Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suyanto
"ABSTRAK
Vanili, selain dapat diperoleh dengan cara isolasi dari buah vanila,juga dapat dihasilkan dengan cara sintesis. Salah satu cara sintesis vanili yaitu melalui reaksi Reimer-Tiemann dengan substrat guaiakol dan pereaksinya kloroform. Guaiakol tersebut akan diubah menjadi ion guaiakolat oleh larutan KOH alkoholis yang ditambahkan, sedangkan kloroform oleh gugus hidroksida akan diubah menjadi diklorokarbena , setelah itu baru terjadi reaksi antara ion guaiakolat atau guaiakol dengan diklorokarbena.
Guaiakol pada penelitian ini diperoleh dengan cara sintesis dari pirokatekol, melalui serangkaian tahap reaksi yang terdiri dari benzoilasi, metilasi dan hidrolisis dalam suasana basa, dan diperoleh hasil dengan rendemen 52%. Disamping itu dicoba juga dengan cara lain yaitu asetilasi,metilasi dan hidrolisis dalam suasana basa , dan diperoleh hasil dengan spektrum yang kurang jelas, maka dengan cara ini dianggap gagal. Metilasi dalam penelitian ini dilakukan dengan diazometana.
Penelitian ini bertujuan untuk memberi nilai tambah pirokatekol dan guaiakol serta mengoptimalisasi reaksi Reimer-Tiemann dengan cara penambahan katalis transfer fasa tetrabutil amonium perkiorat , tetrametil amonium yodida dan 18-crown eter-6 ,pada suhu 45°C dengan putaran 1000 rpm selama 4 jam. Dengan menggunakan katalis transfer fasa tetrabutil amonium perkiorat dapat mencapai rendemen 65,8% , sedangkan dengan katalis tetrametil amonium iodida 51,4% dan katalis 18-crown ether-6 sebesar 27,9%.

ABSTRACT
One method of synthesis vanillin is via Reimer-Tiemann reaction with substrate guaiacol and chloroform reagent, chloroform .will be converted bit hydroxy ion to dichlorocarbene and then reaction with guaiacol solution.
Guaiacol in this research is obtained from pyrocathecol, via step reactions : benzoilation, methylation and hydrolysis in base conditions and product has yield 52%. Synthetic of guaiacol from pyrocathecol via step acetylation reaction is failure.
The aim of this research is to increase value on pyrocathecol, guaiacol and optimalization Reimer-Tiemann reaction with phase transfer catalysts : tetrabutyl ammonium perchlorate (TBAP), tetramethyl ammonium iodidate (THAI) and 18-crown ether-6 (18C6) at temperature 45°C and 1000 rpm for 4 hours. Yield of reactions with TBAP, THAI and 18C6 catalysts are 65,6%, 51,4% and 27,9%, respectively.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Kurniawan
"Telah dilakukan semi sintesis vanili dari eugenoi, yang merupakan
kandungan senyawaan utama {main component) minyak cengkeh, dengan
menggunakan teknlk gelombang mikro (microwave) di daiam oven microwave
komersial. Sebagai langkah pertama pada semi-sintesis ini, eugenoi, sebagai
substrat awai, direaksikan dengan larutan KOH 10%, dan dipanaskan di
daiam oven microwave selama 1, 2, dan 3 menit pada tingkat pemanasan I (
66% dari energi yang dihasilkan microwave atau 6,67 x 10'^ eV), serta
selama 1 dan 2 menit pada tingkat pemanasan II (85%
dihasilkan microwave atau 8,60 x 10"^ eV). Tahap kedua dari semi-sintesis
ini adalah mengoksidasi hasil isomerisasi dengan oksidator nitrobenzena.
Hasil yang diperoleh dari Isomerisasi pemanasan tingkat I; waktu 1 menit,
frans-isoeugenol: 22,38%, c/s-isoeugenol: 2,82% (total konversi isoeugenol
22,65%), waktu 2 menit: trans-isoeugenol 23,27%, c/s-isoeugenol 2,90%
(total konversi isoeugenol 23,62%), waktu 3 menit; frans-isoeugenol 29,64%,
c/s-eugenol 3,78% (total konversi isoeugenol 30,88%). Rendemen pada
tingkat pemanasan II : waktu 1 menit: /rans-isoeugenol 0,19%, c/sisoeugenol
; 90,89% (total konversi isoeugenol 88,53%) dan waktu 2 menit;
frans-isoeugenol ; 0,02%, c/s-isoeugenol ; 94,97% (total konversi isoeugenol
92,44%).
