Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134078 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hengky Wijaya
"Sugar fatty acid esters (SFAE) dikenal sebagai biosurfaktan.
Kemampuan biodegradabilltas yang sangat baik, tidak memiliki rasa
(tasteless), tidak berbau (odor/ess), tidak beracun (nontoxic), tidak
menyebabkan iritasi (non-irritant) dan sifat non-ionik menjelaskan
kegunaannya yang sangat penting dalam berbagai aplikasi kehidupan yang
iuas.
Pada penelitian ini dilakukan sintesa pembuatan SFAE fruktosa stearat
dan fruktdsa oleat secara konvensional dan secara enzimatik. Surfaktan
tersebut merupakan jenis surfaktan non ionik yang dapat membentuk emuisi
Water in Oil (W/0). Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa SFAE
basil sintesa konvensional memiliki sifat-slfat surfaktan sebagai emulsifier dan
mampu menurunkan tegangan pernnukaan airdari 72 dyne/cm menjadi 48
dyne/cm dengan nilai CMC 0,06 gr/L untuk SFAE stearat dan 38 dyne/crn
dengan nilai CMC 0,05gr/L untuk SFAE oleat. SFAE,oleat memiliki nilai HLB
6,697 sedangkan SFAE stearat memiliki nilai HUB 6,959"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Gilang Fauzi
"Surfactant are amphiphilic molecules that have been used in widely used as emulsifier and cleaning agent in various industries. These broad industrial applications made the global surfactant production increased annually. In 2020, the amount of global surfactant production estimated would reach more than 24 million per year. However, the currently used surfactants are synthetically produced from chemical or petroleum derived product, so it is often toxic and non-biodegradable. Rhamnolipids are “surfactant like” molecules produced by Pseudomonas aeruginosa which could be alternatives for more environmentally friendly surfactant. The use of rhamnolipid are quite limited due to its expensive production cost. The production cost of rhamnolipid could be reduced using by agro-industrial by-product as substrate. One of the abundant agro-industrial by-products in Indonesia that can be used as a substrate for rhamnolipid production are Oil Palm Empty Fruit Bunch (OPEFB). This study employed SuperPro Designer v9.5 to performed process simulation and economical assessment of rhamnolipid production using OPEFB as a substrate through two different purification methods which are solvent extraction and chromatography adsorption. Based on the process simulation that has been done, the process that used adsorption chromatography purification methods more efficient in terms of the usage of the feedstock and energy. The economic assessment also shown that these methods were more profitable and economically attractive with the value of NPV 24.954.000 USD, IRR 14,77% and payback period 5,66 years

Surfaktan merupakan molekul yang bersifat amfifilik dan banyak digunakan sebagai emulsifier dan agen pembersih di berbagai industri. Pengaplikasian surfaktan yang sangat luas menyebabkan produksi surfaktan setiap tahunnya selalu meningkat. Namun, kebanyakan surfaktan yang digunakan dan tersedia dipasaran merupakan surfaktan sintetik yang dibuat dari bahan kimia atau turunan minyak bumi. Surfaktan jenis ini biasanya bersifat racun dan dapat mencemari lingkungan. Rhamnolipid merupakan molekul yang diproduksi oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa, bersifat seperti surfaktan namun lebih ramah lingkungan. Penggunaan rhamnolipid masih sangat terbatas, dikarenakan biaya produksinya yang mahal. Biaya produksi rhamnolipid dapat dikurangi dengan menggunakan limbah agroindustri sebagai substrat untuk produksinya. Salah satu limbah agro industri yang jumlahnya sangat melimpah di Indonesia dan dapat digunakan sebagai substrat untuk produksi rhamnolipid adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Penelitian ini melakukan simulasi proses dan analisis keekonomian dari produksi rhamnolipid dengan substrat TKKS menggunakan program SuperPro Designer melalui dua metode purifikasi yaitu metode ekstraksi pelarut dan kromatografi adsorpsi. Berdasarkan hasil simulasi proses yang telah dilakukan, produksi dengan menggunakan metode purifikasi kromatografi adsorpsi lebih efisien secara penggunaan bahan baku TKKS dan energi. Selain itu, analisis keekonomian juga menunjukkan proses dengan metode kromatografi adsorpsi lebih menguntungkan secara ekonomis dengan nilai NPV, IRR, dan payback period secara berturut-turut 24.954.000 USD; 14,77%; dan 5,66 tahun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesias, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vienty Sabrina
