Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alex Hendra
"Senyawa β-glukan merupakan polimer D-glukosa yang dihasilkan oleh dinding sel khamir, bakteri, dan tumbuhan. β-glukan mempunyai banyak maanfaat khusus dalam bidang farmasi karena aman, alami dan tidak toksik. Manfaat β-glukan antara lain sebagai antikolesterol, antidiabetes, dan antitumor. Penelitian ini bertujuan memproduksi β-glukan yang diisolasi dari Saccharomyces cerevesiae (galur SC, RTA dan RN-4) dan Agrobacterium sp (galur A1.5 dan Bro 121) serta mengetahui aktivitasnya terhadap perkembangan bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa β-glukan yang diisolasi dari Saccharomyces cerevesiae dan Agrobacterium sp tidak mempunyai aktivitas daya hambat terhadap perkembangan bakteri dan tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kerja ampicilin dengan penambahan crude β-glukan. Crude β-glukan yang diisolasi setelah diukur dengan FTIR diketahui mempunyai komposisi gugus fungsi yang mirip dengan gugus fungsi β-glukan standar. Crude β-glukan mempunyai kadar protein cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar β-glukan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syamil Hakim
"Pada proses sintesis nanopartikel ZnO, diperlukan surfaktan yang digunakan untuk mengontrol ukuran dan dispersi nanopartikel. Daun sengon memiliki kandungan saponin yang berperan sebagai biosurfaktan dan dapat berperan sebagai alternatif dari surfaktan yang umum digunakan yang bersifat toksik dan non-biodegradable. Pada penelitian ini, daun sengon (Albizia Chinensis) diekstrak menggunakan metode maserasi untuk menghasilkan maserat kental. Saponin pada ekstrak daun sengon dapat digunakan sebagai agen capping pada proses biosintesis nanopartikel ZnO. Nanopartikel ZnO kemudian digunakan dalam formulasi tabir surya untuk meningkatkan kemampuan antibakteri. Proses pembentukkan ZnO pada sintesis berlangsung terjadi melalui mekanisme reaksi antara larutan prekursor Zn(CH3COO)2.2H2O dengan ekstrak saponin dari daun sengon dan NaOH. Biosintesis nanopartikel ZnO dilakukan menggunakan ekstrak daun sengon dan pengujian kristal ZnO dilakukan. Formulasi tabir surya dilakukan dan pengujian antibakteri dilakukan dengan mengukur zona hambat bakteri E. Coli. ZnO yang disintesis memiliki struktur kristal heksagonal wurtzite dengan ukuran partikel terkecil 405 nm dan kemurnian 75%. Tabir surya yang dihasilkan menggunakan ZnO hasil sintesis memiliki performa Sun Protection Factor (SPF) dan antibakteri yang serupa dengan ZnO komersial dengan nilai SPF tertinggi 32 dan diameter daerah hambat 10,2 cm.

In the process of synthesizing ZnO nanoparticles, surfactants are needed to control the size and dispersion of nanoparticles. Sengon leaves contain saponins that act as biosurfactants and can act as an alternative to commonly used surfactants that are toxic and non-biodegradable. In this study, the leaves of sengon (Albizia Chinensis) were extracted using maceration. Saponins in the extract can be used as capping agents in the ZnO nanoparticle biosynthesis process. The ZnO nanoparticles were then used in sunscreen formulations to enhance the antibacterial ability. The process of forming ZnO in the synthesis takes place through a reaction mechanism between the precursor solution of Zn(CH3COO)2.2H2O with saponin from sengon leaves and NaOH. The biosynthesis of ZnO nanoparticles was carried out using sengon leaf extract and ZnO crystal analysis was carried out. Sunscreen formulations were carried out and antibacterial testing was carried out by measuring the inhibition zone of E. Coli. The synthesized ZnO has a hexagonal wurtzite crystal structure with the particle size of 405 nm and 75% purity. The sunscreen produced using synthesized ZnO has Sun Protection Factor (SPF) and antibacterial performance similar to commercial ZnO with the highest SPF value of 32 and the diameter of the inhibition zone is 10.2 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Wilasarti
"[ABSTRAK
Penyakit diare masih merupakan masalah serius di Indonesia, terutama pada anak-anak. Salah satu patogen tersering penyebab diare adalah Escherichia coli, terutama ETEC. Penggunaan Nigella sativa untuk berbagai penyakit sudah diteliti, namun hasil penelitian terhadap Escherichia coli belum konklusif. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui potensi antibakteri Nigella sativa Linn. terhadap Escherichia coli. Penelitia dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FKUI secara in vitro, menggunakan metode sumuran. Konsentrasi ekstrak N. sativa yang digunakan ialah 1000 mg/ml, 500 mg/ml, 250 mg/ml, 125 mg/ml, dan 62,5 mg/ml, dengan siprofloksasin sebagai kontrol positif dan akuades sebagai kontrol negatif. Percobaan dilakukan tiga kali dengan pengulangan masing-masing empat kali. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya efek antibakteri Nigella sativa Linn. terhadap Escherichia coli. Hal ini dapat disebabkan oleh karakteristik Nigella sativa di Indonesia

