Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165523 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jusber Natal A.
"Kertas telah menjadi kebutuhan pokok masyarakat yang konsumsinya
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Oleh sebab itu, perlu diupayakan
sumber bahan baku alternatif. Salah satu usaha untuk memenuhi akan bahan
baku tersebut adalah pendauran ulang kertas tabloid bekas menjadi serat
sekunder dengan cara flotasi warna. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan kadar optimum penambahan ko'lektor Natrium oleat pada
penghilangan warna dari tabloid bekas yang ditunjukkan oleh derajat putih
dan noda sedikit. Metode yang digunakan adalah penghilangan warna
(deinking) secara flotasi yang dilanjutkan dengan pembuatan lembaran kertas
dan diuji derajat putih, noda, dan parameter pendukung lainhya, seperti
opasitas, gramatur, indeks tarik, dan indeks sobek. Tabloid bekas dikelorripokkan menjadi warna campuran, warna hitam, warna merah, dan
warna hijau. Sebelum dilakukan, flotasi dilakukan repulping dengan
penambahan bahan kimia, yaitu NaOH 2,5%, Natrium Sillkat 2,5%, H2O2 1%,
EDTA 2,5% dan kolektor Natrium oleat terhadap berat tabloid bekas kering.
Konsentrasi kolektor divariasikan antara 0 s.d. 1%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kondisi optimum diperoleti pada penambahan kolektor
0,5%. Hal ini ditandai dengan derajat putih tinggi, tetapi noda sedikit yang
didukung juga dengan kadar karbon paling sedikit. Kondisi optimum ini diuji
kembali dengan penambahan frother DI-370 sebanyak 0,1%. Ternyata hasil
yang diperoleh adalah derajat putih yang semakin tinggi dan noda sedikit"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Eko Ari Wibowo
"Konsumsi kertas semakin meningkat seiring dengan perkembangan
pengetahuan, informasi, pengemasan dan sosial budaya manusia. Salah satu
usaha untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku kertas adalah dengan cara
pendaur-ulangan kertas tabloid bekas menjadi serat sekunder dengan terlebih
dahulu menghilangkan warnanya dengan metode fiotasi. Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan derajat putih yang dihasilkan oleh surfaktan Na-Oleat dan
Sodium Dodesii Sulfat (SDS).
Kertas taboid bekas dikelompokkan berdasarkan wamanya; hitam, merah,
hijau dan campuran. Sebelum fiotasi, dilakukan proses repulping dengan
penambahan NaOH, H2O2 , NaaSiOs dan EDTA. Surfaktan yang digunakgn untuk
fiotasi adalah Natriun Oleat yang konsentrasinya divariasikan 0,5; 0,75; 1 %. Hasil flotasi diamati melalui pengukuran parameter penunjang yaitu opasitas, gramatur,
indeks tarik, indeks sobek dan noda untuk menentukan kondisi optimum. Pada
kondisi optimum dibandingkan derajat putih yang dihasiikan oieb surfaktan Na-
Oieat.
Kondisi optimum diperoleh pada penambahan surfaktan Na-Oleat 0,5 %.
Pada kondisi optimum, derajat putih untuk warna hitam 56,49 % dan campuran
55,03 % telah mampu meiewati spesifikasi 3NI yaitu sebesar 55 %. Derajat putih
warna merah 52,26 % dan hijau 52,75 % beium mampu meiewati spesifikasi ijNi.
