilai dengan rupiahnya
besarnya pengeluaran konsumsi orang pertahun. Oleh karena
banyak pengertian miskin tersebut, penulis mencoba menetapkan
pengertian miskin yaitu, mereka yang sebagian besar hidupnya
tergantung dari sektor pertanian yang pengelolaannya
masih sederhana, tingkat pendidikan yang rendah, memiliki
tanah sawah yang sempit, kondisi bangunan rumah yang tidak
permanen, membayar pajak kurang dari target, produktivitas
padi sawah rendah, tidak memiliki tanah (sebagai penggarap
atau buruh tani) dan beban tanggungan penduduk yang tidak
produktif tinggi sekali.
Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah: 1. Dimana
daerah miskin di kabupaten Karawang seperti yang dimaksud
pada pengertian diatas ? ; 2. Bagaimana pola penggunaan
tanah didaerah miskin tersebut ? ; 3. Bagaimana kepadatan
penduduk didaerah miskin tersebut ?.
Untuk menjawab pertanyaan pertama diatas, pendekatan yang
dilakukan yaitu masing-masing indikator (ada S indikator)
diberi nilai dari nilal kurang sampai dengan nilai balk,
1, 2 dan 3. Setelah itu kedelapan indikator tersebut dijumlahkan
dan kemudian diklasifikasikan pengertian miskin
tersebut yaitu, Daerah Miskin dengan jtimlah nilai antara 8
sampai dengan 13; Daerah Agak Miskin dengan nilai 14 sampai
dengan 19; dan Daerah Tidak Miskin dengan jumlah nilai an
tara 20 sampai dengan 24.
Daerah miskin dikabupaten Karawang dibedakan atas letak
wilayahnya yaitu, letaknya dibagian utara berbatasan de
ngan laut; ditengah merupakan dataran rendah dan pusat lalu
lint as dan dibagian selatan merupakan daerah perbukitan.
Pola penggunaan tanah diketiga letak tersebut mempunyai ciri
masing-masing yaitu, penggunaan tanah di utara yaitu
tambak dan hutan bakau; penggunaan tanah di tengah yaitu
pemukiman sedarigkan penggunaan di selatan yaitu penggunaan
tanah ladang/tegalan (pertanian tanah kering)
Kepadatan penduduk diketiga letak tersebut juga berbeda
yaitu, kepadatan penduduk dibagian utara yaitu kepadatan
rendah dan sedang; kepadatan penduduk dibagian tengah ya
itu kepadatan tinggi sedangkan kepadatan penduduk di bagian
selatan yaitu kepadatan rendah dan sedang."
1985
S33254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Marinda Montain
"Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun kegiatan pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat. Pada pelaksanaannya menemui hambatan antara lain: kuatitas dari PTP yang kurang memadai, belum terealisirnya PTP sebagai input perencanaan kesehatan Dinas Kesehatan (Din.Kes) Dati II, belum terjawabnya masalah-masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dengan adanya PTP, kurangnya pembinaan PTP oleh Dinas Kesehatan Dati II.
Penelitian ini bertujuan menganalisis aplikasi Perencanaan Tingkat Puskesmas pada tiga Puskesmas di Kabupaten Karawang, dengan menggunakan pendekatan sistem dan dibahas dengan analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threats).