ABSTRACT
Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia;Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia;Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia, Diarrhea is still a serious problem in Indonesia, especially in children. One of the most common pathogen causing diarrhea is Escherichia coli, particularly ETEC. The use of Nigella sativa for various diseases have been studied, but the results of a study of Escherichia coli has not been conclusive. Therefore an experiment is conducted to determine the antibacterial activity of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. The experiment is conducted at the Laboratory of Microbiology Faculty of Medicine in vitro, using agar dilution method. N. sativa extract concentration used was 1000 mg / mL, 500 mg / mL, 250 mg / mL, 125 mg / ml, and 62.5 mg / ml, with ciprofloxacin as a positive control and distilled water as a negative control. Experiments were performed three times with each repetition of four times. The study results show no antibacterial effects of Nigella sativa Linn. against Escherichia coli. It can be caused by the characteristics of Nigella sativa in Indonesia]"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Gandafajar
"Cabai paprika hijau merupakan salah satu jenis cabai yang memiliki kandungan antioksidan tertinggi. Hingga saat ini masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum mengetahui manfaat dan kandungan dari cabai paprika hijau (capsicum annuum Linnaeus) serta lebih memilih menggunakan suplemen vitamin untuk mendapatkan antioksidan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak cabai paprika hijau terhadap vitamin C. Penetapan aktivitas antioksidan dilakukan melalui metode DPPH.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol cabai paprika hijau (Capsicum annuum Linnaeus) memiliki aktivitas antioksidan sedang dengan nilai IC50 155,688 ± 5,334 sedangkan vitamin C memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 6,951 ± 0,050. Berdasarkan data tersebut dapat dibuktikan bahwa Ekstrak cabai paprika hijau (Capsicum annuum Linnaeus) memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan dengan vitamin C.

Green peppers (Capsicum annuum Linnaeus) is one kind of chili which has high antioxidant level. However, until now many people in Indonesia didn?t know the benefits and contents of green chili peppers (Capsicum annuum Linnaeus) and prefer to use vitamin supplements to get the antioxidants. The objective of this experimental study is to know the comparison between the extract of green pepper and vitamin C antioxidant activity. Antioxidant activity is measured by DPPH method.
The study shows that the extract of green pepper (Capsicum annuum Linnaeus) has weak antioxidant activity, with the IC50 value of 155.688 ± 5.334. Meanwhile vitamin C has strong antioxidant activity, with the IC50 value of 6.951 ± 0.050. Based on these data, the extract of green pepper (Capsicum annuum Linnaeus) have lower antioxidant activity compared to vitamin C."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Setiawati
"ABSTRAK
Agrobacterium sp.merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang mampu menghasilkan polisakarida 13-glu~an yang sangat berguna bagi kebutuhan hidup manusia. 13-glukan dapat bermanfat sebagai anti diabetes, anti kanker, anti inflamasi dan juga daging buatan. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi 13-glukan melalui peningkatan galur Agrobacterium sp. dengan mutagenesis secara biologis yaitu menggunakan elemen loncat atau transposon EZ::Tn5 . Transposon EZ::Tn5 adalah suatu segmen DNA yang mempunyai dua Insertion Sequences yang membawa sifat resisten terhadap antimetabolit trimethoprim. Metode pertumbuhan bakteri Agrobacterium sp. dengan media agar pepton yeast, dilanjutkan dengan media selektif untuk produksi 13-glukan. Dilakukan uji nilai ambang letal dalam media yang mengandung trimethoprim, sebelum dilakukan proses elektroporasi Sel bakteri yang akan ditransformasikan sebelumnya dibuat sebagai sel elektrokompeten. Elektroporasi dilakukan menggunakan arus listrik 1200 volt (yang