Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138090 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nanda Asyura Rizkyani
"Fruktosiltransferase (FTFase) atau fruktansukrase merupakan enzim ekstraseluler yang digunakan oleh bakteri asam laktat (BAL) untuk mensintesis produk eksopolisakarida (EPS) fruktan dari substrat sukrosa. Manfaat dari produk ini tidak hanya diaplikasikan dalam industri makanan, tetapi juga dalam industri farmasi, kesehatan dan kosmetik. Dalam studi sebelumnya, FTF rekombinan dari Escherichia coli telah dikonstruksi. Kemudian Escherichia coli rekombinan yang telah membawa gen ftf dipelajari ekspresinya untuk memperoleh protein fruktansukrase rekombinan dan mengetahui aktivitas fruktansukrase rekombinan dengan menggunakan teknik SDS-PAGE serta esei aktivitas enzim secara in situ pada studi ini. Escherichia coli rekombinan ditumbuhkan dan diinduksi dengan IPTG untuk menghasilkan protein FTF. Setelah sel dipecah, filtrat pelet sel dipekatkan dengan konsentrator untuk selanjutnya dimurnikan dengan kromatografi kolom affinitas Ni2+. Langkah ini dilakukan untuk mengisolasi FTF rekombinan yang bergabung dengan tag Histidin agar berikatan secara efisien terhadap Ni2+. Dengan demikian, hanya FTF rekombinan dalam fraksi terakhir akan dielusikan oleh buffer imidazol, dan fraksi ini digunakan untuk melakukan analisis lebih lanjut, yaitu SDS PAGE. Dengan menggunakan SDS PAGE, berat molekul protein diperkirakan 130 kDa, sedangkan untuk aktivitasnya, dilakukan protokol in situ dengan menggunakan PAS staining. Aktivitas FTF dapat diamati pada gel yang di-staining PAS setelah gel diinkubasi dengan rafinosa sebagai substrat, tetapi tidak dapat diamati pada substrat sukrosa."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pauline Leon Artha
"Enzim sukrosafosforilase termasuk dalam kelompok enzim glukosiltransferase. yang dapat mengkatalisis sukrosa dan fosfat menjadi Ɗ-fructose dan α-Ɗ-glucose 1-phospate. SPase berperan dalam pemindahan gugus glukosil ke sejumlah senyawa (transglikosilasi). Reaksi transglkosilasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan stabilitas kimia dan memperbaiki karakteistik senyawa bioaktif.
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pemurnian SPase rekombinan yang dihasilkan oleh Escherichia coli BL21DE yang membawa gen penyandi sukrosafosforilase asal Leuconostoc mesenteroides dengan kromatografi affinitas pada kondisi optimum dan menguji aktivitas SPase rekombinan dengan metode spektofotometri. Pada esei enzimatis, SPase direaksikan menggunakan substrat sukrosa dan produk akhirnya diukur sebagai NADPH pada 340 nm.
Hasil SDS PAGE ,menunjukan SPase rekombinan berhasil dimurnikan dengan berat molekul yang telah diidentifikasi dari penelitian sebelumnya adalah 55-57 kDa. Hasil esei aktivitas enzimatis menggunakan metode spektofotometri menunjukan bahwa SPase rekombinan ini terbukti aktif meskipun aktivitasnya lebih rendah dibandingkan SPase standar dari Leuconostoc mesenteroides.

Sucrose phosphorylase belongs to glycosiltransferase which catalyze sucrose and phospate become Ɗ-fructose dan α-Ɗ-glucose 1-phospate. SPase has role in transglucosylation to increase chemical stability and repair characteristic of bioactive compound.
The object of this research are purification SPase recombinant from E. coli BL21DE which carries out SPase gene from Leuconostoc mesenteroides. Affinity chromatography is used to purify SPase recombinant in optimum condition and try assay enzymatic activity of SPase recombinant with spectrophotometry method. SPase recombinant use sucrose as substrate and the final product is measured as NADPH at 340 nm.
SDS Page reveal that SPase recombinant is succeeded to be purified with molecular mass 55-57 kDa based on previous research. SPase recombinant has lower enzymatic activity than SPase from Leuconostoc mesenteroides.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43412
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina Retnaningsih
"Bakteriosin dapat menghambat pertumbuhan bakteri terutama yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan bakteri penghasil. Bakteri Asam Laktat (BAL) telah diketahui dapat menghasilkan bakteriosin yang memiliki aktivitas antimikroba. Bakteriosin berpotensi digunakan sebagai komplemen antibiotika.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi serta mengkarakterisasi aktivitas bakteriosin dari BAL galur Leuconostoc dengan optimasi pH dan suhu inkubasi.
