Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131200 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Izzah Zakiyawati
"Y~alumina merupakan kelompok alumina aktif yang banyak digunakan
sebagal katalis, penyangga katalls dan adsorben karena mempunyai sifat
keasaman yang spesifik dan keaktifan permukaan yang besar. Dalam
penelitian inl, y-alumina dibandingkan sifat katalitiknya dengan penambahan
penyangga Ti02 dan membentuk y-Al203-Ti02. y-alumina disintesis melalui
pemanasan boehmite yang dibuat dengan mereaksikan larutan aluminium
nitrat dan larutan ammonium hidroksida pada pH 8-9 yang kemudian
dibiarkan mengalami proses penuaan selama 196 jam, masing-masing pada
suhu 40°C dan 80°C, selanjutnya padatan dikeringkan pada suhu 120°C
selama 24 jam, dan dikalsinasi pada suhu 550°C. Katalis dikarakterisasi
dengan XRD, BET dan spektrofotometer FTIR. Hal yang sama juga dilakukan
pada sintesis y-Al203-Ti02, dimana 1102 ditambahkan sebagai padatan ke
dalam larutan aluminium nitrat.
Katalis diuji keasamannya melalui adsorpsi gas NH3 yang berasal dari
larutan amonia (NH4OH). Hasil adsorpsi amonia dilakukan dengan
menggunakan 0,25 g katalis pada suhu 250°C, dan diuji dengan
spektofotometer FTIR untuk melihat puncak serapan -NH2 dan -NH4^.
Uji katalitik katalis digunakan untuk reaksi katalisis dehidrasi etanol
dengan variasi suhu dan berat katalis untuk etanol sebanyak 25 mL. Hasil
kromatogram menunjukkan produk yang dihasilkan berupa dietileter dengan hasil optimum pada suhu 250°C dan berat katalis 3 g, 53,87% dietileter
dengan katalis y-Ai203-Ti02 dan 50,37% dengan katalis y-AbOa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Generousdi
"Tesis ini merupakan hasil penelitian proses canal panas yang dilanjutkan dengan proses canal dingin paduan Aluminium 2024, dengan tujuan menguasai teknologi canal dan pengaruh parameter temperatur serta persen reduksi terhadap perubahan struktur mikro, sifat fisik dan sifat mekanik material. Bahan baku paduan Aluminium 2024 dihornogenisasi pada temperatur 490 °C serama waktu 10 jam agar dihasilkan paduan yang bebas dari segregasi mikro dan inklusi serta distribusi presipitat yang tersebar merata dalam matriks a sehingga hasil canal panas yang dilanjutkan dengan canal dingin mempunyai kualitas baik. Bahan baku paduan Aluminium 2024 hasil homogenisasi tersebut didefornmasi dengan menggunakan proses canal panas pada temperatur 350.°C dan 400 °C dengan persen reduksi masing-masing 30 % dan 50 %. Kemudian hasil canal panas tersebut dideformasi lebih lanjut dengan menggunakan proses canal dingin dengan persen reduksi sebesar 50 %. Dari penelitian didapat bahwa setelah proses canal panas terjadi proses rekristalisasi butir, dimana nilai kekerasan menjadi relatif sama (homogen) pada seluruh permukaan material. Proses canal panas yang dilakukan mengakibatkan terjadinya peningkatan kekerasan paduan Aluminium 2024 dari 62 HB menjadi 88 HB dan 91 HB (kondisi: temp. 350°C reduksi 30 % dan 50 96) serta menjadi 80 HB dan 89 HB (kondisi: temp. 400 °C reduksi 30 % dan 50 96). Dari struktur mikro terlihat bahwa hair berubah menjadi pipih . Temperatur canal panas yang optimal terletak pada 350 °C, karena pada kondisi tersebut terdapat peningkatan nilai kekerasan yang lebih tinggi dari canal pada temperatur 400 °C . Proses canal dingin dengan reduksi 509a terhadap material hasil canal panas, akan mental kekerasan sebesar 3094 maka canal dingin paduan AI-2024 tidak lebih dari 60 % (maksirnal reduksi kumulatif), karena reduksi yang lebih tinggi akan menyebabkan material menjadi retak dan pecah. Dari struktur mikro terlihat bahwa setelah canal dingin butir menjadi sangat pipih dan memanjang sehingga kekerasan material meningkat. Dari hasil analisa, hal tersebut diakibatkan karena adanya tegangan dalam dan kerapatan dislokasi yang tinggi. Proses perlakuan panas (solution treatment, T4) pada temperatur 495 °C selanaa 50 menit dan dicelup dingin (quench) sampai mencapai temperatur ruang menurunkan kekerasan dan meningkatkan kekuatan tarik material dari kondisi sebelum dilakukan proses perlakuan panas. Dari struktur mikro terlihat bahwa hal tersebut karena presipitat telah tersebar merata dalam matrik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
T2027
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asman
"Perkembangan teknofogi makanan dan minuman pada dasa warsa terakhir rneningkat sangat cepat dan menuntut pula perkembangan khusus dibidang indus.tri kemasan. PT. Arjuna Terang Prima adalah salah satu pei-usahaan yang tergabung dalam. PT. An col Terang Metal Printing Industri. Jakarta, yang membuat dan mengembangkan teknologi kemasan kaleng dengan berbagai jenis kegunaannya.