Menggunakan metode kualitatif dengan unit analisis Kepala Puskesmas, staf Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan Dati II Karawang, Kepala Seksi Din.Kes Dati II Karawang, Staf Urusan Perencanaan dan Informasi Din.Kes Dati II Karawang, Camat, dan Petugas Penyuluh Lapangan KeIuarga Berencana Teknik pengumpulan data wawancara mendalam, diskusi kelompok dan kajian dokumen. Penelitian dilakukan secara deskripsi analitik untuk menjawab permasalahan dalam penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas dengan pendekatan sistem dan dibahas dengan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan pedoman PTP yang digunakan masih mengacu pada pedoman PTP "Micro Planning" tahun 1986 dan belum mengacu pada pedoman PTP tahun 1993. Kurangnya komitmen Kepala Puskesmas dan Din.Kes Dati II dalam mendukung PTP. Dukungan lintas sektor untuk berpartisipasi dalam kegiatan Puskesmas masih terbatas. Tidak adanya jadwal tertulis dan menyeluruh pada awal tahun anggaran dari Din.Kes Dati II mengenai pengelolaan PTP selanjutnya dan program-program yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas. PTP sulit untuk menyelesaikan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas, bila dikaitkan dengan target yang terlalu tinggi. Tidak adanya pengaruh kebijakan PTP yang sejalan dengan Peraturan Mendagri No. 9 tahun 1982 sebagai kontrol dari pelaksanaan PTP di Puskesmas maupun pengelolaannya di Din.Kes Dati II.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, dapat dikemukakan beberapa saran, antara lain: perlunya suatu evaluasi dari hasil pelatihan pada tahun-tahun berikutnya, adanya informasi jadwal pengelolaan PTP selanjutnya di Din.Kes Dati II, perlunya komunikasi yang lebih aktif antara Puskesmas dengan Din.Kes Dati II dan antara Kepala Seksi dengan Urusan Perencanaan Din.Kes Dati II., meningkatkan komitmen Kepala Puskesmas dan Din.Kes Dati III dalarn mendukung PTP.

Community health center planning is a systematic activities process to arrange the activities and increase the quality of health services to the people in order to handle the health problems. In the execution, there are some obstacles for instance: the quality of the community health center planning is not good enough, there is no realization of community health center planning as an input of the health planning of health department (Dinas Kesehatan) Karawang regency, there are no solutions for health problems with the planning right now, least support for community health center planning by the department of health in Karawang regency.
The aim of the research is to analyze the application of community health center planning on three community health centers in Karawang regency, by using the approaching system that will be talked over by SWOT (strength, weakness, opportunity , threats) analysis.
Using the qualitative method with the analysis unit are: the chief of community health center, the staffs of community health center, the chief of the health department in Karawang regency, the chief of the health department section in Karawang regency, the staffs of the planning affairs and information of the health department in Karawang regency, the head of the district (Carat) and the officers of information of family planning. The techniques of collecting data are: in depth interview, focus group discussion, learning from the document. The research was done in descriptive analysis to solve the problems in managing the planning of community health center by the approaching system and will be discusses by SWOT analysis.
The results of the research shows the guide of community health center planning which is used still oriented to the guide of 1986 community health center planning, not to the 1993 guide. Least commitment of the chief of community health center and the department of health in Karawang regency in supporting community health center planning. Supporting from the sector to participate in the activities of it is still limited. There is no written schedule in the early budgetary year from the health department in Karawang regency on the planning management and the programs that must be done by the community health center. It is difficult to solve the health problems by the planning when it is connected to the high target. There is no effect of the policy of community health center planning refer to the minister of home affairs rule number 91 1982 as the controller of the execution in the public health center and in the management in the health department in Karawang regency as well.
Based on the result of the research, some suggestion can be brought forward, for instance: it needs an evaluation of the training results from the further years, there are some information about management schedule of further community health center planning, it needs more active communications, improving the commitment in supporting community health center planning.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welly Faruli
"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita. Selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi partikulat (PM10) udara dalam rumah dengan infeksi saluran pernafasan akut di wilayah kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Karawang. PM10 diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara bulan Pebruari-Mei 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 130 orang.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa 82,3% balita yang diteliti mengalami ISPA dan 83,1% balita tinggal di dalam rumah dengan konsentrasi PM10> 70 µg/m3. Risiko balita untuk mengalami ISPA adalah sebesar 1,44 kali pada balita denganPM10> 70 µg/m3; 2,39 kali pada balita dengan dinding rumah tidak memenuhi syarat; 2,29 kali balita dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat; 10,10 kali pada balita yang terdapat penderita ISPA serumah; dan 1,47 kali pada balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap.

Acute Respiratory Infection is one of the causes of morbidity and mortality in infants. For three consecutive years ranked first of the ten most diseases in PHC Falkirk. This study aims to determine the relationship between the concentrated of particulate matter (PM10) in the air with acute respiratory tract infections in Puskesmas Karawang, Karawang regency. PM10 was measured at room toddlers often sleep and performed once in each respondent's house. The timing of the study between the months of February-May 2014. This study designed using cross design sectional by sample size of 130 people.