Tanpa pemisahan atau pemurnian lebih lanjut, terhadap campuran
hasil reaksi isomerisasi dilakukan oksidasi dengan 3 mL (0,026 mol) nitrobenzena, dan dipanaskan di dalam oven microwave pada tingkat
pemanasan H selama 2 menit. Vaniii yang dihasifkan setelah proses
pemurnian dengan etanol-air, berturut-turut adalah : 6,75% (tingkat
pemanasan I selama 1 menit), 13,60% (tingkat pemanasan I selama 2 menit),
69,22% (tingkat pemanasan I selama 3 menit), 82,09% (tingkat pemanasan II
selama 1 menit), dan 86," 10% (tingkat pemanasan II selama 2 menit).
Data spektroskopi dan data titik leleh hasil semi sintesis tidak jauh
berbeda dengan data spektroskopi dan data titik leleh vaniii alami"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mangatur Victor
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S50812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhani Rhomadani
"Kebutuhan akan metil amina, terutama dimetil amina (DMA) semakin meningkat dari tahun ketahun. Selama ini proses pembuatannya di industri menghasilkan tiga jenis metil amina yaitu Monometil Amina (MMA), Dimetil amina (DMA) dan Trimetil Amina (TMA) dengan selektifitas terhadap TMA cukup tinggi. Sedangkan produk ini kurang diharapkan karena selain nilai ekonomisnya lebih rendah juga cenderung membentuk azeotrop jika bercampur dengan kedua produk lainnya. Oleh karena itulah studi untuk menentukan katalis yang cocok untuk menghambat pembentukan TMA merupakan satu hal yang cukup penting dilakukan.
Pada penelitian ini digunakan katalis asam heteropoli (H3PW12O40) dan garamnya H0.5Cs2.5PW12O40 dalam reaksi fasa cair, dan sebagai katalis pembanding digunakan Al2O3. Digunakannya katalis asam heteropoli karena mempunyai sifat dan struktur yang unik dibandingkan dengan katalis lainnya yaitu kemampuan katalis tersebut untuk mengabsorpsi sampai ke fasa bulk. Selain itu katalis tersebut juga dilaporkan aktif dalam reaksi sintesis MTBE dari alkohol pada fasa cair dan suhu rendah. Sebagai reaktor digunakan "auto clave" dengan temperatur 30 - 80°C. Untuk menghindari terjadinya udara tekan sebesar 8 bar.
Hasil analisa BET menunjukkan bahwa H0.5Cs2.5PW12O40 mempunyai diameter pori rata-rata 8.167 A dal Al2O3 mempunyai diameter pori rata-rata 6.35 A. Hasil penelitian menunjukkan bahwa katalis-katalis tersebut aktif untuk reaksi sintesis metil amina, walaupun keaktifannya masih sangat rendah. H0.5Cs2.5PW12O40 dapat menekan terbentuknya TMA hingga 100%. Untuk katalis H3PW12O40 kenaikan temperatur dari 30ºC menjadi 45C pada jam kelima reaksi akan meningkatkan konversi dari 0.0551% menjadi 0.0765%. Penambahan mmol H+/mol MEOH dari 1.25 menjadi 2.5 pada katalis H0.5Cs2.5PW12O40 akan meningkatkan konsentrasi produk DMA sebesar 9.75% dan konversi sebesar 12.3%. Tingkat keaktifan katalis berturut-turut adalah H3PW12O40>H0.5Cs2.5PW12O40>Al2O3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jatmiko
"ABSTRAK
Minyak cengkeh adalah salah satu hasil bumi yang perlu
diperhitungkan di Indonesia. Produksi dan penggunaannya cukup banyak,
pada umumnya digunakan sebagai obat Eugenol merupakan salah satu
kandungan senyawa organik yang terbanyak di dalam minyak cengkeh yang
belum banyak dimanfaatkan dalam industri kimia OIeh karena itu,pada
penelitian ini dicari alternatif pemanfaatan eugenol untuk dijadikan
polieugenol yang merupakan suatu makromolekul yang mungkin dapat berguna seperti polimer-polimer lain yang telah banyak berkembang dan
banyak manfaatnya dalam kehidupan manusia.
Sintesis polieugenol dari eugenol dengan menggunakan HCI04
sebagai katahs sekaligus inisiator didasarkan pada salah satu reaksi
polimerisasi secara kationik. Pada pen&itian mi digunakan eugenol dan
isolasi minyak cengkeh ( Brataco ) dengan HCI04 70-72 % sebagai katalis
(Merck ). Reaksi berlangsung selama 4 jam pada suhu 0°C dengan
mengalirkan gas N2 . Karakterisasi dari polieugenol yang terbentuk di analisis
dengan menggunakan spektrometer l H - dan 130 - NMR, spektrofotometer
UV, I serta DSC / DTA dan XRD.
