Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74719 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Setiayanti
"Obat herbal "FAD" sebagai salah satu produk obat tradisional yang memiliki indikasi sebagai antidiabetes perlu diuji khasiatnya secara ilmiah untuk membuktikan efektifitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan obat herbal "FAD" dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang terbagi dalam 5 kelompok. Larutan uji diberikan secara oral dengan variasi dosis, yaitu dosis 1 (216,1 mg/200 g bb tikus), dosis 2 (432,2 mg / 200g bb tikus), dan dosis 3 (864,4 mg/200 g bb tikus), sebagai kontrol pembanding digunakan suspensi metformin hidroklorida dalam CMC 0,5% 270 mg/200 g bb tikus sedangkan kontrol normal dan kontrol perlakuan diberikan suspensi CMC 0,5%. Satu jam setelah perlakuan, masing-masing tikus diberikan glukosa kecuali kontrol normal sebesar 375 mg/200g bb tikus per oral. Darah diambil pada menit ke 0, 60, 90, 120, 150 dan 180 dihitung saat setelah perlakuan. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode otoluidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat herbal "FAD" dosis 864,4 mg/200 g bb tikus dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa.

Herbal medicine "FAD" is one of traditional medicine which has indication as antidiabetic agent need to find its effectiveness. This research was carried out to investigate reduction of blood glucose level by herbal medicine "FAD" on glucose-induced male rats. This study was conducted by employing a complete random design, using 30 male Sprague-Dawley rats which divided into 5 groups. The test solution was given by orally with variant of dose of 216,1, 432,2, 864,4 mg/200 g body weight of rat, as compared control is used metformin hidroklorida suspension in 0,5% CMC with dose of 270 mg/200 g body weight of rat, while normal control and treatment control were given 0,5% CMC suspension. One hour later, each rat was given glucose with dose 375 mg/200 g body weight of rat orally. Blood was collected at 0, 60, 90, 120, 150 and 180 minutes. Glucose blood level was determined by otoluidin method. The result of the research shows that herbal medicine "FAD" with dose 864,4 mg/200 g body weight of rat can reduce blood glucose level on glucose-induced male rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32769
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elsa Feryani
"Cinnamon (Cinnamomum zeylanicum Nees), fenugreek seed (Trigonella foenum-graecum Linn), bitter melon (Momordica charantia Linn) were traditional herbal medicines that have been used empirically to cure diabetes mellitus and chromium (Cr) has a function in glucose metabolism so these component were combined in one herbal medicine formula called “FAD” to get an optimal therapeutic effect. This reasearch was carried out to prove the antidiabetic effect of “FAD”. The experiment was conducted with alloxan induced method using albino rats of Sprague Dawley 200 until 220 g weight, which were divided into six groups, every group consisted of ten rats. Alloxan induced method was used by giving alloxan 18 mg/ 200 g bw intravenously to five groups, while one group as a normal group. “FAD” was given by orally with dose variation 216,07 mg/200 g bw, 432,14 mg/200 g bw dan 864,28 mg/200 g bw. Glybenclamide was used as standard with dose 1,8 mg/200 g bw, whereas a normal group and an induced group were given by CMC solution (Carboxy Methyl Cellulosa) 0,5%. O-toluidin method was used to measure glucose blood level using spectrophotometer UV-Vis with wavelength 633 nm. The result showed that “FAD” with dose 216,07 mg/200 g bw, 432,14 mg/200 g bw and 864,28 mg/200 g bw could decrease glucose blood level. "FAD" herbal medicine with dose 432,14 mg/200 g bw has a 9 better effect in decreasing glucose blood level than 216,07 mg/200 g bw, 864,28 mg/200 g bw and also than glybenclamide 1,8 mg/ 200 g bw.

Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum Nees), biji klabet (Trigonella foenum-graecum Linn), pare (Momordica charantia Linn) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk mengobati diabetes mellitus dan kromium (Cr) juga memiliki peranan dalam metabolisme glukosa sehingga bahan-bahan ini dikombinasikan dalam satu sediaan obat herbal untuk mencapai efek terapi yang optimal. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan khasiat antidiabetes obat herbal "FAD". Pengujian dilakukan dengan metode uji aloksan terhadap tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan berat 200 sampai 220 g yang dibagi dalam enam kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah sepuluh ekor tikus. Lima kelompok perlakuan dibuat menjadi diabetes dengan memberikan aloksan 18 mg/ 200 g bb secara intravena, sedangkan satu kelompok perlakuan sebagai kontrol normal. Obat herbal “FAD” diberikan secara oral dengan variasi dosis 216,07 mg/200 g bb, 432,14 mg/200 g bb dan 864,28 mg/200 g bb. Sebagai standar pembanding digunakan glibenklamid dengan dosis 1,8 mg/200 g bb, sedangkan kelompok normal dan kelompok induksi diberikan larutan CMC (Carboxy Methyl Cellulosa) 0,5%. Metode o-toluidin digunakan dalam pengukuran kadar glukosa darah dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 633 nm. Hasil pengujian obat herbal "FAD" menunjukkan bahwa dosis 216,07 mg/200 g bb, 432,14 mg/200 g bb dan 864,28 mg/200 g 7 bb memberikan efek penurunan kadar glukosa darah. Obat herbal "FAD" dosis 432,14 mg/200 g bb memiliki efek yang lebih baik dalam penurunan kadar glukosa darah dibandingkan dengan dosis 216,07 mg/200 g bb, 864,28 mg/200 g bw maupun glibenklamid 1,8 mg/200 g bw."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Y. Dapi
"Ekstrak etanol daging buah salak secara in vitro menunjukkan efek antidiabetes. Penelitian ini bertujuan menguji ekstrak tersebut pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Metode yang digunakan adalah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Tiga puluh ekor tikus dibagi dalam 6 kelompok yaitu kontrol normal, kontrol positif, kontrol negatif, kelompok dosis 1, dosis 2, dan dosis 3. Tikus dipuasakan selama 24 jam dan diukur kadar glukosa puasanya, kemudian diberikan larutan uji. Setelah satu jam, kadar glukosa diukur kembali, dan diberikan larutan glukosa 2 g/KgBB. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan glukometer Accu-Chek Active dan pengukuran dilakukan pada menit ke 30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian glukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daging buah salak tidak memberikan efek penurunan kadar glukosa darah. Berdasarkan kurva toleransi glukosa oral dan pada uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan secara bermakna."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33123
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Dwija Astuti
"Daun alpukat (Persea americana Mill) mempunyai khasiat untuk mengobati berbagai penyakit, diantaranya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari ekstrak etanol daun alpukat pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Metode yang digunakan adalah tes toleransi glukosa oral (TTGO). Dua puluh lima ekor tikus dibagi dalam 5 kelompok yaitu kontrol normal, kontrol pembanding, kelompok dosis 1 (10 mg/kg
BB), dosis 2 (20 mg/kb BB), dan dosis 3 (40 mg/kgBB). Tikus dipuasakan selama 18 jam dan diukur kadar glukosa darah puasanya, kemudian diberikan larutan uji. Setelah satu jam, kadar glukosa darah diukur kembali, dan diberikan larutan glukosa 2 g/kg BB. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan glukometer Accu-chek Active® dan pengukuran dilakukan pada menit 30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian glukosa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun alpukat tidak memberikan efek penurunan kadar glukosa darah. Berdasarkan uji statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kelompok.

ABSTRACT
Avocado leaves (Persea americana Mill) have benefits in treating various diseases, including diabetes. The aim of study was to determine the effect of ethanolic extract of avocado leaves on decreasing blood glucose level in male albino rats in glucose loaded. The method of this study was oral glucose tolerance test. Twenty five rats were divided into 5 groups. They were group 1 (CMC 0,5%), group 2 (Metformin HCl), and the other 3 group given the extract. The rats
were fasted for 18 hours, and then glucose level was measured, after that given the extract. One hour after administration, blood glucose level was measured, then administered glucose solution (2 g/kg BW) orally. The measurement of blood glucose level used Accu-chek Active® and then evaluated the sample in 30, 60, 90, and 120 minutes post glucose administration. The result of this study showed that
ethanolic extract of avocado leaves has not given the effect on lowering blood glucose level. According to statistical test, it showed that there was no significant differences among the groups.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oriza Safrini S.
"Penggunaan kulit salak sebagai antidiabetes belum populer di Indonesia. Kemampuan hipoglikemiknya ini telah dibuktikan oleh beberapa penderita diabetes di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan metode Tes Toleransi glukosa Oral (TTGO) menggunakan tikus putih jantan galur Spargue Dawley umur 2 - 3 bulan dengan berat 150 - 200 g. Setelah diberikan perlakuan sesuai dengan rancangan, darah diambil pada interval waktu tertentu. Air rebusan kulit salak diberikan secara oral dengan dosis 9 g/200g bb, 18 g/200 g bb dan 36 g/200 g bb. Sebagai pembanding digunakan glibenklamid 0,9 g/200 g bb. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan metode otoluidin dilakukan dengan spektrofotometri pada panjang gelombang 632,0 nm. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Anova dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa air rebusan kulit salak dosis 9 g/200g bb tidak dapat menurunkan secara bermakna (P>0,05) kadar glukosa darah tikus. Pemberian air rebusan kulit salak dosis 18 g/200 g bb dapat menurunkan secara bermakna (P<0,05) kadar glukosa darah tikus, sedangkan dosis 36 g/200g bb menunjukkan potensi yang lebih tinggi. Meskipun demikian, efek hipoglikemiknya masih dibawah glibenklamid.