Produksi kernasan kaleng khusus Two Piece Aluminium Can merupakan jenis industri manufacturing dimana berkaitan dengan bahan dan produksi lstan yang berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, sehingga tidak lepas dari masalah kesehatan dan juga menyangkut pasaran lokal dan internasional yang berkaltan dengan daya tarik visual ferifomance dan unsur keindahan.
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk adalah Aluminium Alloy 3004- H 19 dengan ketebalan 0"305 mm, Iebar 1466,4 mm. beru lembaran dengan panjang 3500 meter digulung berupa coi[ dengan berat total kurang lebih 5 ton. Pembuatan produk dilakukan melalui proses yang bertahap dan dimana setiap berat pemakaian bahan baku yang digunakan tidak hanya itu tetapi juga akan mempengaruhi ketinggian kaleng yang dikehendaki, terlalu tebal kaleng menjadi pendek da11 kelebihan extra material terbuang dengan sia-sia dibawa kaleng yang berarti production cost menjadi tinggi, Langkah - langkah untuk mencegah variasi yang terjadi pada dinding kaleng pada beberapa percobaan dapat didekati dengan melakukan penetapan penyusunan ironing dies tepat, dengan proses redution penipisan ketebalan tldak melebihl 40 prosen setiap tahapan proses dan penentuan profil transition punch s.leevs juga harus betul karena pada bagian ini seringkati menjadi masatah baru selatn variasi wall side juga bisa menyebabkan leher kaleng menjadi cacat yang diakibatkan ketebaian bahan yang berlebihan dan ini harus dihindarkan.
Dari perancangan dies untuk pembentukan badan kaleng pada proses tron1ng yang dilakukan dimesln pembentukan body ( body maker machine ) djes ditentukan susunannya yaitu redraw, ironing ring satu, dua, dan tiga yang dilengkapi dengan punch sleevs sebagai alunya, sehingga dengan proses ini dapat menghasilkan kaleng dengan ketebalan dtnding terdiri dari tiga bagian yaitu thickwall ( topwaU ). thinwall, dan domewalL Pada bagian domewall dinding kaleng terjadi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37710
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Said
"Paduan aluminium AI 2024-T3 bentuk pelat (clad) sering digunakan dalam industri pesawat terbang sebagai bahan kulit, lantai dan struktur. Bahan ini dalam pengoperasiannya yang cukup lama sebagai bahan komponen pesawat terbang akan mengalami retak, dan jenis keretakan yang sering dijumpai dalam praktek adalah retak fatik (fatigue cracking) dan retak karena korosi (corrosion cracking). Retak kecil yang terjadi tidak boleh dibiarkan merambat karena pada akhirnya akan menyebabkan katastrope pada pesawat terbang. Retak kecil perlu direparasi, dan salah satu teknik reparasi retak yang dibahas dalam penelitian ini adalah tambalan retak (crack patching) dengan menggunakan bahan penguat komposit jenis graphite/epoxy. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah mengurangi faktor intensitas tegangan (K) di sekitar ujung retak di bawah tambalan, sehingga pertumbuhan retak diperlambat yang berakibat umur komponen/struktur bertambah. Namun tambalan retak akan menyebabkan timbulnya tegangan-sisa jenis tarik pada pelat aluminium retak di bawah tambalan setelah proses pengeleman (bonding) selesai. Analisa tegangan sisa disekitar ujung retak di bawah tambalan dengan menggunakan strain gauges kisi 0,6 mm sebanyak 5 (lima) buah pada sampel pertama (sisi-B) dan 4 (empat) buah pada sampel kedua (sisi-A) menunjukkan bahwa untuk temperatur kamar, daerah sekitar ujung retak masih elastis. Besarnya tegangan sisa arah sumbu-Y secara eksperimental yang ditunjukkan oleh strain gauge SG6/7 dan SG3 yang ditempelkan dalam jarak 2 mm dan 5 mm dari ujung retak, masing-masing adalah 119,739 MPa dan 108,843 MPa.