The results show that 82.3% of toddler were studied experienced ISPA and 83.1% of toddler living in homes with concentrations of PM10> 70 μg/m3. Toddler risk for experiencing ISPA is 1.44 times the toddler with a PM10> 70 μg/m3; 2.39 times the toddler with a wall of the house does not qualify; 2.29 times with a density the occupancy toddler does not qualify; 10.10 times in toddlers ISPA patients who are at home; and 1.47 times in toddler who do not get complete immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purri Andriaty Subana
"Pengaruh dimensi waktu dan ruang (spatial) baik pada skala daerah (region) ataupun negara (state) adalah dua dimensi penting dalam sebuah analisa perekonomian. Penggunaan ilmu spasial ekonometrik memungkinkan studi ini menganalisa interaksi antar variabel ekonomi dalam ruang (spatial). Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat urbanisasi tenaga kerja, modal, tenaga kerja dan kualitas sumber daya manusia terhadap produksi output. Jenis spatial dependence yang terdapat dalam model adalah bentuk spatial error. Model spatial error menunjukkan adanya efek global dari hasil interaksi antar kabupaten/kota dalam kegiatan ekonomi. Ini merupakan indikator bahwa masing-masing daerah seharusnya saling bekerjasama dalam usaha untuk meningkatan pertumbuhan ekonominya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iffa Faliha Dzakiyah
"ABSTRAK
Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karawang mencatat bahwa kekeringan di 14 desa yang tersebar pada 3 kecamatan di Kabupaten Karawang seperti kecamatan Ciampel pada tahun 2015 dan 2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis distribusi kekeringan lahan pertanian menggunakan metode Tasseled Cap Transformation (TCT) dan Normalized Difference Drought Index (NDDI) di Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang pada tahun 2015 dan 2019. Penelitian ini menggunakan citra Landsat 8 OLI pada Agustus 2015, September 2015, Juli 2019 dan September 2019. Kekeringan lahan pertanian menggunakan metode TCT menggunakan Brightness Index, Wetness Index, dan Normalized Difference Vegetation Index. Kekeringan lahan pertanian menggunakan metode NDDI adalah rasio antara Normalized Difference Vegetation Index dan Normalized Difference Wetness Index. Hasil penelitian menunjukkan peta sebaran kekeringan lahan pertanian di Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang selama 2015 dan 2019 dengan tiga kelas kekeringan lahan pertanian (kering, cukup kering, dan normal). Daerah yang kering di lahan pertanian pada bulan September 2019 adalah 9.21 km2 dengan akurasi keseluruhan sebesar 86% menggunakan TCT dan 10.54 km2 dengan akurasi keseluruhan sebesar 80% menggunakan NDDI.

ABSTRACT
Drought is the availability of water that is far below the water needs for life, agriculture, economic activities and the environment. The Regional Disaster Management Agency (BPBD) of Karawang Regency noted that drought in 14 villages spread across 3 subdistricts in Karawang Regency such as Ciampel subdistrict in 2015 and 2019. The purpose of this research was to analyze the distribution of agricultural land drought using Tasseled Cap Transformation (TCT) and Normalized Difference Drought Index (NDDI) methods in Ciampel Subdistrict, Karawang Regency in 2015 and 2019. This research uses Landsat 8 OLI imagery in August 2015, September 2015, July 2019, and September 2019. Agricultural land drought using TCT method is using Brightness Index, Wetness Index, and Normalized Difference Vegetation Index. Agricultural land drought using NDDI method is ratio between Normalized Difference Vegetation Index and Normalized Difference Wetness Index. The results showed the distribution map of agricultural land drought in Ciampel Subdistrict, Karawang Regency during 2015 and 2019 with three classes agricultural land drought (dry, moderate, and normal). Area of very dry on agricultural land in September 2019 was 9.21 km2 which has 86% total accuracy using TCT and 10.54 km2 which has 80% overall accuracy using NDDI."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nenni Hadisunjoto
"Perkembangan pelayanan di Indonesia sampai saat ini sangat pesat yang berdampak pula pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan, dimana sampai saat ini pelayanan kesehatan masih dianggap sebagai komoditi sosial sehingga penetapan tarif yang dibebankan kepada pasien harus dilakukan secara hati - hati melalui analisis biaya dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat.