Penelitian dilakukan melalui penentuan zona hambatan menggunakan metode difusi agar cara sumuran dan penentuan potensinya berdasarkan metode Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Bakteri indikator yang digunakan adalah Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 dan Bacillus subtilis FNCC 0061. Katalase, Tripsin dan Protease K digunakan sebagai uji konfirmasi berdasarkan hasil skrining pengujian aktivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Leu. mesenteroides MBF7-17 dan MBF2-5 menghasilkan bakteriosin yang hanya dapat menghambat Leu. mesenteroides TISTR 120 dan JCM 6124. Hasil penentuan potensi bakteriosin berdasarkan KHM dari BAL penghasil bakteriosin pada pH dan suhu inkubasi optimum yaitu pH 6 dan 32°C adalah 90% untuk Leu. mesenteroides MBF2- 5 dan 80% untuk Leu. mesenteroides MBF7-17.

Bacteriocin can inhibit bacteria mostly those which have close relationship to the producer bacteria. Lactid Acid Bacteria (BAL) are known to produce bacteriocins which have function as antimicrobial activity. Bacteriocin has potentially been used as antibiotic complement.
This research aimed to isolate and characterize bacteriocins activity from Leuconostoc strains. Optimization of pH and incubation temperature have also been carried out.
This research used well diffusion agar method and bacteriocin potency assay by performing MIC. Bacterial indicators that used in this research are Leu. mesenteroides TISTR 120, and JCM 6124, Staphylococcus aureus FNCC 0047, Listeria monocytogenes FNCC 0156, Escherichia coli FNCC 0183, Pseudomonas aeruginosa FNCC 0063, Salmonella typhi FNCC 0165 and Bacillus subtilis FNCC 0061. Catalase, Trypsin and Protease K were also used following the screening assay for confirmation test.
Results showed that both Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 possessed bacteriocin activity although against both Leu. mesenteroides only, the TISTR 120 and JCM 6124 indicators strains. Result for bacteriocin potency assay of bacteriocin producer LAB i.e. Leu. mesenteroides MBF2-5 and MBF7-17 by performing MIC done at optimation pH incubation temperature, i.e. pH 6 and 32°C, showed value of 90% and 80%, respectively.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
T29719
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wangi Firdausi
"Eksopolisakarida (EPS) yang diproduksi dari bakteri asam laktat (BAL) memiliki nilai ekonomis yang penting karena berguna bagi industri makanan, farmasi dan kesehatan. Untuk mensintesis EPS dari substrat berupa sukrosa, BAL menggunakan suatu enzim ekstraselular berukuran besar yaitu enzim sukrase. Dari penelitian terdahulu, telah diketahui bahwa beberapa isolatisolat BAL mengandung gen-gen sukrase seperti gtf dan ftf yang berturutturut menyandikan glukansukrase dan fruktansukrase. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aktivitas dari enzim-enzim sukrase pada beberapa isolat-isolat BAL yang secara molekuler telah diketahui memiliki gen-gen sukrase. Supernatan dan pelet sel dari isolat-isolat BAL tersebut dianalisis dengan menggunakan elektroforesis gel SDS poliakrilamid (SDS-PAGE).
