Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82983 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2004
S33866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Kurniawan
"Tingginya perubahan fisik kelautan yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di Gugusan Pulau Pari berpengaruh terhadap degradasi terumbu karang di dalamnya. Gugusan Pulau Pari merupakan kumpulan dari pulau-pulau sangat kecil yang termasuk tipe pulau karang timbul dan pulau daratan rendah (low islands), terdiri dari Pulau Pari, Kongsi, Tengah, Kudus dan Burung pada posisi 50 51? 28?-50 51? 32? LS dan 1060 37? 00?-1060 41? 20? BT. Penelitian ini dilakukan melalui interpretasi citra Landsat dengan formula Lyzenga, dan variabel fisik kelautan seperti suhu, salinitas, kecerahan, arus dan sedimentasi serta variabel sosial dan ekonomi dipadukan dengan survei lapangan. Penelitian ini mengungkapkan pola sebaran terumbu karang sehat dan terdegradasi serta keterkaitan faktor fisik perairan dan sosial ekonomi terhadap degradasi terumbu karang. Analisa yang digunakan adalah analisa spasial dengan variabel fisik perairan dan kondisi sosial ekonomi. Penelitian ini menunjukkan bahwa persebaran terumbu selama kurun waktu 2004 hingga 2014 tidak mengalami perubahan. Namun, persebaran terumbu karang yang terdegradasi mengalami peningkatan. Jumlah terumbu karang mati lebih tinggi dibandingkan populai terumbu karang yang sehat. Faktor yang berpengaruh terhadap degradasi terumbu karang yaitu tingginya kualitas fisik perairan berupa suhu, kecerahan, arus permukaan air laut serta kedangkalan perairan dengan kedalaman kurang dari 3 meter di atas permukaan laut. Faktor lain yang juga mempengaruhi degradasi terumbu karang yaitu meningkatnya aktivitas bahari dan semakin ramainya lalu lintas perairan.

The high physical changes that occur in the ocean over the last 10 years in the Group of Pari Island effect on coral reef degradation in it. Group of Pari Island is a collection of very small islands that include the type of coral islands and islets arise lowland (low islands), consisting of Pari Island, Kongsi, Tengah, Kudus and Burung in position 50 51? 28?-50 51? 32? South Latitude and 1060 37? 00?-1060 41? 20? East Longitude. This research was conducted through the interpretation of Landsat imagery with formula Lyzenga and marine physical variables such as temperature, salinity, brightness, currents and sedimentation as well as social and economic variables combined with field surveys. This study reveals the distribution pattern of healthy and degraded coral reefs as well as linkages to physical factors and socio-economic waters to coral reef degradation. The analysis used is a spatial analysis of the physical variables waters and socio-economic conditions. This study shows that reefs spread over the period 2004 to 2014 has not changed. However, the spread of degraded reef has increased. Number of dead coral reefs is higher than populai healthy coral reefs. Factors affected to the degradation of coral reefs in the high physical quality of water in the form of temperature, brightness, sea currents and the shallowness of the waters with a depth of less than 3 meters above sea level. Other factors that also affected the degradation of coral reefs are increasing maritime activity and traffic increasingly crowded waters."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T44839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oscar Leonard Josua Mangaraja Manaloe
"Pulau Pari adalah gugusan dari Kepulauan Seribu yang terletak diantara 50 50' LS-050 52' LS dan 1060 34' BT-1060 38' BT. Pulau Pari yang memiliki potensi akan wisata, sehingga perlu adanya pengelolaan mengenai hal tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya analisis mengenai terumbu karang, daya dukung lingkungan, perilaku wisatawan, dan usulan mengenai skenario pengelolaan wisata selam. Pendekatan riset yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan mix method (kuantitatif dan kualitatif). Analisis yang digunakan pada riset ini adalah kondisi terumbu karang, data kelimpahan ikan karang, kesesuaian lahan perairan, daya dukung kawasan, dan analisis perilaku wisatawan. Hasil kondisi terumbu karang di Pulau Pari pada Stasiun 1 dan 4 adalah kategori sangat buruk, Stasiun 2 kategori baik, dan Stasiun 3,5, dan 6 termasuk dalam kategori buruk. Hasil pada kesesuian wisata pada perairan Pulau Pari termasuk dalam kategori S2 dengan pengertian termasuk dalam kategori sesuai. Pada kegiatan wisata selam, maka akan sangat terkait dengan wisatawan. Pada analisis perilaku wisatawan sebanyak 50 responden, mendapatkan hasil bahwa 58% wisatawan pernah melakukan perilaku destruktif. Hasil Analisis menunjukkan bahwa wisata selam sendiri menyumbang 7,26% kerusakan terumbu karang. Daya dukung wisata berfungsi untuk menetapkan jumlah wisatawan, dimana didapatkan hasil 22 orang/hari dan usulan dibagi menjadi 3 zona pemanfaatan yaitu : zona inti, zona penyangga, dan zona pemanfaatan.