Saat ini belum diketahui besarnya tarif yang realistis, dengan demikian tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran berapa tarif Puskesmas yang realistis untuk suatu wilayah kerja tertentu dengan mempertimbangkan biaya satuan, kemampuan dan kemauan membayar masyarakat dalam pernbiayaan pelayanan kesehatan.
Penelitian dilakukan secara purposive sampling dari 40 Puskesmas yang ada, diambil 2 Puskesmas yang diharapkan mewakili berdasarkan pertimbangan besar kecilnya Puskesmas, lokasi Puskesmas ( perkotaan dan pedesaan) , tingkat kemampuan masyarakat ( Desa IDT dan Non IDT ) dan jumlah kunjungan Puskesmas. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini yaitu Puskesmas TelukJambe dan Puskesmas Loji.

Rapid development of health services provision in Indonesia to date affects the increase of the cost of providing these service, and currently provision of such services is still considered as a social commodity in such a way that billing of the costs involved which could be passed on the patient should be in a careful manner.
The objective of this research was to obtain estimation what a realistic price would be for the Puskesmas involved within certain operational area in providing their services, based on the variables of unit cost, ability to pay and willingness to pay.
We purposively sampled two out of 40 existing Puskesmas based on size, location (town or village), level of affordability (whether or not the village has presidential Decree assistance) and the number of patient visits. The two Puskesmas selected for this study were Puskesmas Telukjarnbe and Puskesmas Loji.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Nurmala
"Status nutrisi merupakan indikator utama dalam menilai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, tertutama di wilayah dengan prevalensi masalah gizi yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan kader posyandu tentang status nutrisi balita dengan tindak lanjut penilaian status nutrisi di wilayah kabupaten karawang.  Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Dengan responden sebanyak 166 kader posyandu yang dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah dilakukan uji CVI, validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukan tingkat pengetahuan kader posyandu sebanyak 43,4% cukup, 39,8% kurang, dan hanya 16,9% kader yang berpengetahuan baik. Perilaku tindak lanjut penilaian kader di wilayah Puskesmas Ciampel terdapat 54,8% sesuai, dan 45,2% tidak sesuai. Hasil uji bivariat menunjukan  terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan kader posyandu tentang status nutrisi balita dengan tindak lanjut penilaian status nutrisi dengan nilai p atau p-value sebesar 0,002 (p < 0,05). Pentingnya pembinaan dan pelatihan rutin bagi kader posyandu, terutama dalam aspek pengukuran status nutrisi dan tindak lanjutnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan status nutrisi balita di masyarakat.

Nutritional status is a key indicator in assessing community health and well-being, especially in areas with a high prevalence of nutritional problems. This study aims to identify the relationship between the level of knowledge of posyandu cadres about the nutritional status of toddlers with follow-up assessment of nutritional status in Karawang district.  This study used a descriptive correlative design with a cross-sectional approach. The respondents were 166 posyandu cadres selected using simple random sampling method from five villages with high malnutrition cases. Data were collected through a questionnaire that had been tested for Content Validity Index, validity and reliability. The results showed that the level of knowledge of posyandu cadres was 43.4% sufficient, 39.8% lacking, and only 16.9% of cadres were well informed. The behavior of follow-up assessment of cadres in the Ciampel Health Center area is 54.8% appropriate, and 45.2% are not appropriate. The results of the bivariate test showed a significant relationship between the level of knowledge of posyandu cadres about the nutritional status of toddlers with follow-up assessment of nutritional status with a p value or p-value of 0.002 (p < 0.05). The importance of regular coaching and training for posyandu cadres, especially in the aspect of measuring nutritional status and its follow-up to improve the quality of health services and nutritional status of toddlers in the community. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>