"Green synthesis nanopartikel ZnO menggunakan ekstrak buah lerak (Sapindus rarak DC) berhasil dilakukan dalam fasa air. Senyawa metabolit sekunder alkaloid digunakan sebagai agen yang penghidrolisa (sumber basa lemah) sedangkan senyawa saponin dan terpenoid berperan sebagai agen penstabil (capping agent). Biosurfaktan saponin diisolasi dari ekstrak buah lerak untuk mempelajari pengaruhnya terhadap ukuran dan morfologi nanopartikel ZnO. Dalam mempelajari pengaruh saponin dan ion hidroksida terhadap nanopartikel ZnO, sumber basa amonium hidroksida (NH4OH) digunakan sebagai sumber basa lemah dalam sintesis. Nanopartikel hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan instrumentasi spektrofotometer UV-Vis, UV-Vis DRS, spektroskopi FTIR, XRD, PSA dan TEM. Hasil karakterisasi nanopartikel ZnO menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi ion hidroksida dari NH4OH dalam reaksi menyebabkan peningkatan ukuran nanopartikel dan pembentukan morfologi nanopartikel yang tidak teratur sedangkan biosurfaktan saponin berperan sebagai pengarah morfologi dalam sintesis. Uji aktivitas fotokatalitik nanopartikel ZnO menunjukkan bahwa karakteristik nanopartikel ZnO mempengaruhi nilai % degradasi dari zat warna Rhodamine B
ZnO nanoparticle (ZnO NP) was successfully synthesized through green synthesis route using Sapindus rarak DC.’s fruit extract in water. Secondary metabolite compounds from fruit extract acted as source of base and capping agent in ZnO NP synthesis. Alkaloid hydrolyzed water to provide hydroxide ion which was needed in synthesis while saponin and terpenoid affected particle size and morphology of ZnO NPs. Biosurfactant of saponin was extracted from Sapindus rarak DC.’s fruit to study saponin’s effects in particle size and morphology of ZnO NP. By existence of saponin in ZnO NP synthesis, ammonium hydroxide (NH4OH) used as source of hydroxide ion to study biosurfactant and ion hydroxide effects to ZnO NP. Nanoparticles were characterized using UV-VIS spectrophotometer, UV-VIS DRS, FTIR spectroscopy, XRD, TEM, and SEM. Characterization results showed biosurfactant saponin control the particle size and morphology of ZnO NPs while higher concentration of hydroxide ion increase particle size and create irregular morphology of ZnO NPs. Photocatalytic activity study of nanoparticles showed morphology and particle size characteristic of ZnO NPs correlate with its ability to degrade Rhodamine B."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman
"Pembentukan ester (sukrosa oktaoleat, fruktosa pentaoleat,
sukrosa oktastearat, dan fruktosa pentastearat) antara senyawa karbohidrat
(sukrosa dan fruktosa) yang diesterifikasi asam lemak (asam stearat dan
asam oleat) dan masing-masing ester tersebut memiliki fungsi sebagai
minyak goreng diet karena dl dalam tubuh keempat ester tersebut tidak dapat
dimetabollsme oleh tubuh dan dapat menarik kolesterOl dan asam lemak
bebas keluar dari tubuh. ,
Penelitian dllakukan untuk menyelidlkl adanya perbedaan
antara minyak goreng biasa (bimoli) dengan minyak goreng diet (keempat
ester hasil sintesis) baik sifat fisik maupun sifat kimianya Proses pembentukan ester cleat (sukrosa oktaoleat dan
fruktosa pentaoleat) dllakukan dengan melarutkan karbohidrat (sukrosa dan
fruktosa) dan asam cleat dengan pelarut DMF dan diberl katalis HCI pekat
(hanya untuk fruktosa) yang kemudian direfluks pada temperatur 45°C,
sedang proses pembentukan ester stearat (sukrosa oktastearat dan fruktosa
pentastearat) dllakukan dengan melarutkan karbohidrat (sukrosa dan
fruktosa) dan asam stearat dengan pelarut DMF dan diberl katalis HCI pekat
(hanya untuk fruktosa) yang kemudian direfluks pada temperatur 85°C.