bengan surfaktan SOS, derajat putih untuk warna hitam 56,47 % dan warna
f
campuran 54,38 % mengaiami penurunan sedangkan warna merah 53,46 % dan
hijau 52,9 % mengaiami kenaikkan tetapi masih beium mampu meiewati
spesifikasi SNi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Muhammad Farros
"Litium yang sekarang menjadi salah satu material paling dicari karena sifatnya yang dapat digunakan sebagai baterai menjadi salah satu faktor untuk dilakukan proses peningkatan kadar dari sumber batuan. Froth flotation merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memisahkan mineral yang ingin diambil dengan pengotornya berdasarkan dengan sifat hidrofobik dan hidrofilik dari mineral. Keberhasilan proses froth flotation ditentukan oleh beberapa parameter seperti ukuran partikel, pH, waktu, dan penggunaan zat aditif seperti kolektor dan frother. Berdasarkan studi literatur didapatkan hasil yang maksimal pada ukuran partikel -0,074 mm, kondisi pH basa 8-10, waktu 5 menit, dan menggunakan asam oleat/sodium oleat NaOL)/tributyl tetradecyl phosphonium chloride TTPC. Penggunaan aktivator Fe3+ juga meningkatkan hasil persentase recovery. Parameter-parameter tersebut yang diketahui dapat meningkatkan persentase recovery dikarenakan dapat memaksimalkan kerja kolektor dalam memisahkan mineral.

Lithium is now one of the most sought after materials because of its nature which can be used as a battery to be one of the factors for the process of increasing lithium content from rock source. Froth flotation is a process that is carried out to separate the minerals with the impurities based on the hydrophobic and hydrophilic properties of the mineral. The success of froth flotation process is determined by several parameters such as particle size, pH, time, and the use of additives such as collectors and frother. Based on literature studies, maximum results were obtained at partcle size of -0.074 mm, alkaline pH conditions 8-10, 5 minutes, and using oleic acid/sodium oleic NaOL/tributyl tetradecyl phosphonium chloride TTPC. The use of activator Fe3+ also increases the percentage recovery results. These parameters are known to increase the percentage of recovery because they can maximize the work of collector in separating minerals."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Firmansyah
"Limonit [(Fe, Ni)O(OH).nH2O] adalah bijih lateritik yang mengandung kandungan kadar nikel 0,8% - 2% dan kandungan besi 25% - 50%. Salah satu cara untuk meningkatkan kadar dari suatu mineral sekaligus memberikan nilai tambah dari suatu proses pengolahan mineral dengan menggunakan proses flotasi. Proses flotasi ini bergantung pada reagen-reagen seperti : kolektor, frother dan modifier. Pada penelitian ini menggunakan asam oleik sebagai kolektor dan minyak pinus sebagai frother. Sedangkan pH yang digunakan dijaga tetap 10. Untuk menjaga pH ini digunakan soda ash (Na2CO3). Pengujian yang dilakukan adalah pengujian XRD untuk mengetahui senyawa-senyawa yang ada, serta pengujian XRF untuk mengetahui kadar dari masing-masing unsur. Produk buih sebagai konsentrat dan produk endapan sebagai tailing, karena senyawa Ni dan Fe terangkat di buih dan terpisah dengan pengotornya. Nilai recovery aktual tertinggi pada Ni terjadi pada saat penambahan kolektor: 895 g/ton dan frother: 30 g/ton, yaitu sebesar 50,67%. Sedangkan nilai recovery aktual tertinggi pada Fe terjadi pada saat penambahan kolektor: 1491,67 g/ton dan frother: 90 g/ton, yaitu sebesar 50,22%.

Limonit [(Fe, Ni)O(OH).nH2O] is lateritic nickel ore, composed of 0,8% - 2% Ni and 25% - 50% Fe. One way to improve contents of a valuable mineral while providing added value from mineral processing is using flotation process. This flotation process depends on reagents such as : collector, frother and modifier. This research used oleic acid collector and pine oil frother. A constant pH is at 10. To maintain this pH,soda ash (Na2CO3) was utilized. Characterizations were constructed using XRD to determine the compounds in the ore, and XRF to determine contents of each element. The product was at foam as concentrate and the tailing was precipitated. Higher Ni and Fe compounds grade were accumulated in the foam and separate with their gangues. The highest value of the actual recovery of Ni that occurs during the addition of collector: 895 g/ton and frother: 30 g/ton is 50.67%. Whereas the highest value of the actual recovery of Fe that occurs during the addition of collector: 1491.67 g/ton and frother: 90 g/ton is 50.22%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51510
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
hapus3
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki deposit laterit yang cukup tinggi, khususnya pulau Sulawesi, sehingga Indonesia memiliki bahan baku yang cukup untuk memproduksi ferronickel. Di dalam lapisan laterit, limonit memiliki kadar Ni yang cukup rendah yaitu sekitar 0,8-1,5%. Kadar yang tidak ekonomis untuk dilakukan proses reduksi.