Pari Island is a cluster of the Thousand Islands, located between 50 50' LS-050 52' LS dan 1060 34' BT-1060 38' BT. Pari Island which has the potential to be tourist, so it needs the management about it. Based on this, the need for analysis of the coral reefs, the carrying capacity of the environment, tourist behavior, and proposals regarding the dive tourism management scenarios. Approach to research carried out in this study using a mixed method (quantitative and qualitative). The analysis used in this research is the condition of coral reefs, reef fish abundance of data, land suitability waters, the carrying capacity of the region, and the analysis of tourist behavior. The result of the condition of coral reefs in Pulau Pari at Station 1 and 4 is a very bad category, Station 2 good category, Station 3,5, 6 stations included in the category of bad. The yield on the suitability travel in Pari Island waters included in the S2 category with the understanding included in the appropriate category. At the dive tourism activities, it will be associated with tourists. In rating the behavior analysis of 50 respondents, get the result that 58% of tourists ever do destructive behavior. Analysis showed that the dive tourism alone accounts for 7.26% of coral reef damage. Tourism carrying capacity is used to set the number of tourists, which showed 22 people/day and the proposed utilization are divided into 3 zones, namely: core zone, buffer zone, and the zone of utilization. At the dive tourism activities, it will be associated with tourists. In rating the behavior analysis of 50 respondents, get the result that 58% of tourists ever do destructive behavior. Analysis showed that the dive tourism alone accounts for 7.26% of coral reef damage. Tourism carrying capacity is used to set the number of tourists, which showed 22 people/day and the proposed utilization are divided into 3 zones, namely: core zone, buffer zone, and the zone of utilization. At the dive tourism activities, it will be associated with tourists. In rating the behavior analysis of 50 respondents, get the result that 58% of tourists ever do destructive behavior. Analysis showed that the dive tourism alone accounts for 7.26% of coral reef damage. Tourism carrying capacity is used to set the number of tourists, which showed 22 people/day and the proposed utilization are divided into 3 zones, namely: core zone, buffer zone, and the zone of utilization."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhad Yozarius
"Pengelolaan ekosistem terumbu karang membutuhkan pemahaman yang akurat dari pemangku kepentingan sehingga dapat tercapainya tujuan perlindungan ekosistem dan pemanfaatannya secara lestari. Fokus penelitian dalam tesis ini adalah analisis perbedaan dan persamaan perhatian dari berbagai pemangku kepentingan pengelolaan ekosistem terumbu karang di Kelurahan Pulau Panggang. Analisis pemangku kepentingan sekurang-kurangnya dapat memberikan jawaban siapa yang harus dilibatkan dalam pengelolaan dan kenapa mereka harus dilibatkan. Pengelolaan terumbu karang di Kelurahan Pulau Panggang melibatkan 26 pemangku kepentingan. Sebanyak 24 diantaranya adalah pemangku kepentingan kunci. Permasalahan keuntungan finansial menjadi perhatian sebagian besar pemangku kepentingan. Konsep keberlanjutan lebih dapat diterima oleh pemangku kepentingan pengelolaan terumbu karang dibandingkan dengan konsep konservasi."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32869