Dengan cara konvensional, ester fruktosa dan ester sukrosa diperoleh dalam
waktu 96 jam dan 112 jam.
Dari hasil pengukuran dengan IR, hasil IR antara masingmasing
ester dengan minyak bimoli memliki serapan yang sama pada daerah
gugus fungsional, yang berbeda hanyalah pada daerah sidik jari.
Dari hasil pengukuran titik didih, terlihat bahwa keempat ester
hasil sintesis mempunyai titk didih yang lebih besar dari minyak bimoli.
Dari hasil pengukuran angka peroksida, terlihat bahwa angka
peroksida minyak bimoli lebih besar dari angka peroksida sukrosa oktaoleat
dan fruktosa pentaoleat. Dari hasil pengukuran angka iodium, telihat bahwa
angka iodium minyak bimoli lebih besar dari sukrosa oktaoleat dan fruktosa
pentaoleat. Dari hasil pengukuran angka asam, terlihat bahwa angka asam
minyak bimoli lebih besar dari angka asam ester cleat maupun ester stearat"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riswijanto
"Minyak goreng diet adalah minyak goreng yang tidak dapat dimetabolisine oleh tuhuh dan dapat mcnarik koleslerol serta asam lemak bebas keluar dari tubuh. Studi ini . mensintesa ester dari sukrosa , fruktosa dan asam oleat serta stearat dengan menggunakan katalis asam (HC1) pada temperature 45 "C dengan pelarut DMF. Senyawa ester sukrosa oktaoluat dan fruklosa pentaoleat terbentuk dengan ditandai hilangnya serapan gugus OH pada bilangan gelombang 3500 - 3326 cm. Reaksi berlangsung dengan waktu 96 jam dan 112 jam.Titik didih sukrosa oktaoleat adalah 234 - 236 "C frukiosa penta oleat 216 - 217 "C fruktosa petaolat 257-260 °C. Sukrosa oklaslearal 272-274 "C sedangkan titik didih minyak bimoli 182- I83°C.

Cholesterol and trigliserida may he excreted by diet palm oil from the human body. In this study, it had already been synthesied such ester like as fructuosa pentasicoric. fructose pentastcaric. sucrosa octa olcic and sucrose oclasicaric. This ester can be synthesizes by substitution reaction between oleic or sacaric acid and sucrose or fructose as carbohydrate base.Those ester result simply from heating oleic or stearic acid and sucrosa or fructosa in DMF solution containing small amount of strong acid (HCI) catalyst at 45 °C. The esterification reaction is successfully, its to be convince by the fungsional group of hidroksil (3500 3326 em "1) have already disappear. The reaction completed at about 96 hour for fructose pentanteic ester and 112 "C of sucrose octaoleic. The boiling point of fructose penta oleic - 216-217 C. Sucrosa ociaoleic = 234-236 "C. Fructosa pentaolcic = 257-260 "C. Sucrose octastearie -? 272-274 "f where as Bimoli palm oil= 182-183 °C."
[place of publication not identified]: Sains Indonesia, 2003
SAIN-8-2-2003-22
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhilah Damayanti
"Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit dan ester gliserol oleat secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa EC. 3.1.1.3 dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan membuat variasi perbandingan mol antara asam lemak dengan gliserol, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Hasil persen konversi tertinggi diperoleh dari variasi perbandingan 1:4 sebesar 42 untuk ester gliserol asam lemak hidrolisis minyak sawit dan 58 untuk ester gliserol oleat.