The use of salak skin as anti-diabetes has been attested by some diabetic people in Indonesia.The study was analyzed further by The Oral Glucose Tolerance Test (TTGO) ang was conducted using male white rats of Spargue Dawley (age 2-3 month, 150-200 g). After the design treatment, the blood sample were collected at certain time interval. Aqueous of salak skin was given orally with a dosage 9 g/200 g bb, 18 g/200 g bb and 36 g/200 g bb. As a comparison it using Glibenclamide 0,9 g/200 g bb. A measurement of blood glucose degree is using o-toluidin method and was conducted employing spectrophotometer at 632,0 nm. The acquired data analyzed using Anova test (95%).
The result show that aqueous of salak skin with dosage 9 g/200g bb were unable to decrease significantly ( P>0,05) the blood glucose level in glucose-preloaded glucose. Aqueous of salak with dosage of 18 g/200 g were capable to decrease significantly (P<0,05) blood glucose degree of male white rats, whereas a 36 g/200g bb dose shows a higher potential. Nevertheless, the highest hypoglycaemic effect of aqueous of salak skin still lower than of Glibenklamid.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Maria Ulfa
"Khasiat daun pletekan (Ruellia tuberosa L) sebagai antidiabetes telah diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat di daerah Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada pengaruh air rebusan daun pletekan terhadap kadar glukosa darah tikus yang dibebani glukosa. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap pola searah menggunakan tikus putih jantan galur Spargue Dawley (SD) usia 2 - 3 bulan, berat 150 - 200 g. Setelah diberikan perlakuan sesuai dengan rancangan, cuplikan darah diambil dalam interval waktu tertentu menggunakan metode Toleransi Glukosa Oral (TTGO). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik ANOVA (Analisis Varians). Hasil penelitian menunjukkan bahwa air rebusan daun pletekan pada ketiga variasi dosis (2,7 g/200 g bb, 5,4 g/200 g bb dan 10,8 g/200 g bb) mampu menurunkan secara bermakna (<0,05) kadar glukosa darah tikus. Meskipun demikian, efek hipoglikemianya masih di bawah glibenklamid.
The use pletekan leaf (Ruellia tuberosa L) as a antidiabetic agents, has ben known and used by people in Central Java. This study has been carried out to obtain information on the effect of pletekan leaf extract on the blood glucose level in glucose - preloaded rats. A complete random design was employed in this study on male Sprague Dawley (SD) rats (age 2 - 3 months, 150 - 200 g). After the treatments, the samples of bloods are using Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) that the time have an interval. The result showed that the variance of doses (2,7 g/200 g bb, 5,4g/200 g bb and 10,8 g/200 g bb) of pletekan leaf extract were able to decrease (< 0,05) the blood glucose level were significantly. Eventhought, in the present study, the highest hypoglycaemic effect of pletekan leaf extract was lower than that of Glibenclamid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32967
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Aprilia
"The "FAD" is one of herbal medicine that can be used for diabetes mellitus. Because It will be used for long term repeated administration, so the "FAD" must be assessed especially for liver and renal function.
The purpose of this study is to know the acute toxicity effect of the "FAD" before used by people through determining LD50, alanine aminotransferase (ALT) and aspartate aminotransferase (AST) plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma of mice.
This study used the Deutshe Yoken mices (25 male and 25 female) as an experimental animal. Each sex divided into five groups and each groups consist of five mices. Group I, II, III, and IV were given "FAD" with 0,813; 2,033; 5,083; and 12,708 g/kgbw dosage as a study group, while group V was given 0,5% CMC orally as a control group. Twentyfour hours after administration the test solution, the number of the mice died was counted, and there were none of the mice died so the LD50 value cannot be determined. One way varian analysis of ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatine plasma was done at 24 hours and 14 days after the test solution was given (=0,05) showed that there was no significant differences between study groups and control group.
The result was indicated that given "FAD" with maximum concentration of 12,708 g/kgbw did not have significant effect on the liver and renal function through parameter ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma.

Obat herbal "FAD" adalah salah satu obat herbal yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Oleh karena penggunaannya akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi hati dan ginjal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek toksisitas akut obat herbal antidiabetes "FAD" terhadap fungsi hati dan ginjal dengan parameter nilai LD50, aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST), serta kadar urea dan kreatinin plasma pada mencit putih jantan dan betina.