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardus Gautama
"Telah dilakukan penelitian struktur komunitas karang batu, yang meliputi
persentase tutupan karang batu, komposisi bentuk koloni, dan keanekaragaman
marga karang batu di Pulau Belanda, Kepulauan Seribu. Penelitian dilakukan
dengan metode quadrat sampling along transect, yaitu salah satu metode standar
dalam kegiatan penelitian terumbu karang di Indonesia. Data penelitian
dikumpulkan dari pengamatan di lereng terumbu atas (upper reef slope) di empat
sisi, yaitu utara, selatan, barat, dan timur pulau. Kondisi terumbu karang Pulau
Belanda dikategorikan Kurang Baik (Poor) dengan persentase tutupan karang
hidup kurang dan 25% dan menunjukkan tidak ada perbedaan sangat nyata pada
persentase tutupan karang batu di ke empat sisi pulau. Ada perbedaan sangat
nyata pada persentase komposisi bentuk koloni karang batu di lereng terumbu atas
Pulau Belanda, dan ditunjukkan oleh bentuk koloni branching yang mendominasi
stasiun Utara dan Banat, serta bentuk koloni massive yang mendominasi stasiun
Selatan dan Timur. Ada sejumlah marga karang batu yang ditemukan, yàitu 19
marga di utara, 15 marga di selatan, 14 marga di barat, dan 8 marga di timur pulau.
Marga karang batu yang dominan ditemukan adalah marga Acropora dan
Montipora."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranti Ayunda
"Telah dilakukan penelitian mengenai komunitas Gastropoda pada ekosistem mangrove di Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada bulan Juli 2010. Penelitian bersifat deskriptif-analitik dan bertujuan untuk mengetahui komposisi, kepadatan, keanekaragaman, kemerataan, dominansi, penyebaran, kesamaan, dan korelasinya dengan parameter abiotik. Penelitian dilakukan dengan purposive sampling dan menggunakan metode transek kuadrat di tiga pulau, yaitu Pulau Pari, Pulau Tengah, dan Pulau Burung. Parameter abiotik yang diukur meliputi, suhu, salinitas, kedalaman, dan kandungan bahan organik. Sebanyak 33 spesies Gastropoda ditemukan di ekosistem mangrove Gugus Pulau Pari. Gastropoda yang ditemukan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu 6 jenis diantaranya merupakan moluska asli mangrove, 2 jenis diantaranya moluska fakultatif, dan 25 jenis sisanya merupakan moluska pengunjung. Kepadatan Gastropoda tertinggi terdapat di Pulau Tengah (112,48 ind/m2) dan terendah di Pulau Burung (66,19 ind/m2). Terebralia sulcata merupakan Gastropoda dengan kepadatan tertinggi, yaitu 31,6 ind/m2. Indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat di Pulau Burung (1,978) dan terendah di Pulau Pari (1,497). Gastropoda di ekosistem mangrove Gugus Pulau Pari cukup merata dengan pola sebaran mengelompok dan tidak ada spesies yang mendominasi. Indeks kesamaan terbesar terdapat pada substasiun P1 dan T1 (92,74%), sedangkan terendah terdapat pada T3 dan B8 (14,65%). Kandungan lumpur dan bahan organik memiliki korelasi positif terhadap kepadatan Gastropoda.