Tujuan dari skripsi ini adalah mengetahui pengaruh penambahan kadar collector asam stearat serta frother asam kresilat terhadap perolehan unsur nikel yang terbentuk (nilai % recovery Ni) dari bijih limonit setelah dilakukan proses flotasi, serta mengetahui kombinasi yang tepat antara collector dan frother sehingga dihasilkan nilai % recovery yang optimum. Pada penelitian ini, collector yang digunakan adalah asam stearat dengan konsentrasi sebesar 500g/ton, 1000g/ton, 1500g/ton, 2000g/ton, dan 2500g/ton. Sementara frother yang digunakan adalah asam kresilat dengan konsentrasi sebesar 100g/ton, 175g/ton, dan 250g/ton. Dengan volume larutan yang digunakan adalah sebanyak 300ml larutan, dan dengan kecepatan agitator sebesar 1750rpm selama 6 menit. Uji komposisi kimia sebelum dan setelah penelitian dilakukan sebagai parameter untuk memastikan pengaruh dari proses flotasi yang dilakukan. Proses pengujian komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan XRD serta XRF.
Hasil perhitungan % recovery Nikel menunjukkan kecenderungan turun seiring penambahan collector kemudian seiring dengan meningkatnya jumlah collector pada sampel buih baik pada Ni maupun Fe (optimum pada penambahan collector sebesar 2500g/ton dan frother sebesar 100g/ton).

Indonesia is one of the country that has high deposit of laterit ore, especially Sulawesi Island, thus Indonesia has enough raw material to produce ferronickel. In the lateritic layer, limonite has low grade content of Ni and its about 0,8-1,5%. It is less economic to use reduction process.
The aim of this research is to know the effect of stearic acid and cresylic acid content addition to the recovery of Ni from Limonite after flotation process. It also to know the best combination between collector and frother to get optimum recovery of Ni or Fe. On this research, the collector that used is stearic acid with its concentration about 500g/ton, 1000g/ton, 1500g/ton, 2000g/ton, and 2500g/ton. The frother that used in this research is cresylic acid with its concentration is 100g/ton, 175g/ton, and 250g/ton. Using pulp density about 300cc with agitator speed is 1750rpm as long as 6 minutes. Chemical test of raw material and sample after flotation process is using XRD and XRF.
The result of recovery calculation shows that the % recovery tend to decrease at the first addition of collector, but it increase together with addition of collector on the froth sample both on Ni and Fe (optimum when collector 2500g/ton and frother 100g/ton).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51511
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahaean, Imanuel Abdi Plerusthe
"Dalam industri pengolahan mineral, keberhasilan proses ditentukan oleh kadar konsentrat, perolehan, serta liberasi mineral berharga. Jenis bijih yang masuk kedalam proses di plant bervariasi tipe dan sifatnya. Dalam penelitian ini, bijih yang dipakai merupakan problematic ore, karena mengandung High Pyrite. High pyrite merupakan bijih yang susah diproses, karena bisa menimbulkan dilema, karena pada dasarnya kita tidak menginginkan pyrite ada di konsentrat kita, itu harus dibuang untuk mendapatkan kadar akhir konsentrat murni _30%, tapi kerugiannya kita bisa kehilangan Au (emas), karena biasanya emas berasosiasi/berikatan dengan pyrite. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel proses yang efektif untuk memproses bijih yang mengandung pyrite. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh variabel flotasi yang berubah-ubah, yaitu: pH = rendah / sedang / tinggi (9.5 / 10.5 / 11.5), Dosis Secondary collector = rendah / sedang / tinggi (0 / 10 / 20g/t), tipe Frother = 3 tipe (F597 / OTX140 / MIBC), SMBS = rendah / sedang / tinggi, Sodium Carbonate = rendah / sedang / tinggi. Dengan variabel yang dijaga konstan adalah grind(+80% passing 65 mesh), Primary collector dose( 40g/t), Collector type(AP7249), Frother dose(12g/t). Hasil pengujian menunjukkan bahwa perolehan tembaga/CuR terendah adalah 5,7 % dan tertinggi adalah 64,2 %. Sedangkan untuk perolehan emas/AuR, yang terendah sebesar 2,7 % dan yang terbesar adalah 63,8 %, dengan perolehan tembaga dan emas terbaik diperoleh pada pH 9.5, SIBX 20g/t dan SMBS 50g/t.