Hasil pengukuran tegangan sisa ini dibandingkan dengan tegangan sisa puncak (ór) hasil perhitungan teoritis, dan dari perbandingan tersebut diperoleh suatu faktor korelasi (frs) atas rumus ór teoritis terhadap hasil eksperimental. Faktor korelasi (f) juga diperoleh dengan membandingkan faktor intensitas tegangan sisa (Kr) eksperimental dengan faktor intensitas tegangan sisa (Kr) teoritis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor korelasi tegangan sisa (frs) adalah 1,13243 (untuk r = 2 mm) dan 1,02937 (untuk r = 5 mm), sedangkan faktor korelasi intensitas tegangan sisa (Fkr) adalah 0,82735 (untuk r = 2 mm) dan 1,22296 (untuk r = 5 mm). Selanjutnya, akibat beban kerja/aplikasi sebesar ómax=120 MPa , maka pada ujung retak akan terbentuk daerah plastis setempat, di mana diameter daerah plastis tersebut adalah : 2rp = 1,2503 mm menurut teori Irwin dan R = 1,5425 mm menurut teori Dugdale. Selain itu, dalam penelitian ini dicari juga korelasi antara tegangan sisa arah sumbu-Y dua milimeter dari ujung retak terhadap perubahan temperatur, dan hasilnya diperoleh suatu korelasi linier pada ambang temperatur 28°C - 67°C. Kemudian dari analisa komposisi kimia dan uji tarik statis bahan AI 2024-T3 ternyata bahan yang diteliti sesuai dengan spesifikasi standar dalam buku referensi aluminium.

An aluminum alloy of AI 2024-T3 clad is frequently used in aircraft industries as the basic material of skins, floors and structures. Due to service loading, the material can undergo defects that are normally in the forms of fatigue or corrosion cracks. The existence of these cracks can not be ignored because if they propagate to their critical sizes, they can cause a catastrophe of the aircraft. In order minimize the risk of the aircraft catastrophe the growth of the cracks along with the service loading has to be periodically monitored or repaired. In this thesis, one aspect of repairing defective aircraft structures using adhesively bonded graphite/epoxy patches (crack patching) is studied. This technique of repair can provide some advantages, where one of them is to reduce the stress intensity factor (K) in the vicinity of the crack tip under the patched area so that the crack growth rate can be decelerated and consequently, this can improve the fatigue life of the patched component. However, the technique of crack patching will result in a tensile residual stress in the metallic component after a bonding process and this residual stress is the main interest, which is studied in this research program. Experimental measurement of the residual stress under the patched area was carried out using 5 and 4 strain gauges of 0.6 mm grid fixed on the first sample (side-B) and the second one (side-A) respectively, where the results show that at a room temperature the area near by the crack tip is still elastic. The values of residual stresses in the direction of Y axis, which were measured by the strain gauges SG6/7 and SG3 at the distance of 2 mm and 5 mm ahead of the crack tip are 119.739 MPa and 108.843 MPa respectively.
The results of the residual stress measurement are compared to peak values (ór) calculated using a theoretical formula and then a correlation factor (frs) between the formula and the actual values can be obtained. The same method of comparison is also performed for the theoretical and experimental residual stress intensity factor in order to obtain a correlation factor (fkr) between the theoretical and experimental residual stress intensity factor.