Pada penelitian digunakan 50 ekor mencit putih galur DDY (Deutshe Yoken) yaitu 25 ekor mencit jantan dan 25 ekor mencit betina. Masing-masing jenis kelamin dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 mencit di setiap kelompoknya. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan sediaan uji dengan dosis berturut-turut adalah 0,813; 2,033; 5,083; dan 12,708 g/kgbb. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapatkan bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan.
Hasil uji statistik ANOVA satu arah (=0,05) terhadap hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin setelah 24 jam dan 14 hari dari perlakuan menunjukkan tidak terjadi perbedaan secara bermakna baik antar kelompok maupun dengan kelompok kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan uji obat herbal "FAD" dengan konsentrasi maksimum 12,708 g/kgbb tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal mencit putih jantan dan betina dengan parameter aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin plasma."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2008
S32996
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tan, Jenifer Laurensius
"Luffa acutangula (L.) Roxb. merupakan tumbuhan yang telah diteliti akan potensi aktivitas antidiabetesnya di luar Indonesia dan secara empiris telah digunakan di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti efek hipoglikemik ekstrak etanol 70% buah oyong terhadap mencit yang dibebani glukosa. Ekstrak etanol buah oyong diskrining kandungan fitokimianya dan distandardisasi melalui ciri organoleptik, kadar fenolat total, kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam asam, serta susut pengeringan. Dua puluh lima ekor mencit galur ddY dikelompokkan menggunakan rancangan acak sederhana menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol induksi glukosa, kontrol metformin (sebagai kontrol pembanding), dan 3 kelompok ekstrak etanol buah oyong (13,35; 26,69; dan 53,38 mg/20 g bb mencit). Setelah dipuasakan selama 16 jam, semua mencit diberikan bahan uji yang sesuai lalu dibebani glukosa monohidrat sebesar 2,2 g/kg bb mencit. Kadar glukosa darah diukur setelah puasa, tiga puluh menit setelah pemberian bahan uji, dan berturut-turut pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 setelah pemberian glukosa menggunakan glukometer AccuChek Advantage II. Pemberian ekstrak etanol buah oyong dengan dosis 26,69 dan 53,38 mg/20 g bb mencit dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada menit ke-60 dan 90 setelah pemberian glukosa dengan persentase penurunan kadar glukosa darah sebesar 16-18%.

Luffa acutangula (L.) Roxb. is a plant which has been screened for its antidiabetic potential outside Indonesia and widely used in Indonesia. The aim of this study was to investigate the hypoglycemic effect of 70% ethanol extract of ridged gourd in glucose loaded mice. The extract was screened for its phytochemical constituents and standardized through organoleptic characteristic, total phenolic content, total ash value and acid insoluble ash value, and loss on drying. Using simple randomized design, twenty five ddY mice were divided into 5 groups: glucose induced control, metformin control (as a comparison), and 3 ridged gourd fruit extract groups (13,35; 26,69; and 53,38 mg/20 g b.w. mouse). After being fasted for 16 hours, all mice were administered with test samples and loaded with glucose monohydrate (2,2 g/kg b.w. mouse). Blood glucose concentration was measured after fasting, thirty minutes after administration, and subsequently at 30, 60, 90, and 120 minutes after glucose load using glucometer AccuChek Advantage II. Administration of the extract at dose level of 26,69 and 53,38 mg/20 g b.w. mouse were able to lower blood glucose concentration significantly at 60 and 90 minutes after glucose load with blood glucose concentration lowering percentage about 16-18%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43087
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Evennia
"Kacang kedelai merupakan sumber isoflavon terbanyak dan salah satu produk olahannya ialah susu kacang kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian susu kacang kedelai terhadap kadar glukosa darah mencit putih jantan galur ddY yang dibebani glukosa. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 25 ekor mencit putih jantan galur ddY yang terbagi dalam 5 kelompok, yaitu kontrol normal (CMC 0,5% 0,5 ml/20 g BB), kontrol pembanding (Metformin HCl 13 mg/20 g BB), dan 3 variasi dosis uji (0,325 g kedelai/20 g BB; 0,65 g kedelai/20 g BB; 1,3 g kedelai/20 g BB) yang diberikan dalam bentuk susu kacang kedelai. Mencit terlebih dahulu diukur kadar glukosa darah puasa, kemudian diberikan larutan uji. Tiga puluh menit setelah perlakuan, kadar glukosa darah diukur kembali, kemudian diberikan glukosa 2 g/kg BB per oral. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan pada menit ke-30, 60, 90, 120 setelah pembebanan glukosa. Kadar glukosa darah diukur dengan menggunakan glukometer ACCU-CHEK® Active. Pemberian susu kacang kedelai dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit putih jantan galur ddY yang dibebani glukosa pada semua dosis (0,325; 0,65; 1,3 g kacang kedelai/20 g BB mencit), namun penurunan kadar glukosa darah yang terbaik terlihat pada dosis 1 (0,325 g kacang kedelai/20 g BB mencit).