In industry processing of mineral, efficacy of process determined by rate of concentrate grade, recovery, and also liberation of valuable mineral. Ore type which enter into process in the plant vary type and in character. In this research, ore weared to represent ore problematic, because containing High Pyrite. High Pyrite represent ore which is hard to be processed, because can generate dilemma, because basically we do not wish pyrite in our concentrate, that have to be thrown to get final rate of pure concentrate _ 30%, but it's a loss out because we can lose Au (gold), because usually gold have association / band with pyrite. This research aim to know effective process variable to process ore that contain of pyrite. This research is focussed of influence of variable of flotation fickle, that is: pH = low / med / high ( 9.5 / 10.5 / 11.5), Secondary collector dose= low / med / high ( 0 / 10 / 20 g t), Frother type = 3 types ( F597 / OTX140 / MIBC), SMBS = low / med / high, Sodium Carbonate = low / med / high. Other set-points that will be kept constant are grind(+80% passing 65mesh), Primary collector dose( 40g/t), Collector type(AP7249), Frother dose(12g/t). Result of examination indicates that lowest CuR is 5,7 % and highest is 64,2 %. While for gold recovery, the lowest equal to 2,7 % and biggest is 63,8 %, with the best CuR and AuR were obtained at pH 9.5, SIBX at 20g/t and SMBS at 50g/t."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Ramadhani
"Perkembangan liposom sebagai sistem penghantaran obat dapat membantu menargetkan obat ke targetnya secara spesifik sehingga dapat mengurangi efek samping dan toksisitas obat. Lepasnya obat dari liposom dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, di antaranya pH dan temperatur. Liposom harus dapat stabil pada pH fisiologis tetapi juga sensitif terhadap kondisi pH yang lebih asam yaitu pH 5,5-6,0. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan asam oleat terhadap sensitivitas liposom yang mengandung spiramisin pada berbagai kondisi pH dan menguji efisiensi penjerapannya. Dalam penelitian ini digunakan tiga formula yaitu tanpa penambahan asam oleat, dengan penambahan 0,16 mol dan 0,32 mol asam oleat. Evaluasi yang dilakukan terhadap liposom adalah morfologi partikel menggunakan Scanning Electron Microscope dan mikroskop konfokal, distribusi ukuran partikel menggunakan Particle Size Analyzer, persentase penjerapan yang diperoleh dari hasil dialisis, dan yang utama adalah sensitivitas liposom pada pH 2; pH 5,5; dan pH 8. Hasil yang didapat adalah liposom dengan diameter rata-rata 15-17 µm dan efisiensi penjerapan dari ketiga formula menurun dengan meningkatnya kosentrasi asam oleat. Adanya penambahan asam oleat dapat meningkatkan sifat sensitivitas liposom terhadap pH asam dan stabilitasnya pada pH basa. Pelepasan obat tertinggi didapat dari liposom dalam medium pH 2 dan terendah dalam medium pH 8.