Dengan melakukan SDS-PAGE menggunakan penanda protein, ukuran molekuler dari enzim dapat diperkirakan, dan dengan menginkubasi gel dalam buffer sukrosa dan staining dengan pereaksi Schiff asam periodat, EPS yang berupa glukan dan/atau fruktan yang diproduksi oleh enzim-enzim tersebut dapat diamati. Semua isolat BAL yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Weisella confusa MBF 8-1, W. confusa MBF 8-2, Leuconostoc mesenteroides MBF 3-1 dan W. confusa MBF PDG10(1) menunjukkan adanya aktivitas-aktivitas sukrase pada ukuran yang bervariasi, mulai dari 10 hingga 43 kDa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumayyah
"Bakteriosin dikenal sebagai peptida antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri, salah satunya bakteri asam laktat (BAL), yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain, terutama yang sekerabat atau berasal dari lingkungan ekologis yang sama. Oleh karena itu, bakteriosin dikembangkan sebagai komplemen antibiotik untuk mengatasi resistensi antibiotik. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan skrining terhadap genus Streptococcus, Weissella, dan Leuconostoc, dan hasilnya menunjukkan bahwa Streptococcus macedonicus MBF10-2, Weissella confusa MBF8-1, Leuconostoc mesenteroides MBF2-5, dan Leuconostoc mesenteroides MBF7-17 memiliki aktivitas penghambatan terhadap indikator Leuconostoc mesenteroides TISTR 120.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendekatan klasifikasi bakteriosin yang dihasilkan oleh galur tersebut menggunakan metode terarah, yaitu Deferred Antagonism Assay/ P-typing, dengan indikator yang berbeda. Hasilnya, galur MBF10-2 memiliki aktivitas bakteriosin dengan spektrum hambat paling luas (P-type 636) mirip kelompok lantibiotik, sementara MBF8-1 memiliki aktivitas bakteriosin dengan spektrum hambat yang lebih sempit (P-type 410). Namun, galur MBF2-5 dan MBF7-17 memiliki aktivitas bakteriosin dengan spektrum hambat yang sangat sempit, dengan masing-masing P-type 000 dan 010. Aktivitas bakteriosin yang dihasilkan galur MBF10-2 hilang pada pemanasan 800C selama 10 menit, sedangkan aktivitas bakteriosin dari galur-galur lainnya hilang pada pemanasan 600C selama 60 menit (MBF8-1 dan MBF7-17) dan selama 30 menit (MBF2-5). Aktivitas bakteriosin yang dihasilkan dari semua galur uji hilang pada pH 8.

Bacteriocins are known as antimicrobial peptides produced by bateria, such as lactic acid bacteria (LAB), which potentially inhibit other bacteria, especially closely related bacteria or likely to occur in the same ecological niche. Thus, they are developed as antibiotic complement to overcome antibiotic resistance. In previous study, screening was performed on genus Streptococcus, Weissella, and Leuconostoc and result showed that Streptococcus macedonicus MBF10-2, Weissella confusa MBF8-1, Leuconostoc mesenteroides MBF2-5, and Leuconostoc mesenteroides MBF7-17 possess bacteriocins activity against indicator bacteria Leuconostoc mesenteroides TISTR 120.
This study aimed to determine the bacteriocins classification produced by those strains by using directional method, i.e. Deferred Antagonism Assay or P-typing, employing different indicator strains. Result revealed that strain MBF10-2 possessed a broad-spectrum lantibiotic-like inhibitory substance activity (P-type 636), while MBF8-1 possessed medium-spectrum bacteriocin-like inhibitory substance/ BLIS activity (P-type 410). However, two Leuconoctoc mesenteroides strains, MBF2-5 and MBF7-17, showed narrow spectrum bacteriocin activity, P-type 000 and 010, respectively. Strain MBF10-2 loss bacteriocin activity at 800C after 10 minutes of incubation. Whereas, bacteriocin activity was loss at 600C for strain MBF8-1, MBF7-17 after incubation for 60 minutes, and for MBF2-5 after incubation for 30 minutes. All strains loss their bacteriocin activity at pH 8.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S46368
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alberto Christopher
"Apoptin merupakan protein dari virus anemia ayam yang dapat menginduksi apoptosis sel kanker. Penggunaannya sebagai senyawa antikanker dapat mengatasi kelemahan metode kemoterapi. Deteksi massa molekular apoptin dilakukan dengan SDS-PAGE memiliki keberagaman hasil dan asam-asam amino rekombinan dalam apoptin disinyalir menyadi penyebabnya. Karakterisasi asam-asam amino rekombinan dalam apoptin untuk membuktikan hipotesis tersebut dilakukan dengan dua variasi rekombinan plasmid, yakni modifikasi 12 histidin dan modifikasi 12 histidin-8 arginin yang ditransformasikan pada Escherichia coli DH5α. Kedua variasi modifikasi plasmid ini mendapatkan perlakuan yang sama. Transformasi plasmid dalam penelitian ini menggunakan metode heat shock dengan suhu 42oC dan bantuan CaCl2 dalam pembentukan sel Escherichia coli DH5α kompeten. Penentuan konsentrasi apoptin dilakukan dengan metode Lowry dan BSA sebagai protein standarnya. Deteksi massa molekular apoptin oleh metode SDS-PAGE dilakukan dengan konsentrasi gel sebesar 15% dan mendeteksi adanya pita protein di bawah 30 KDa. Uji karakterisasi asam amino yang dilakukan dengan Liquid Chromatography Mass Spectroscopy menunjukkan bahwa adanya konsentrasi asam amino berlebih dalam apoptin sehingga meningkatkan deteksi massa molekularnya oleh SDS-PAGE.