Kadar eugenol datam minyak cengkeh hasil isolasi diperoleh sebanyak
14,51 g dari 15g eugenol hasil isotasi. Menurunnya nhlai transmitan pada
ikatan rangkap dari eugenol yang diperlihatkan dalam spektrofotometer IR
menunjukkan telah terjadi proses polimerisasi. Adanya gugus OH, OCH 3 dan
olefin pada spektrometer 13C. NMR menunjukkan bahwa terjadi terminasi dan
polieugenot yang ujung-ujungnya terdapat gugus tersebut. Penentuan titik
leleh polieugenol rnenggunakan DTA menunjukkan suhu 131,970C.
Sedangkan hasil pengukuran panas transisi dari polieugenol menggunakan
DSC adalah 9,86J/g. Kekristalan dari polieugenol yang diukur dengan XRD
menghasilkan kadar kristal sebanyak 3,94% yang beranti sebagian besar dan
polieugenol berbentuk amort. Taktisitas dari polieugenol menggunakan pelarut xylene dengan metode refluks menghasilkan kadar ataktis sebesar 89,76 %."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adisti Mutia Pradiyanti
"Metode semi-Interpenetrating Polymer Network (Semi-IPN) merupakan salah satu metode untuk mensintesis hidrogel. Pada metode semi-IPN, kitosan mengalami ikat silang dengan agen pengikat silang asetaldehida/ formaldehida/ glutaraldehida membentuk jaringan polimer kitosan terikat silang yang kemudian berinteraksi dengan polimer metil selulosa yang berbentuk linier. Umumnya derajat ikat silang dan rasio swelling hidrogel semi-IPN akan dipengaruhi oleh waktu reaksi, rasio komposisi kitosan-metil selulosa, dan jenis agen pengikat silang yaitu asetaldehida, formaldehida, dan glutaraldehida. Kemampuan swelling dan derajat ikat silang hidrogel kitosan-metil selulosa semi-IPN yang optimum didapat pada rasio kitosan/metil selulosa 60:40 (b/b), agen pengikat silang formaldehida 2% (b/b), dan waktu reaksi 3 jam yaitu persen rasio swelling 785,6 % dan derajat ikat silang 50,8 %. Hidrogel kitosan-metil selulosa dengan metode semi-IPN memiliki rasio swelling dan derajat ikat silang lebih besar dibandingkan dengan hidrogel kitosan nonkovalen. Karakterisasi hidrogel kitosan-metil selulosa semi-IPN dilakukan dengan instrumen Fourier Transfrom Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Semi-Interpenetrating Polymer Network (semi-IPN) method is one of many methods which used to synthesize hydrogels. In semi-IPN method, chitosan was crosslinked with crosslinking agent acetaldehyde/ formaldehyde/ glutaraldehyde to form crosslinked chitosan polymer network that will interracts with methyl cellulose polymer which have linear form. In general, degree of crosslinking and swelling ratio of semi-IPN hydrogels were influenced by reaction time, composition ratio of chitosan-methyl cellulose, and crosslinking agent acetaldehyde, formaldehyde, and glutaraldehyde. Swelling ability and degree of crosslinking of chitosan-methyl cellulose hydrogel with semi-IPN method optimally reach at chitosan/methyl cellulose ratio 60:40 (b/b) with formaldehyde crosslinking agent in 3 hours reaction time is 785,6 % swelling ratio and 50,8 % degree of crosslinking. Chitosan-methyl cellulose hydrogel with semi-IPN method has higher swelling ratio and degree of crosslinking compared to noncovalent chitosan hydrogel. Characterization of chitosan-methyl cellulose semi-IPN hydrogel using Fourier Transfrom Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calorimetry (DSC), dan Scanning Electron Microscope (SEM) instrument.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Adi Kresna
"Dalam penelitian ini, dilakukan sintesis homopolimer poli(n-butil akrilat) (PnBA) menggunakan metode atom transfer radical polymerization (ATRP) dengan memvariasikan waktu reaksi, suhu reaksi, konsentrasi katalis CuBr, dan konsentrasi monomer n-butil akrilat (nBA) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap persen konversi, berat molekul, dan indeks polidispersitas (PDI) dari PnBA yang dihasilkan. Inisiator yang digunakan adalah etil-2-bromoisobutirat (EBiB), sedangkan CuBr digunakan sebagai katalis yang membentuk kompleks dengan ligan 1,1,4,7,7-pentametildietilentriamin (PMDETA). Dari hasil penelitian ini, diperoleh komposisi yang paling optimal untuk membuat PnBA adalah dengan perbandingan monomer (M): katalis (C): ligan (L): inisiator (I) = 100:1:1:1 (%mol), waktu reaksi 6 jam, dan suhu reaksi 110°C, yang mana menghasilkan persen konversi mencapai 97,2%. Untuk membuktikan bahwa produk PnBA telah terbentuk, dilakukan karakterisasi dengan menggunakan instrumen fourier transform infra-red (FTIR), differential scanningcalorimetry (DSC), dan gel permeation chromatography (GPC). Hasil karakterisasi dengan menggunakan FTIR membuktikan bahwa tidak ada lagi ikatan rangkap C=C pada spektrum produk PnBA. Berdasarkan analisis termal menggunakan DSC, diperoleh temperatur transisi gelas (Tg) produk PnBA adalah -64,46°C. Pada hasil karakterisasi dengan menggunakan GPC, diperoleh nilai berat rata-rata berat molekul (Mw) sebesar 14.756 g/mol, jumlah rata-rata berat molekul (Mn) sebesar 2.516 g/mol, dan PDI sebesar 5,86.