The development of liposomes as drug carrier is applied for drug targetting in order to reduce adverse effects and toxicity of drugs. The drug release from liposomes is influenced by environmental conditions such as pH and temperature. As drug carrier, liposomes must be stable in physiological pH, but they have to be able to release their content in lower pH condition (pH 5.5-6.0). The aims of this research are to study about the presence of oleic acid in liposome formula containing spiramycin on their pH sensitivity and to evaluate their entrapping efficiency. There are three concentrations of oleic acid that use in liposome formula which are 0, 0.16 mol, and 0.32 mol. Liposomes were evaluated by their morphology with Scanning Electron Microscopy and convocal microscope, particle size distribution with Particle Size Analyzer, entrapment efficiency with dialysis, and their sensitivity in pH 2, 5.5 and 8 medium. Evaluation results showed that liposomes particle sizes are range from 15 to 17 µm, and it illustrated that the higher oleic acid concentration, the lower their entrapment efficiency. The percentages of drug released from liposomes proved that adding of oleic acid in liposome formula increased their sensitivity to acidic condition and their stability to basic condition. The highest drug released could be obtained from liposomes in pH 2 medium, while the lowest drug released was in pH 8 medium."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S134
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Andryani
"Obat-obat hipolipidemik golongan statin telah lama digunakan dan merupakan obat yang umumnya diberikan pada terapi hiperlipidemia. Salah satu hasil sintesis senyawa golongan statin adalah obat LS. Dalam penggunaan obat golongan statin, perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi organ-organ tubuh salah satunya adalah hati. Parameter yang digunakan untuk menilai fungsi hati adalah dengan melihat aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Alkali Fosfatase (ALP) plasma pada tikus putih. Penelitian menggunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley yang dibagi ke dalam empat kelompok masing-masing 6 ekor. Kelompok I, II, III adalah kelompok perlakuan yang diberi larutan uji dengan dosis berturutturut 0.9 mg, 1.8 mg, dan 3.6 mg/200 g bb tikus. Kelompok IV adalah kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Penelitian dilakukan selama 60 hari dan pada hari ke-60 sampel darah tikus diambil melalui sinus orbital mata. Selanjutnya dilakukan pengukuran aktivitas ALT plasma dengan metode kolorometri (Reitman-Frankle) serta pengukuran aktivitas ALP plasma dengan metode kolorimetri berdasarkan Deutsche Gesellschaft für Klische Chemie. Aktivitas ALT plasma setelah dilakukan pengukuran adalah 32.92 ± 7.79 U/L, 37.02 ± 8.15 U/L, 40.80 ± 3.60 U/L, 35.82 ± 5.69 U/L pada kelompok I, II, III, IV jantan dan 28.91 ± 4.64 U/L, 30.66 ± 4.48 U/L, 35.87 ± 7.59 U/L, 31.77 ± 7.48 U/L, pada kelompok I, II, III, IV betina. Pada pengukuran aktivitas ALP plasma diperoleh 433.78 ± 82.27 U/L, 437.92 ± 63.67 U/L, 438.8492 ± 72.77 U/L, 436.54 ± 79.06 U/L pada kelompok I, II, III, IV jantan dan 431.02 ± 34.18 U/L, 434.24 ± 61.73 U/L, 437.46 ± 48.27 U/L, 433.78 ± 78.19 U/L pada kelompok I, II, III, IV betina. Hasil ANAVA (α = 0,05) terhadap aktivitas ALT dan ALP plasma tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian obat LS dengan dosis berturut-turut 0.9 mg, 1.8 mg, dan 3.6 mg/200 g bb tikus selama 60 hari tidak mempengaruhi fungsi organ hati tikus putih baik jantan maupun betina