Apoptin is a protein from chicken anemia virus which could induce tumor cell apoptotic. The use of apoptin as anticancer could overwhelm chemotheraphy weaknesses. Apoptin molecular weight detection conducted by SDS-PAGE had various results while the recombinant amino acids are the suspects. Recombinant amino acids characterization of apoptin in order to prove the hypothesis was conducted by two variants of recombinant plasmid, which were 12 histidine modification dan 12 histidine-8 arginine modification, transformed into Escherichia coli DH5α. These two variations were given the same treatment. Heat shock method was used in plasmid transformation at 42oC and CaCl2 treatment was used in order to create Escherichia coli DH5α competent cells. Apoptin concentration determination was conducted by Lowry method and BSA was used as protein standard. Molecular weight detection of apoptin by SDS-PAGE was conducted using 15% gel concentration and there was protein band detected below 30 KDa. Amino acids characterization test conducted indicate that there are excess amino acids concentration in apoptin as the cause of increasing molecular weight detection by SDS-PAGE.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Noer
"Enzim merupakan biokatalis yang banyak dimanfaatkan dalam industri sebagai alternatif dari penggunaan bahan-bahan kimia yang mencemari lingkungan, salah satu diantaranya adalah enzim xilanase. Xilanase dalam industri dapat digunakan dalam proses pemutihan kertas, campuran pakan ternak, penjernihan sirup, produksi gula xilosa, dan sebagainya. Teknologi proses dalam industri umumnya dilakukan pada suhu dan pH yang tinggi, oleh karena itu dibutuhkan xilanase yang bersifat alkalotermofilik. Teknologi DNA rekombinan dilakukan agar enzim yang diproduksi mudah dimanipulasi dan dikembangkan untuk efesiensi. Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Laboratorium Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang berada di Puspiptek, Serpong, Jawa Barat telah mengisolasi isolat CMU dari Sumber Air Panas Cimanggu yang positif menghasilkan xilanase alkalotermofilik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kloning gen penyandi enzim xilanase alkalotermofilik serta ekspresi enzim rekombinannya pada Escherichia coli. Hasil identifikasi daerah 16S rRNA secara parsial pada isolat ini menunjukkan bahwa isolat CMU berafiliasi pada Bacillus halodurans. Gen penyandi xilanase alkalotermofilik telah berhasil diamplifikasi dari genom isolat CMU dan dikloning ke dalam E.coli DH5α dengan menggunakan vektor pGEM-T Easy. Dari proses transformasi hasil ligasi vektor dan produk PCR menghasilkan 2 bakteri rekombinan, yang membawa gen xilanase yang mempunyai perbedaan sekuens, dinamakan Klon 2 dan Klon 3. Analisa aktivitas produk gen dari E.coli DH5α rekombinan Klon 2 dan Klon 3 menunjukkan bahwa bakteri rekombinan ini menghasilkan enzim xilanase yang alkalotermofilik dengan profil berbeda. Aktivitas enzim xilanase pada Klon 2 optimal pada pH 11 dan suhu 70oC (16,52 U/mg) sedangkan Klon 3 optimal pada pH 8 dan suhu 60oC (17,65 U/mg).

Enzyme known as a catalyst that has been widely used in industries as an alternative of chemicals process that polluted the environment. One of the important enzymes in industries is xylanase enzyme. Xylanase in industry can be used for bleaching process of pulp, rarefaction of syrup, producing of xylose sugar, mixed fodder, and so forth. Technology process in industry are generally conducted at high temperature and pH. Therefore, it requires a xylanase that has alkalothermophilic character. Recombinant DNA technology can make the gene product easily manipulated for efficiency. Center for Bio-industrial technology, The Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT) has isolated an isolate from Cimanggu Hot Spring that potentially produced an alkalothermophilic xylanase. The isolate designed as CMU.