Soybean is most abundant source of isoflavones and one of soy products is soybean milk. This study was made to investigate the effect of soybean milk administration towards blood glucose level in glucose loaded male ddY mice. A completely randomized design was conducted using 25 male ddY mice that were divided into 5 groups; normal control (CMC 0,5% 0,5 ml/20 g b.w.), drug control (Metformin HCl 13 mg/20 g b.w.), and 3 different treatment doses (0,325 g soybean/20 g b.w.; 0,65 g soybean/20 g b.w.; 1,3 g soybean/20 g b.w.) which were given in soybean milk. Fasting blood glucose was measured and mice were treated based on their groups. Thirty minutes after treatment, blood glucose level was measured again and then mice were loaded glucose 2 g/kg b.w. orally. Blood glucose level was measured at 30, 60, 90, and 120 minutes postload glucose. Blood glucose level was measured by using ACCU-CHEK® Active meter. Administration of soybean milk lowered blood glucose level in glucose loaded male ddY mice treated with 0,325; 0,65; 1,3 g soybean/20 g b.w., but treatment with 0,325 g soybean/20 g b.w. showed the best reduction of blood glucose level."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42758
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Yusrina Agustina
"Obat herbal telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia dan secara empiris terbukti berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit. Pengujian keamanan obat herbal sangat penting dan pada penelitian ini akan di uji toksisitas akut dari obat herbal 'FAD'. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai LD50, mengetahui gambaran histologi ginjal dan hati serta pengaruh obat herbal 'FAD' terhadap hematologi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan 50 ekor mencit putih masing-masing 25 ekor mencit jantan dan betina yang dibagi dalam lima kelompok perlakuan. Kelompok I diberi dosis uji 813,3 mg/kg bb, kelompok II diberi dosis uji 2033,3 mg/kg bb, kelompok III diberi dosis uji 5083,2 mg/kg bb, kelompok IV diberi dosis uji 12.708 mg/kg bb, dan kelompok V merupakan kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian dilakukan 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapati bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan.
Pada pemeriksaan hematologi penghitungan jumlah eritrosit, leukosit, trombosit dan hemoglobin, pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan secara statistik (one way ANAVA) tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna antar kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol (C = 0,05). Demikian pula pada pemeriksaan histologi ginjal dan hati 14 hari setelah perlakuan secara statistik (one way ANAVA) tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna antara kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol (C = 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian obat herbal 'FAD' secara oral pada dosis 813,3 mg/kg bb - 12.708 mg/kg bb tidak menimbulkan kematian, tidak berpengaruh terhadap histologi ginjal dan hati serta tidak mempengaruhi hematologi.

Herbal medicine was being used for a long time by Indonesian people and empirically proven for many disease treatment. Toxicity study of herbal medicine is very important and in this research will be studied about acute toxicity testing of 'FAD' herbal medicine. The aim of this research was to observe toxic effect of 'FAD' herbal medicine, LD50 value, find out the effect of 'FAD' herbal medicine to kidney and liver histology, also to hematology. The research uses 50 white mice each male and female consisting of 25 and divided into 5 groups.
Design of this research is Complete Random Design. Group I, II, III, IV are given dosage of 'FAD' herbal medicine with 813,3 mg/kg bw, 2033,3 mg/kg bw, 5083,2 mg/kg bw, 12.708 mg/kg bw. While group V are given CMC 0,5% as control group. Number of death observation were done in 24 hours after giving 'FAD' herbal medicine and eventually there are none the mice death so LD50 value can not be established.
Hematology investigation of erythrocyte, leucocyte, thrombocyte and haemoglobin count, in 24 hours and 14 days after experiment, based on statistic test (one way ANAVA) there is no significant difference between experiment and control group (C = 0,05). Kidney and liver histology investigation in 14 days after experiment, based on statistic test (one way ANAVA) also showing no significant difference between experiment and control group (C = 0,05).
The results indicate the usage "FAD" herbal medicine with oral administered at dosage 813,3 mg/kg bb - 12.708 mg/kg bb did not cause death in mice, did not influence kidney and liver histology, also did not influence mice hematology.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>