The lipid-lowering agents, known as statins, have been use for many years and are among the most commonly prescribed for hyperlipidemia therapy. One of the synthesis statins is LS drug. It’s necessary to know if statins has influence on liver function. The writer examines the liver function of Rattus novergicus plasma through Alanin Aminotransferase (ALT) and Alkaline Phosphatase (ALP). The research uses Sprague-Dawley rats that divided into 4 groups each male and female consisting of 6. Group I, II, III are given statin with 0.9, 1.8, 3.6 mg/200 g bw dosages as experiment groups. While group IV are given CMC 0,5% as control group. The research lasts 60 day. On the 61st day, the blood sample is taken from orbital sinus of eye. The ALT plasma activities are measured with colorimetric method (Reitman-Frankel) and the ALP plasma activities are measured with colorimetric method according to the recommendations of the Deutsche Gesellschaft für Klinische Chemie. The ALT plasma activities are 32.92 ± 7.79 U/L, 37.02 ± 8.15 U/L, 40.80 ± 3.60 U/L, 35.82 ± 5.69 U/L in the group I, II, III, IV male and 28.91 ± 4.64 U/L, 30.66 ± 4.48 U/L, 35.87 ± 7.59 U/L, 31.77 ± 7.48 U/L, in the group I, II, III, IV female. The ALP plasma activities are 433.78 ± 82.27 U/L, 437.92 ± 63.67 U/L, 438.84 ± 72.77 U/L, 436.54 ± 79.06 U/L in the group I, II, III, IV male and 431.02 ± 34.18 U/L, 434.24 ± 61.73 U/L, 437.46 ± 48.27 U/L, 433.78 ± 78.19 U/L in the group I, II, III, IV female. One way analysis of varians (ANOVA) of ALT and ALP plasma activities (α = 0,05) showed that there were no significant difference between experiment group and control group. The results indicate that giving LS drug to the experiment groups (male and female) with 0.9, 1.8, 3.6 mg/200 g bw dosages does not influence liver function."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Sari
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S33060
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alef Festiawati
"LS drug is a synthetic of statin group that has been used as an antihyperlipidemia. The LS drug has been used long-term repeated administration must be assessing especially for liver function of rat through alanine aminotransferase (ALT) activity plasma and histological structure. This study used Sprague Dawley rats that is divided into 4 groups, each one consist of 10 male and female rats. Group I, II, III were given statin with 1,8; 3,6; 7,2mg/ 200g bw dosage as a study groups, while group IV was given CMC 0,5% orally as a control group. The studies have been finished for 90 days and 91st day, the blood samples were taken from orbital sinus of eye, and the liver was taken to observe its histology. The ALT plasma activities were measured with colorimetric method (Reitman-Frankel) and histological structure were colored by paraffin method and Haematoxylin-Eosin stain by further central vein diameters was measured. One way varian analysis of ALT plasma activities and central vein diameter (α = 0,05) showed that there was no significant differences between studies groups and control group. The result was indicated that given LS drug for 90 days did not have sigificant effect on the liver function.

Obat LS merupakan obat sintesis golongan statin yang digunakan sebagai antihiperlipidemia. Obat LS digunakan berulang dan dalam jangka panjang sehingga perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi hati, dengan menilai aktivitas Alanin aminotransferase (ALT) plasma dan gambaran histologi hati. Penelitian menggunakan tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley yang dibagi ke dalam empat kelompok masing-masing 10 ekor. Kelompok I, II, III adalah kelompok perlakuan yang diberi larutan uji dengan dosis berturut-turut 1,8; 3,6; dan 7,2mg/ 200g bb perhari. Kelompok IV adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Penelitian dilakukan selama 90 hari dan pada hari ke-91 sampel darah tikus diambil melalui sinus orbital mata kemudian dibedah untuk diambil hatinya. Pengukuran aktivitas ALT plasma menggunakan metode kolorimetri (Reitman-Frankel) serta histologi hati dengan metode parafin dan pewarnaan hematoksilin-eosin kemudian dilakukan pengukuran terhadap diameter vena sentralis. Hasil ANAVA (α=0,05) terhadap ALT plasma dan pengukuran diameter vena sentralis tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Hasil menunjukkan bahwa pemberian obat LS selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi hati."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S33080
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>