Research results indicate that at r = 2 mm, the values of frs is 1.13243 and fkr is 0.82735, while at r = 5 mm both values of frs and fkr are 1.02937 and 1.22296 respectively. Under the maximum stress ómax=120 MPa applied remote from the patched area, a small plastic zone is formed at the crack tip and its size is 2rp = 1.2503 mm according to Irwin's theory or R = 1.5425 mm according to Dugdale's one. In this research program, the effect of temperature changes on the value of residual stress in the direction of Y axis at the distance of 2 mm ahead of the crack tip was also studied and the result shows that at temperature ranges of 28°C - 67° the residual stress linearly correlates to the temperature changes. A chemical composition analysis and a tensile test of the AI 2024-T3 used indicate that the results obtained agree well to the data in the aluminum hand book."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Rochiem
"Paduan aluminium tipe 2024 adalah paduan yang mempunyai sifat ringan, tahan korosi dan heat trea table, Dengan diberi perlakuan panas (heat treatment) sifat mekanis paduan ini diharapkan dapat dimodifikasi lebih sesuai dengan tujuan pemakaian komponen/peralatan teknis.
Dalam penelitian ini dilakukan proses perlakuan panas yaitu pengerasan pengendapan (precipitation hardening) yang meliputi solution tretment pada T = 500 C dan artificial aging pada T = 190 C dan waktu penahan aging (t) = 6 8 dan 10 jam terhadap paduan aluminium tipe 2024 T3. Pengujian sifat mekanik yang dilakukan meliputi pengujian tarik, kekerasan dan kelelahan. Hasil pengujian memperlihatkan, pada T = 10 Jam, diperojleh kekerasan dan kekuatan tarik tertinggi yaitu HV 153 dan 58.429 psi. Dari kurva S-N ditunjukkan bahwa umur lelah tertinggi juga diperoleh pada t = 10 jam.

Alluminium alloy 2024 tipe is a light, corrosion resistant and heat treatable alloy. Heat treatment is applied in order to make this alloy to be modified easily for technical equipment application.
In this research heat treatment carried out is precipitation hardening including solution treatment at T = 500 c and artificial aging at T = 190 C and aging time (t) at 6, 8, and 19 hours for alluminium alloy 2024 T3 type Mechanical test applied are tension, hardness and fatigue test. The result show that, at t = 10 hours maximum hardness and tensile stregth are HV 153 and 58.429 psi respectively. S-N curve shows that maximum fatigue life is at t = 10 hours also.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T39887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas, Edberg
"Liposom sebagai sistem penghantaran obat yang baik pelu menjaga kestabilan ukurannya. Metode pengecilan ukuran liposom yang umum digunakan adalah ekstrusi dan sonikasi. Pada penelitian ini bertujuan membandingkan pengecilan ukuran dengan metode ekstrusi bertingkat dengan melewatkan suspensi liposom melalui membran polikarbonat 0,45 μm sebanyak satu siklus, dilanjutkan dengan melewatkan suspensi liposom melalui membran polikarbonat 0,22 μm sebanyak 3,6, dan 9 siklus dan metode sonikasi selama 10, 20 dan 30 menit.
Setelah dievaluasi distribusi ukuran liposom dan efisiensi penjerapan liposom, diperoleh liposom hasil ekstrusi 6 siklus dan sonikasi 10 menit mempunyai hasil yang terbaik yang kemudian digunakan dalam formulasi gel. Setelah diformulasi ke dalam gel, gel yang mengandung liposom hasil ekstrusi 6 siklus mengalami peningkatan ukuran sebesar 7,71 kali dan gel yang mengandung liposom hasil sonikasi selama 10 menit mengalami peningkatan ukuran sebesar 12,18 kali. Hal ini memperlihatkan bahwa gel yang mengandung liposom hasil ekstrusi menunjukkan hasil pengecilan yang lebih baik dibandingkan gel yang mengandung liposom hasil sonikasi.

Liposome as a good drug delivery system need to maintain a stable size. Liposome size reduction method that mostly use is extruction and sonication. The aimed of this research is to compare size reduction method using two step of extruction by extruded liposome suspension through 0,45 μm polycarbonate membrane 1 cycle and then extruded it through 0,22 μm polycarbonate membrane 3, 6, and 9 cycles and sonication method for 10, 20, and 30 minutes.
Result showed that liposome after 6 cycles extruction and 10 minutes sonication showing the best evaluation for size distribution and entrapment efficiency. These liposome was also being proceed for gel formulation. Size distribution evaluation in gel showed that liposome size after 6 cycles of extruction has increased by 7,71 times and liposome size after 10 minutes sonication has increased by 12,18 times. Gel contained liposome after extruction had a better size reduction than gel contained liposome after sonication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Zulfikar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rini Riastuti
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Laue, Kurt
Ohio: American Society of Metals, 1981
671.34 LAU e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>