The purpose of this study is to clone the encoding gene of alkalothermophilic xylanase and to express this gene in Escherichia coli. The region identification result of 16S rRNA of this isolate showed that the CMU isolate is closed relative to Bacillus halodurans species. The gene encoding for alkalothermophilic xyalanase has been amplified from chromosomal DNA of CMU isolate and succesfully cloned into E.coli DH5α using the pGEM-T Easy vector. The ligation and transformation produces two recombinant bacteria with different sequence, namely Clone- 2 and Clone- 3. Xylanase activity assay showed that both recombinant E. coli have xylanase activity. The maximum activity of xylanase in clone-2 and clone-3 were reached at pH 11 and 700C (16.52 U/mg), and at pH 8 and 600C (17.65 U/mg), respectively.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29986
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Editha Renesteen
"Sukrosafosforilase (SPase) adalah suatu enzim yang mengkatalisis sejumlah reaksi pemindahan gugus glukosil ke sejumlah molekul aseptor. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh SPase rekombinan dari E. coli BL-21 StarTM dalam skala besar, memperoleh karakter enzim berdasarkan bobot molekul dan aktivitas, dan mengetahui aktivitas transglikosilasi terhadap asam askorbat dan asam benzoat.
Berdasarkan hasil SDS PAGE, bobot molekul SPase rekombinan adalah antara 45 dan 66 kDa. Aktivitas SPase diukur dengan menggunakan sukrosa sebagai substrat dan produk akhir diukur sebagai NADPH pada 340 nm, dengan hasil aktivitas relatif 98,52% terhadap SPase standar. Aktivitas transglukosilasi menggunakan asam benzoat sebagai substrat menunjukkan produk pada KLT, sedangkan asam askorbat tidak menunjukkan terbentuknya produk pada KLT dan KCKT.

Sucrosephosphorylase (SPase) is an enzyme that catalyzes glucosyl transfer reaction to the amount of acceptor molecules. The objective of this study was to obtain the recombinant SPase from E. coli BL-21 StarTM in a large scale, to characterize the recombinant SPase by its molecular weight and activity, and to determine the transglucosylation activity using ascorbic acid and benzoic acid as substrate.
SDS PAGE result showed that molecular weight of recombinant SPase between 45 and 66 kDa. SPase activity was measured by using sucrose as substrate, and the end product was measured as NADPH at 340 nm; this resulting relative activity 98.52% to standard SPase. Its transglucosylation activity using benzoic acid as substrate showed a product by performing TLC while as using ascorbic acid did not by performing TLC and HPLC.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42759
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Puspita N.
"Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang mempunyai banyak peranan dalam
kesehatan manusia. Leuconostoc mesenteroides dan Weissella confusa adalah bakteri
yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui respons
galur-galur Leuconostoc mesenteroides dan Weissella confusa terhadap kondisi
modifikasi komposisi gula dan pH dari medium pertumbuhan yang telah
dioptimasi berdasarkan penelitian sebelumnya terhadap beberapa antibiotik yang
digunakan sebagai indikator. Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah
MRS (de Man Rogosa Sharpe) standar dan modifikasi. MRS modifikasi
merupakan medium MRS yang dimodifikasi dengan mengurangi konsentrasi
dekstrosa sebanyak 50 %. Modifikasi pH medium yag dilakukan, yaitu pH 4,6
mewakili kondisi asam, pH 9,0 mewakili kondisi basa. Di dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah metode difusi cakram dengan menggunakan enam
antibiotik. Hasil menunjukkan bahwa galur-galur L. mesenteroides dan W.confusa
ketika ditumbuhkan pada medium MRS standar asam menunjukkan respons
menjadi lebih sensitif terhadap amoksisilin dan polimiksin B namun menjadi lebih
resisten terhadap kloramfenikol dan siprofloksasin. Sementara pada medium MRS
modifikasi asam menjadi lebih sensitif terhadap amoksisilin, namun menjadi lebih
resisten terhadap kloramfenikol, siprofloksasin dan polimiksin B. L.
mesenteroides dan W. confusa pada medium MRS standar basa menunjukkan
respons menjadi lebih sensitif terhadap siprofloksasin dan polimiksin B namun
menjadi lebih resisten terhadap amoksisilin dan kloramfenikol, demikian pula
pada medium MRS modifikasi basa. Sebagian besar galur-galur L. mesenteroides
dan W.confusa tidak menghasilkan zona hambat terhadap vankomisin pada
medium MRS standar dan modifikasi, baik kondisi standar, asam, maupun basa,
dan juga tidak menghasilkan zona hambat terhadap sulfametoksazol-trimetoprim
pada medium MRS standar dan modifikasi kondisi standar dan asam."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33101
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>