Hasil karakterisasi menggunakan FT-IR untuk ester gliserol asam lemak hidrolisis minyak sawit dan ester gliserol oleat menunjukkan adanya puncak serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1748 cm-1. Pada ester gliserol asam lemak hidrolisis minyak sawit dan ester gliserol oleat dilakukan uji emulsifier. Tipe emulsi yang terbentuk adalah minyak dalam air o/w . Uji aktivitas antimikroba ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit maupun ester gliserol asam oleat ternyta tidak dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes.

Synthesis of glycerol palm oil fatty acid ester and glycerol oleic acid ester were conducted enzymatically using Candida rugosa lipase EC. 3.1.1.3 in n hexane solvent. Optimization of esterification reaction was carried out by varying the mole ratio of fatty acid to glycerol 1 1 1 2 1 3 1 4. The highest conversion percentage was obtained at mole ratio 1 4 with the value of 42 for glycerol palm oil fatty acid ester and 58 for glycerol oleic ester. Esterification products were characterized by FT IR.
The FT IR spectrum showed the ester bond was formed as indicated at 1748 cm 1 for the absorption peak of C O ester group. Both esters were then examined by simple emulsion test and were proved to be an emulsifier. Based on the emulsion test, it was proved that the esterification products have properties as an emulsifier for oil in water o w emulsion type. The antimicrobial activity assay showed that glycerol palm oil fatty acid ester and and glycerol oleic acid ester cannot inhibit the growth of Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69921
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joice Laurentina
"Biosurfaktan berpotensi menjadi alternatif pengganti surfaktan berbahan dasar fosil karena sifatnya yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Ester asam lemak gula menjadi salah satu jenis biosurfaktan yang menarik banyak perhatian karena memiliki sifat permukaan aktif yang baik dan berasal dari sumber daya terbarukan. Pada penelitian ini, dilakukan sintesis ester asam lemak fruktosa menggunakan asam lemak hasil hidrolisis minyak biji kelor, gula fruktosa, enzim Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut n-heksana. Reaksi esterifikasi dilakukan pada suhu 40°C selama 72 jam. Terbentuknya produk ester asam lemak fruktosa dikonfirmasi melalui spektrum FTIR dengan puncak serapan C=O khas ester pada bilangan gelombang 1741 cm-1. Produk ester asam lemak fruktosa hasil sintesis diuji kemampuannya sebagai biosurfaktan dengan melihat kestabilannya dalam membentuk emulsi, serta diuji aktivitas antimikrobanya menggunakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk ester asam lemak fruktosa mampu menstabilkan emulsi minyak dalam air serta dapat menghambat pertumbuhan kedua jenis bakteri tersebut.

Biosurfactants have the potential to be an alternative to fossil-based surfactants due to their biodegradability and environmental friendliness. Sugar fatty acid esters are a type of biosurfactant that has attracted significant attention because of their good surface-active properties and renewable sources. In this study, the synthesis of fructose fatty acid ester was conducted using fatty acids from hydrolyzed moringa seed oil, fructose, Lipase Eversa Transform 2.0 enzyme, and n-hexane solvent. The esterification reaction was performed at 40°C for 72 hours. The formation of the fructose fatty acid ester was confirmed by FTIR spectrum showing the characteristic ester C=O absorption peak at 1741 cm-1.  The fructose fatty acid ester product was tested for its capability as a biosurfactant by evaluating its emulsion stability and its antimicrobial activity against Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The results showed that the fructose fatty acid ester could stabilize oil-in-water emulsions and inhibit the growth of both bacterial strains."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novella Dhindha Pangestika
"Asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit disintesis dengan fruktosa, manosa dan manitol melalui reaksi esterifikasi secara enzimatik menghasilkan suatu ester hidrolisat gula yang dapat berfungsi sebagai senyawa antikanker. Pertama, minyak sawit komersil dihidrolisis menggunakan NaOH dan HCl untuk mendapatkan hidrolisat minyak sawit. Hidrolisat selanjutnya diesterifikasi dengan masing-masing gula yaitu fruktosa, manosa dan manitol menggunakan Novozyme Eversa® Transform 2.0 sebagai katalis. Produk yang didapatkan diidentifikasi dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), dan dikarakterisasi dengan FTIR. Hasil FTIR menunjukkan bahwa terdapat gugus fungsi ester pada sampel, ditandai adanya serapan kuat pada gugus C=O ester yang terdapat pada bilangan gelombang 1700-1750 cm-1 serta terdapat serapan ulur C-H dan O-H yang overlapping pada bilangan gelombang 2400-3369 cm-1. Selanjutnya, senyawa ester gula dilakukan uji emulsi dan aktivitas antikanker dengan metode MTT assay lalu dihitung nilai IC50. Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa ester memiliki sifat sebagai emulsifier serta memiliki aktivitas antikanker pada senyawa ester gula hidrolisat asam lemak. Hasilnya menunjukkan jika senyawa ester hidrolisat asam lemak fruktosa dan manitol tergolong kedalam sitotoksik sedang dengan nilai IC50 sebesar 39,55 dan 34,27 µg/mL, sedangkan ester hidrolisat asam lemak manosa tergolong kedalam sitotoksik lemah dengan nilai IC50 sebesar 65,54 µg/mL

The fatty acids resulting from the hydrolysis of palm oil are synthesized with fructose, mannose and mannitol through an enzymatic esterification reaction to produce a hydrolyzed sugar ester which can function as an anticancer compound. First, commercial palm oil is hydrolyzed using NaOH and HCl to obtain hydrolyzed palm oil. The hydrolyzate was then esterified with the respective sugars namely fructose, mannose and mannitol using Novozyme Eversa® Transform 2.0 as a catalyst. The products obtained were identified by Thin Layer Chromatography (TLC), and characterized by FTIR. The FTIR results show that there is an ester functional group in the sample, marked by a strong absorption in the C=O ester group present at wave numbers 1700-1750 cm-1 and there are overlapping C-H and O-H stretching absorptions at wave numbers 2400-3369 cm-1. Furthermore, the sugar ester compound was tested for emulsion and anticancer activity using the MTT assay method and then the IC50 value was calculated. The results showed that the ester compound has properties as an emulsifier and has cytotoxic activity in fatty acid hydrolyzed sugar ester compounds. The results showed that the hydrolyzed ester compounds of fructose and mannitol fatty acids were classified as moderately cytotoxic with IC50 values of 39.55 and 34.27 µg/mL, while the hydrolyzed mannose fatty acid esters were classified as weakly cytotoxic with IC50 values of 65.54 µg/mL."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrotun Nisa
"Crude Palm Oil merupakan minyak sawit yang belum dimurnikan dan banyak digunakan sebagai bahan pada industri pangan, kosmetik, dan bahan bakar alternatif. Pemanfaatan minyak sawit telah banyak dilakukan sehingga dapat meningkatkan nilai gunanya. Salah satunya adalah pembuatan ester asam lemak-gula. Pada penelitian ini, ester asam lemak-gula disintesis melalui esterifikasi enzimatik menggunakan lipase Novozym Eversa® Transform 2.0. Asam lemak hidrolisat CPO direaksikan dengan D-fruktosa, D-manosa, dan manitol dalam pelarut n-heksana pada suhu 40°C selama 48 jam dalam penangas minyak. Produk berupa ester hidrolisat CPO-gula akan diidentifikasi menggunakan KLT (kromatografi lapis tipis) dan dikarakterisasi dengan instrumentasi FT-IR (fourier-transform infra red). Pengujian aktivitas antikanker terhadap lini sel kanker payudara MCF-7 menggunakan MTT assay menunjukkan hasil nilai IC50 untuk ester hidrolisat CPO-fruktosa dan ester hidrolisat CPO-manosa berturut turut sebesar 20,79 µg/mL dan 77,91 µg/mL. Sedangkan ester hidrolisat CPO-manitol menunjukkan nilai persen inhibisi sebesar 48,7% pada konsentrasi 120 ppm. Selain itu, pengujian stabilitas emulsi menunjukkan bahwa ester hidrolisat CPO-manosa mempunyai potensi sebagai emulsifier.