Abstract
The research had been done for structure community of Gastropods at mangrove ecosystem in complex Pari's Island, Seribu Islands on July 2010. The purpose for this particular descriptive analysis research was to know the composition, density, diversity, evenness, domination, distribution, similarity and it?s correlation with abiotic parameters. Samples were taken by using purposive sampling and transect square method on three islands, namely Pari Island, Tengah Island and Burung Island. The abiotic parameters were measured (temperature, salinity, depth, and organic matter). We found 33 species of gastropods, which they were divided into three groups, namely native (6), facultative (2), and visitor (25) species molluscs of mangrove, respectively. The highest density was found in the Tengah island (112,48 ind/m2) and the lowest in the Burung Island (66,19 ind/m2). Terebrealia sulcata was Gastropod with the highest density (31,6 ind/m2). The highest diversity index occured at Burung Island (1,978) and the lowest at Pari Island (1,497). In general the distribution of Gastropods at mangrove ecosystem in complex Pari?s Island was clumped distribution pattern and no species domination. The highest similarity index found in substation P1 and T1 (92,74%), while the lowest found in T3 and B8 (14,65%). The mud and total organic matter (TOM) has a positive correlation to Gastropods density. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S193
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitrian Anggraini
"Telah dilakukan penelitian tentang Dinoflagellata Epifitik pada Lamun Enhalus acoroides di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu pada Bulan April 2012. Penelitian dilakukan dengan mengoleksi daun lamun Enhalus acoroides dari rataan terumbu, kemudian dilakukan pengocokan dan penyaringan dengan saringan bertingkat (125µm dan 20µm). Dinoflagellata epifitik yang ditemukan berjumlah 8 jenis, yaitu Gambierdiscus toxicus, Ostreopsis lenticularis, O. ovata, O. siamensis, Prorocentrum concavum, P. emarginatum, P. lima, dan P. rhathymum. Enam dari jenis yang ditemukan merupakan Dinoflagellata epifitik yang berpotensi menyebabkan ciguatera. Kepadatan tertinggi Dinoflagellata epifitik terdapat pada stasiun 8 (577 sel/cm2) yang terletak pada bagian selatan pulau, sedangkan kepadatan terendah terdapat pada stasiun 1 (22 sel/cm2) yang terletak pada bagian barat pulau. Berdasarkan uji korelasi Spearman, parameter lingkungan perairan yang memengaruhi kepadatan Dinoflagellata epifitik saat penelitian adalah kecepatan arus dan oksigen terlarut (DO).

Research on epiphytic Dinoflagellates on seagrass Enhalus acoroides had already conducted in Pari Island waters, Seribu Islands on April 2012. Research was carried out by collecting Enhalus acoroides leaves, which were shaken vigorously and the seawater filtered through a series of sieves (125µm and 20µm). Eight epiphytic Dinoflagellates were found, they were Gambierdiscus toxicus, Ostreopsis lenticularis, O. ovata, O. siamensis, Prorocentrum concavum, P. emarginatum, P. lima, and P. rhathymum. Six of the spesies found were epiphytic Dinoflagellates that potentially caused ciguatera. The highest density value of epiphytic Dinoflagellates was found at station 8 (577 sel/cm2) which located on the southern part of island and the lowest was at station 1 (22 sel/cm2) which located on the western part of island. Based on Spearman corellation test, the environmental factors which influenced the abundance of epiphytic Dinoflagellates at sampling time were current velocity and dissolved oxygen (DO)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska F. Primastuti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S31195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Adriyanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S31344
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toni
"Pengambilan data penelitian tentang perbandingan struktur komunitas karang batu di lereng terumbu Pulau Pramuka dan Pulau Penjaliran Timur, Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNLKS) telah dilakukan pada bulan Juni 2008. Penentuan stasiun penelitian dilakukan dengan cara haphazard selection. Penentuan jumlah unit kuadrat minimum di kedua lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode sampling dua tahap. Pengambilan data karang batu dengan menggunakan metode visual quadrat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah marga karang batu yang ditemukan di P. Pramuka sebanyak 14 marga yang termasuk ke dalam 7 famili, sedangkan 20 marga yang termasuk 10 famili terdapat di P. Penjaliran Timur. Acropora adalah karang batu utama penyusun ekosistem terumbu karang di P. Pramuka dan P. Penjaliran Timur karena memiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi, yaitu sebesar 86, 10% dan 58, 63%. Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan dominansi marga karang batu di P. Pramuka dan P. Penjaliran Timur berturut-turut adalah1,93; 0,73; dan 0,18, sedangkan di P. Penjaliran Timur sebesar 2,14; 0,71; dan 0,26. Tingkat kesamaan marga karang batu di P. Pramuka dan P. Penjaliran Timur, yaitu 75%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S31508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>