menghasilkan 13 mutan) dan 2400 volt (yang menghasilkan 50 mutan). Hasil penelitian menunjukkan mutagenesis menghasilkan mutan positif dan mutan negatif. Bobot 13-glukan tertinggi diperoleh dari isolat 250.2.16 (voltase 1200 volt) yang dapat ' meningkatkan produksi 13-glukan sebesar 1,16 x lebih besar dibandingkan galur liarnya. lsolat 50.2.A (2400 volt) mampu meningkatkan produksi 13- glukan sampai 654% dibandingkan galur liamya. Semetara mutan negative dihasilkan dari isolat 50.2.4.1 (1200 volt) yang menurunkan produksi 13- glukan: 42,85% dibandingkan liarnya. Dari kondisi elektroporasi 2400 volt dihasilkan mutan negatif isolat 50.2.2 dengan penurunan 88,09% dibandingkan produksi 13-glukan galur liarnya. Uji analisis kimia dilakukan untuk mengetahui kadar glukosa dan protein dalam 13-glukan. Kadar glukosa dan protein tertinggi diperoleh dari isolat 500.2.2.1 hasil elektroporasi 2400 volt yaitu sebesar 5, 798% dengan kadar protein sebesar 50,35%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenti
"ABSTRAK
p-glukan memiliki banyak manfaat terutama di bidang kesehatan, di
antaranya adalah sebagai anti kanker, anti tumor, mempertinggi sistem
kekebalan tubuh dan menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Dinding sel
S. cerews/ae mongandung 80-90% polisakarida yang sobagian bosar
merupakan p-glukan. Penelitian ini bertujuan mencari sumber karbon yang
tepat bagi pertumbuhan S. cerevisiae, yang mudah didapatkan, dan lebih
murah harganya untuk meningkatkan produksi p-glukan. Sumber karbon
yang digunakan yaitu glukosa, gula pasir mark Gulaku, sukrosa, dan molase.
Proses fermentasi dilakukan dengan menggunakan fermentor air lift.
Tahapan proses fermentasi meliputi pemurnian galur, peremajaan, prekultur,
preparasi fermentor dan running fermentor h'mgga 84 jam. Pengambilan
sampei dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan sel, analisis protein dan
karbohidrat, serta ekstraksi p-glukan-. Pengukuran pertumbuhan sel dilakukan
berdasarkan tingkat kekeruhan sel {Optical Density) menggunakan
spektrofotometer UVA/IS pada A 550 nm. Kadar protein dalam media diukur
menggunakan metode Lowry pada A 755 nm, dan kadar karbohidrat diukur
menggunakan metode fenol sulfat pada A 490 nm. Hasil pengukuran
pertumbuhan sel menunjukkan bahwa molase memiliki tingkat pertumbuhan
sel yang lebih tinggi tetapi tidak memberikan perbedaan yang nyata bila
dibandingkan sumber karbon lainnya. Analisis kadar protein dan karbohidrat
A
dalami medium cenderung menurun. Ekstraksi p-glukan menunjukkan hasil deng^h urutan dari yang tertinggi yaitu dengan media sukrosa, gula pasir;
merk Gulaku, molase, dan giukosa masing-masing sebesar 1100,0, 1000,0,
966,7, dan 933,3 mg/L Dengan demikian sukrosa dan gula pasir dapat dipilih
sebagai pengganti giukosa untuk memproduksi (3-glukan, selain itu molase
juga merupakan salah satu alternatif yang bisa dipilih karena molase mampu
menghasilkan (3-glukan sebaik giukosa."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, ], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nur Azizah
"Selenium yeast merupakan salah satu sumber selenium dan ekstrak khamir merupakan sumber untuk memperoleh manan dan β-glukan, namun di Indonesia untuk memperoleh selenium yeast masih sulit. Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan metode pembuatan selenium yeast yang optimal serta isolasi manan dan β-glukan dari ekstrak khamir hasil fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Pembuatan selenium yeast dilakukan dengan variasi penambahan selenium yaitu konsentrasi 30 µg/mL [Selenium yeast A], 40 µg/mL [Selenium yeast B], dan 50 µg/mL [Selenium yeast C] pada kultur fase stasioner (84 jam), kemudian diinkubasi kembali selama 24 jam. Kadar selenium dianalisis dengan SSA dan proteinnya dianalisis dengan metode Bradford. Isolasi manan dan β-glukan dengan menggunakan air dengan pemanasan, kemudian diendapkan dengan pelarut organik. Analisis manan dan β-glukan dalam isolat dilakukan dengan KCKT-RID. Hasil pembuatan selenium yeast diperoleh selenium yeast A, B dan C masing-masing, sejumlah 2,5; 2,1 dan 2,0 g serta hasil analisis kadar selenium masing-masing yaitu 4258,0096; 5097,4238; 5508,9759 µg/g dan protein masing-masing yaitu 0,8505; 0,8642; 0,9900 mg/mL. Hasil isolasi manan dan β-glukan masing-masing, sejumlah 0,2243 g dan 0,9130 g serta hasil analisis kadar manan dan β-glukan masing-masing yaitu 76,63% dan 95,47%. Selenium yeast dengan kandungan selenium tertinggi dapat diperoleh dengan penambahan selenium konsentrasi 50 µg/mL pada kultur fase stasioner.