Crude Palm Oil is unrefined palm oil that is widely used as an ingredient in the food, cosmetic, and alternative fuel industries. The utilization of palm oil has been carried out a lot, increasing its use value. One of them is in the manufacture of sugar fatty acid-esters. In this research, fatty acid-sugar esters were synthesized via enzymatic esterification using Novozym Eversa® Transform 2.0 lipase. CPO fatty acid hydrolysate was reacted with D-fructose, D-mannose, and mannitol in an n-hexane solvent at 40°C for 48 hours in oil bath. Products in the form of CPO-sugar hydrolysate esters will be identified using KLT (Thin Layer Chromatography) and characterized with FT-IR (Fourier-Transform InfraRed) instrumentation. Anticancer activity testing against MCF-7 breast cancer cell line using MTT assay showed IC50 values for CPO-fructose hydrolysate ester and CPO-mannose hydrolysate ester of 20.79 µg/mL and 77.91 µg/mL, respectively. As for CPO-mannitol hydrolysate ester, it shows the inhibition percentage of 48,7% at 120 ppm concentration. In addition, emulsion stability testing showed that CPO-mannose hydrolysate esters have the potential as emulsifiers."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olan Maulana
"Tingginya kematian akibat kanker mendorong pengembangan agen antikanker dari bahan alam yang melimpah. Baru-baru ini, ester asam lemak-gula menarik perhatian karena diketahui memiliki berbagai aktivitas biologis, seperti antijamur, antibakteri, dan antikanker. Ester asam lemak-gula juga diketahui memiliki struktur amfifilik membuatnya berpotensi untuk digunakan sebagai emulsifier. Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis ester asam stearat-gula sebagai kandidat agen antikanker dan emulsifier. Ester asam stearat-gula berhasil disintesis melalui esterifikasi secara enzimatik menggunakan Novozymes Eversa Transform 2.0 sebagai katalis dengan konsentrasi 5% terhadap massa substrat dan n-heksana sebagai pelarut pada suhu 40oC selama 48 jam. Terbentuknya ester asam stearat-gula dikonfirmasi dengan munculnya puncak serapan C=O khas ester pada karakterisasi dengan spektrometer FTIR. Ester asam stearat-gula memberikan sitotoksisitas yang baik terhadap sel MCF-7 dengan IC50 sebesar 24,2 µg/mL; 37,2 µg/mL; dan 73,0 µg/mL masing-masing untuk ester asam stearat-fruktosa, ester asam stearat-manitol, dan ester asam stearat-manosa. Hasil ini menjadikan ester asam stearat-gula cocok untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai agen antikanker. Ester asam stearat-gula juga mampu menstabilkan emulsi air dalam minyak sehingga mendorong penerapannya sebagai emulsifier air dalam minyak.

The high mortality from cancer encourages development anticancer agents from abundant natural materials. Recently, sugar-fatty acid esters has attracted attention because they are known have various biological activities, such as antifungal, antibacterial, and anticancer. Sugar-fatty acid esters are also known to have an amphiphilic structure making them potential to be used as emulsifiers. This study aims to synthesize sugar-stearic acid esters as candidates for anticancer agents and emulsifiers. Sugar-stearic acid esters were successfully synthesized by enzymatic esterification using Novozymes Eversa Transform 2.0 as a catalyst with concentration 5% of the substrate mass and n-hexane as a solvent at 40oC for 48 hours. The formation of sugar-stearic acid esters was confirmed by the appearance of ester-specific C=O absorption peak on the characterization with FTIR spectrometer. Sugar-stearic acid ester provides good cytotoxicity to MCF-7 cells with IC50 of 24.2 µg/mL; 37.2 µg/mL; and 73.0 µg/mL respectively for fructose-stearic acid ester, mannitol-stearic acid ester, and mannose-stearic acid ester. These results make sugar-stearic acid ester suitable for further development as an anticancer agent. Sugar-stearic acid esters are also able to stabilize water-in-oil emulsions, thus promoting their application as water-in-oil emulsifiers. "
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>