In this research, homopolymer poly(n-butyl acrylate) is synthesized by using atom transfer radical polymerization (ATRP) method with variation of reaction time, reaction temperature, concentration of CuBr catalyst, and concentration of n-butyl acrylate (nBA) monomer for understanding the influence to the result of percent conversion, molecular weight, and polydispersity index (PDI) of PnBA. Initiator that used is ethyl-2-bromoisobutyrate (EBiB), whereas CuBr is used as catalyst that form complex with ligand 1,1,4,7,7-pentamethyldiethylenetriamine (PMDETA). From the result of this research, the most optimal composition to make PnBA is with ratio of monomer (M): catalyst (C): ligand (L): initiator (I) = 100:1:1:1 (%mol), 6 hours of reaction time, and at 110°C reaction temperature, which is resulting percent conversion up to 97,2%. To prove that PnBA product is formed, characterization is done by using instruments fourier transform infra-red (FTIR), differential scanning calorimetry (DSC), and gel permeation chromatography (GPC). The result of characterization using FTIR proves that the double bond C=C is not exist in PnBA product spectrum. Based on the thermal analysis using DSC, the glass transition temperature of PnBA product is -64,46°C. In the result of characterization using GPC, the weight of molecular weight average (Mw) is 14.756 g/mol, the number of molecular weight average (Mn) is 2.516 g/mol, and PDI is 5,86."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qodri Febrilian Erahman
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T41144
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Purwaningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfi Rianes Febri
"Metode semi interpentrating polymer network (semi-IPN) merupakan metode yang digunakan untuk mensintesis hidrogel kitosan-poliNNDMAA. Pada metode ini, jaringan kitosan akan terikat silang dengan agen ikat silang lalu berinteraksi dengan jaringan polimer NNDMAA secara linear. Hasil sintesis memperlihatkan bahwa variasi penambahan monomer NNDMAA, agen ikat silang dan waktu reaksi akan menurunkan daya swelling dan meningkatkan derajat ikat silang. Rasio swelling dan derajat ikat silang optimum hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida didapatkan sebesar 545,64% dan 75,02% pada penambahan 25% berat NNDMAA dan waktu optimum pada 2 jam. Hidrogel kitosan poli NNDMAA semi-IPN terikat silang formaldehida memilki derajat ikat silang yang lebih besar jika dibandingkan terikat silang glutaraldehida maupun asetaldehida. Karakterisasi dilakukan dengan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry(DSC) dan Scanning Electron Microscope (SEM).

Method semi interpentrating polymer network (semi-IPN) is a method used to synthesize the chitosan hydrogel-poliNNDMAA. In this method, chitosan will crosslinked with a crosslink agent then interacts with the polymer network NNDMAA linearly. Synthesis results show that the variation of the addition of monomer NNDMAA, crosslink agents and reaction time will reduce swelling and increase the degree of crosslink. Swelling ratio and the degree of crosslink optimum chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde obtained by 545.64% and 75.02% on addition of 25% by weight NNDMAA and optimum time at 2 hours. Chitosan hydrogel poly NNDMAA crosslinked semi-IPN formaldehyde have the degree of cross belt larger than glutaraldehyde cross-linked or acetaldehyde. Characterization is done by spectrophotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR), Differential Scanning Calotimetry (DSC) and Scanning Electron Microscope (SEM)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S58772
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>