Selenium yeast is a source of selenium and yeast extract is a source for obtaining mannan and β-glucan, but in Indonesia it is still difficult to obtain selenium yeast. The purpose of this study was to obtain an optimal method of producing selenium yeast and the isolation of mannan and β-glucan from the fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Selenium yeast was made by varying the addition of selenium, namely concentration 30 µg/mL [Selenium yeast A], 40 µg/mL [Selenium yeast B], and 50 µg/mL [Selenium yeast C] in stationary phase culture (84 hours), then incubated again for 24 hours. The contents of selenium were analyzed by AAS and the protein were analyzed by the Bradford method. Isolation of mannan and β-glucan were using water with heating, then precipitated with organic solvent. Manan and β-glucan analysis in isolates was carried out by HPLC-RID. The results of the manufacture of selenium yeast obtained selenium yeast A, B and C amounting to 2.5; 2.1 and 2.0 g, the results of the analysis content of selenium are 4258.0096; 5097.4238; 5508.9759 µg/g and protein are 0.8505; 0.8642; 0.9900 mg/mL, respectively. The results of the isolation of mannan and β-glucan were 0.2243 g and 0.9130 g, the results of the analysis of the levels of mannan and β-glucan were 76.63% and 95.47%, respectively. Selenium yeast with the highest selenium content can be obtained by adding selenium concentration of 50 µg/mL in the stationary phase culture."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoice Srikandace
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Alodia
"Ekstrak kering yeast dapat dihasilkan melalui fermentasi Saccharomyces cerevisiae. Molase merupakan media alternatif yang dapat digunakan untuk fermentasi. Kandungan gula yang tinggi didalamnya dapat mengoptimalkan pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae. Tujuan penelitian ini adalah optimasi produksi esktrak kering yeast menggunakan molase sebagai media fermentasi dan analisis kadar β-glukan dan glukomanan menggunakan Kromatografi Cair Tingkat Tinggi (KCKT) dengan detektor indeks bias dan secara enzimatik. Sumber karbon, nitrogen, dan fosfat dioptimasi pada media molase. Diperoleh hasil optimum sumber karbon pada konsentrasi 14%, sumber nitrogen 0,18 gr urea, dan sumber fosfat 0,054 gr NPK. Analisis pada kromatografi menggunakan kolom C18-Fenil dan kondisi analisis yang optimum, yaitu menggunakan fase gerak asetonitril-DI Water (70:30) dengan laju alir 1,0 mL/menit. Hasil rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan pada ekstrak kering yeast masing-masing 34,703% dan 6,466%. dengan KCKT; 43,48% dan 0,96% dengan enzimatik. Untuk standar ekstrak kering yeast rata-rata kadar β-glukan dan glukomanan masing-masing 30,626% dan 29,336% dengan KCKT; 40,53% dan 59,14% dengan enzimatik.

Dry yeast extract can be produced by fermentation of Saccharomyces cerevisiae. Molasses is an alternative media that can be used for the fermentation. High sugar level in molasses can optimize the growth of Saccharomyces cerevisiae. The purpose of this study was optimization of dry yeast extract production using molasses as a fermentation media and the determination of β-glucan and glucomannan levels by High Performance Liquid Chromatography (HPLC), with a refractive index detector, and enzymatic method. The carbon, nitrogen, and phosphate sources are optimized on molasses media. The optimum results obtained from carbon sources at a concentration of 14%, nitrogen sources 0.18 gr urea, and phosphate sources 0.054 gr NPK. Analysis by chromatography using the C18-Phenyl column with the optimum analysis conditions, which was mobile phase using acetonitrile-DI Water (70:30) with a flow rate 1.0 mL/min. The average level of β-glucans and glucomannan on self-produced dried yeast extract were 34.703% and 6.466% by HPLC, 43.48% and 0.96% by enzymatic. On the dried yeast extract standard are 30.662% and 29.336% by HPLC, 40.53%, and 59.14% by enzymatic.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>